Lee Taeyong terbaring dengan indah diranjang kediamannya. Beberapa dayang akan membersihkan tubuh ratu Joseon itu secara berkala, memastikan jika sosok itu tetap terlihat cantik meski netranya enggan terbuka. Sore itu Taeyong berhasil melewati masa kritisnya, Tabib istana berhasil menyelamatkan sang Ratu. Hanya saja Taeyong memilih untuk tetap tidur dengan damai. Begitu banyak rakyat Joseon yang terpukul mendengar keadaan sang Ratu, begitu juga dengan keluarga kerajaan. Mungkin hanya Jung Jaehyun yang masih menjalani hari harinya dengan normal tanpa dirundung kesedihan.
Sementara itu Jaehyun membaca dokumen dokumen penting yang pagi ini baru sampai padanya. Seo Youngho juga berdiri tak jauh dari sisinya seperti biasa. Pintu yang mendadak terbuka pun tak menjadi hal yang mengalihkan pandangan Jaehyun pada setumpuk gulungan kertas dihadapannya.
"Jeonha, sore ini Daebi-mama meminta anda datang ke Pavilliun utara" Dahi Jaehyun mengernyit, mengangkat kepalanya dan menatap kearah orang kepercayaan ibunya.
"Pavilliun utara? Untuk apa?"
"Hamba tidak tau Yang Mulia"
Jung Jihyun, untuk seukuran Daebi-mama sosok itu benar benar glamour. Darah bangsawan terlihat begitu kentara dari pembawaannya yang tenang. Jihyun menatap satu persatu lukisan yang berada di pavilliun utara tempatnya berada saat ini. Seluruh lukisan ini adalah karya menantunya, Jihyun tersenyum miris, satu satunya objek yang bisa ia lihat pada lukisan Taeyong adalah sosok putranya. Jung Jaehyun.
"kau bahkan sangat mencintai si bodoh itu, Taeyong"
Jung Jaehyun, Jihyun rasa ia telah mendidik putranya dengan baik. Sebab Jaehyun tumbuh menjadi anak pemberani namun tetap rendah hati. Yang Jihyun tidak mengerti adalah, mengapa Jaehyun begitu membenci Taeyong? Sementara sosok itu sangat memujanya dengan sangat?
"Eomma-mama"
Jihyun menoleh, mendapati putranya yang terlihat terkejut dengan keadaan pavilliun utara. Mungkin terkejut pada banyaknya lukisan wajahnya yang dilukis dengan sangat indah. Sementara selama ini pikirannya mengenai paviliun utara hanyalah sebuah bangunan tak terpakai.
"Kaget hm? Ini semua karya Junjeon"
Jaehyun tertegun, ada puluhan lukisan dirinya disini. Namun fokusnya jatuh pada lukisan masa kecilnya dan Sicheng dengan seorang anak sebayanya yang berdiri cukup jauh dari mereka.
"Junjeon sudah lama mencintaimu, Jaehyun-ah"
Penguasa Joseon itu beralih menatap ibunya yang juga tengah menatap sendu lukisan yang sama.
"Bukan keluarga Taeyong yang membunuh Sicheng"
Dahi Jaehyun berkerut mendengar ini"Maksud eomma-mama?"
"Sedari awal, posisi putri mahkota saat itu memang dimiliki oleh Taeyong. Hanya saja anak itu menolaknya, karena dia tau kau menyukai Sicheng yang kala itu adalah sahabat terbaik Taeyong"
Jaehyun diam, mendengarkan penjelasan ibunya baik baik.
"Kau tau Jaehyun-ah, Taeyong yang baik hati itu menarik perhatianku juga ayahmu. Anak yang benar benar luar biasa baiknya, begitupun keluarganya. Mentri keuangan Lee adalah orang kepercayaan ayahmu. Bahkan demi menjaga kesetiaannya pada Raja ia mundur dari jabatannya sebab beliau menganggap akan sangat tidak etis jika besan raja menjadi seorang mentri, bisa menyebabkan fitnah katanya"
"Aku benar benar kaget saat tau kau ternyata menyukai Sicheng, jujur saja keluarga angkatnya berkali kali mencoba menggulingkan ayahmu. Dan aku lebih kaget lagi setelah selama ini kau beranggapan jika keluarga Taeyong yang membunuh Sicheng"
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] 사랑 (Love)
FanfictionDikehidupan selanjutnya, aku bersumpah akan menemukanmu Lee Taeyong