43. 花柳界 Karyūkai

1.1K 206 56
                                    

花柳界Karyūkai | The Flower and The Willows World

oleh : Beth | beth91191

(Fanfic ini bukan untuk lomba, hanya untuk meramaikan saja)

Chansoo – GS - Romance – Historic!AU – US Army!Chan – Geisha!Soo

Semua tokoh, kejadian, dan lokasi pada cerita ini adalah fiksi. Penulis hanya mengambil latar Jepang pada awal 1900an. Semoga pembaca puas yah. Maaf kalau ada kekurangan huhuhu. >_<

***

Kapal Pesiar, 1918

Tanganku bergetar halus sembari menenteng secangkir kopi hangat, sementara tanganku lainnya menyelinap rapi di antara mantelku, dingin, sementara tatapanku menguar pada hamparan hitam di depan sana, yang diiringi deburan ombak, dan tiupan angin yang cukup tenang. Ini semua membuatku tersadar, betapa jauhnya aku dari rumah, dari Matilda, dari Blue dan Josh. Jauh di seberang sana, tepat di sana, ada rumahku, negaraku, Amerika 6000 miles dari sini.

Sejak PD I, 4 tahun silam aku tak pulang. Blue dan Dane pasti sudah besar dan tampan. Terakhir saat kutinggalkan, mereka baru 10 dan 5 tahun.

Blue, Dane... Ayah janji akan pulang segera. Tapi nanti, setelah Ayah berhasil menyakinkan Jepang untuk menyetujui perjanjian perdamaian.

Namaku Chanyeol Park, Kolonel Angkatan Darat Amerika Serikat. Rombongan kami sedang melaut dari Manchuria menuju Jepang, demi perdamaian dunia.

Fyuuuh...

Aku berbalik, hendak kembali ke dalam. Namun tiba-tiba mataku menangkap sesosok wanita yang berdiri di jendela kamarnya dengan pakaian berantakan. Di tangannya terdapat sebuah...pisau? yang diarahkannya pada tangannya??!

APA YANG DIA PIKIRKAN???

Aku pun berlarian untuk menyelamatkannya. Beberapa orang tak sengaja tertabrak, namun aku tak peduli. Aku harus mencegah wanita itu bunuh diri.

Lantai 1.

2.

3.

4.

Akhirnya kutiba di lantainya. Kudobrak pintu kamarnya cepat, dan pekikku lantang yang ternyata terlambat, "STOP!!" Wanita itu sudah memotong pergelangan tangannya, menyebabkan darah mengucur deras dari sana. "NO! PLEASE NO!"

Segera kugendong dia dengan kedua tanganku, dan kulihat mata sayupnya menatapku bingung. Ia tampak berusaha mengucapkan sesuatu, namun entahlah, yang teringat di benakku hanyalah betapa besar dan indahnya matanya, seperti bulan yang sedang bersinar teduh.

***

"Bagaimana kondisinya, Will?" tanyaku pada sejawatku yang juga seorang dokter. "Ia baik-baik saja?"

"Tentu," jawab Willis cepat. "Kau menyelamatkanya tepat waktu, Kolonel. Andai kau tak pergi ke deck malam-malam, pasti ia akan mati sebelum ketahuan siapapun."

"Syukurlah." Aku berdiri dan kemudian menepuk bahunya pelan. "Kepalaku sakit sekali, Will. Tolong jagakan dia untukku."

"Tentu. Perawatku akan terus berada di sisinya," jawab Willis cepat. "Aku tak mau harus mengotopsi mayat bunuh diri malam-malam, Kolonel."

Chansoo Writing Competition 2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang