Pagi mentari bersinar, semenjak kecil ku hidup di dunia pesantren. Aku adalah anak tertua dari 9 bersaudara, di usiaku yang menginjak 26 tahun, namun takdir belum menghendaki aku untuk mendapatkan jodoh.
Suatu ketika, aku melihat para sahabatku telah menempuh ke jenjang pernikahan.
Menikah memang dambaan setiap manusia, tapi apa dayaku, jikalau Allah SWT belum menghendakinya.
Terkadang diriku termenung dan melihat kenyataan yang demikian adanya, tidak ada yg kulakukan melainkan tetap bersabar.
Suatu hari aku bertemu dengan salah satu temanku pada saat reuni alumni, dan mereka bertanya padaku, "kapan menikah ?"
Aku hanya bisa menjawabnya dengan sebuah senyuman.Suatu ketika salah satu temanku memperkenalkan salah satu temannya, tetapi ku tolak karena aku tidak begitu menyukai karakternya yang kurang baik.
Hidup memang butuh perjuangan, hidup memang harus ada lika liku, dala
Halaman ke dua dan ke tiga____
Hari berikutnya.
Di tengah teriknya panas matahari, beberapa undangan pernikahan dari sahabat-sahabat ku pun tiba.
Dalam hati ku berujar, semoga perjalanan mereka langgeng dan bahagia. Aamiin.Di suatu tempat, aku bertemu dengan salah satu temanku, ia berkata, "Kapan kau menyusul?" Aku pun menjawab, "nanti, insyaallah jika aku sudah mendapatkan akhwat yang sholihah."
Sesampainya di rumah, sejenak, terpikirkan olehku, betapa bahagianya aku jika sudah menikah kelak.
Dan juga, sempat terpikirkan olehku, "Begitu sulitnya mencari jodoh."
Sabar dan berdoa, hanya itu yang harus kulakukan.Seminggu yang lalu, ibuku dikenalkan seorang wanita sholihah yang begitu baik karakternya dan hafal Al-Qur'an. Tetapi ibuku menolaknya, karena tempat tinggalnya yang jauh, ibu tidak ingin aku memiliki seorang jodoh yang berasal dari tempat yang nun jauh disana.
Akhirnya pun sekarang aku tidak ingin menikah dulu, aku ingin kembali belajar karena aku telah mendapat nasehat dari ayahku, ia berkata, "kalau kamu ingin kuliah lagi tidak apa-aps, tetapi, ayah tidak mampu membiayai kuliahmu."
Aku pun berkata, "Insyaallah, aku yang akan membiayai kuliahku sendiri, ayah. Akan ku kumpulkan uang dari hasil usaha bisnisku dan kusisihkan sebagiannya untuk biaya kuliah dan pergi dari kota Solo. Aku sudah jenuh dengan kota ini aku ingin mencari pengalaman yang lebih baik, maka ku tekadkan, di tahun ini, aku mengambil kuliah jurusan Al Qur'an, untuk memperdalam ilmu Al Qur'an, yang mana, dengan ilmu tersebut, aku juga bisa membimbing istri dan anakku kelak.