3

146 44 42
                                    

Vote dan comment ya , happy reading gaes😇
.
.
.

Aku rindu, di saat semua sudah berbeda, hanya kamu lah yang tetap ada

________________________________________

Enam hari lagi, Wilda memiliki waktu enam hari untuk menyelesaikan materi olimpiade. Di bantu Alka, gadis itu belajar serius di perpustakaan.

Wilda membolak balik buku pelajaran sedangkan Alka mencatat hal hal yang penting. Semua siswa di sini tau yang paliing berbakat mengikuti olimpiade adalah mereka berdua , selalu bersama, sampai sampai hati Wilda berani mencintai lelaki itu.

Tunggu tunggu, cinta?. Ah, mungkin hanya perasaan kagum yang menebal, yang sebentar lagi benar benar merekah cinta.

Wilda sedikit menggeser tubuhnya, berniat sedikit lebih dekat dengan Alka. Kapan lagi dia mempunyai waktu berduaan dengan cowok yang ia sukai?.

Alka berdehem, rupanya kerongkonganya kering setelah hampir tiga jam berdiam di perpustakaan. "Gue mau beli minum, lo nitip apa?" Ucap Alka sambil mengetik pekerjaanya yang hampir selesai.

Walaupun tidak menoleh kearah Wilda, ia yakin jika pertanyaan itu di ajukan untuk dirinya. "Air putih aja" kemudian Alka beranjak pergi. Saat itu. Senyum simpul tercetak jelas di wajah Wilda.

Lo gitu pun gue suka

Wilda kembali memfokuskan perhatianya pada buku pelajaran. "Bentar lagi, Wil, bentar lagi. Habis ini lo puas tiduran ampe jadi nenek nenek dah" ucapnya menyemangati dirinya sendiri.

Tak butuh waktu lama Alka pergi, nyatanya sekarang lelaki itu sudah kembali duduk di sampingnya. Setelah memberikan air putih untuk Wilda, Alka membuka tutup minuman kalengnya.

"Pulang bareng siapa, ntar?" Tanya Alka, Wilda tentu gelagepan gadis itu sedikit tersedak, mungkin gegara pertanyaan Alka yang mendadak.

Wilda menggeleng "Sendiri"

Alka mengangguk-angguk. "Gue anter aja dah"

"Nggak usah, gue bisa pulang sendiri"
Wilda menggeleng, lagian rumahnya nggak terlalu jauh dari sini

"Gue gak tega liat cewek pulang sore sore gini. Apalagi sendiri" Ucap Alka yang masih fokus mengetik materi.

"Tapi bener kok, gue bisa pulang sendiri"

"Bawelan ya?, gue anter titik. Lagian rumah kita searah kan?" Wilda berangguk mengiyakan.

Gue bisa gila pulang bareng lo

**********

Hening. Mungkin ini cocok untuk mewakili suasana ini. Wilda hanya bisa meremas ujung seragamnya, sedangkan Alka mefokuskan pengelihatanya untuk mengemudi. Wilda tidak butuh hal yang lebih, di atar pulang oleh Alka cukup membuatnya merasa senang.

Ia selalu membayangkan ini, duduk berdua dengan Alka, namun mungkin sekarang Tuhan sedang berupaya mengabulkan keinginanya.

"Sebelah mana?" tanya Alka setelah mereka hampir sampai.

"Pertigaan depan belok kiri" jelas gadis itu.

KaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang