Pernyataan

806 56 0
                                    

Izma duduk di kursi ruang tamu dan memainkan handphonenya. Aku duduk di sampingnya.

Izma menunda permainannya lalu memalingkan mukanya ke arahku.

Dia menatapku terang terangan dan membuatku salting, walau aku berusaha untuk bersikap biasa saja.

"Berangkat yuk" ucapnya yang dijawab anggukan.

Untung dia nggak lamaa aliatin aku. Kalo lama aku bisa bisa salting tingkat dewa!

Kami melaju melewati gerimis yang datang saat tengah tengah perjalanan, dan lagi lagi izma nyuruh aku memakai jaketnya saat berhenti dipinggir jalan.

Awalnya aku menolak, tapi Izma memaksa.

Reno dan Irma duduk di bangkunya Reno dan Izma, jadi Izma yang bangkunya di depan pindah ke belakang.

Tepat disampingku.

Aku berdiri menghadap ke jendela dan menaruh tangan di kayu bawah kaca.

Seolah tak mengetahui Izma disana.

Padahal, aku menghindari salting karena Izma duduk di sampingku.

Dia akan duduk, seperti perkiraanku, tapi Izma tersandung meja yang terlalu belakang.

Dia oleng, lalu terhuyung ke depan. Tepat ke arahku.

Tangannya menahan badannya agar tidak menimpaku.

Posisi kami tak tak mengenakkan. 

Aku berada ditengah tengah tangan Izma dan mukanya tepat disampingku. Seperti yang akan.... 😙.

Ditambah lagi aku tak bisa begerak karena kesannya seperti aku dipeluk Izma dari belakang.

Kami saling bertatapan dan usaha menghindari kontak dengan Izma gagal total.

Bahkan aku tak bisa mengendalikan detak jantungku di detik detik ini.

"Sorry" ucapnya pelan sambil membenarkan posisi tidak mengenakkan itu.

Dia bangkit dan mencoba biasa saja. Padahal aku bisa melihat jelas rona di pipinya. Yang sepertinya aku juga begitu.

Izma duduk dengan cepat sedangkan aku bengong sambil berusaha mengembalikan detak jantungku yang rasanya seperti akan meledak.

Reno dan Irma menatapku aneh dan aku menunduk menyembunyikan pipiku yang memerah. Dan kembali duduk.

Reno berdiri dan menarik kerah baju Izma yang sedang duduk diam. Mereka berdiri berhadapan.

Reno memukul pipi kanan Izma dan terhuyung membuat satu meja dibelakangnya bergeser jauh.

"Hey! " ucap Izma membentak.

"Lo sengaja ya pengen meluk Nathania" ucap Reno.

"Hey brengsek! Gue nggak sengaja. " Izma mengepalkan tangannya menahan marah.

Jelas jelas nggak sengaja. Apa lo nggak liat, Izma kesandung bego!

Tapi Reno malah memukul Izma kembali.

"Hey! Reno! Cukup" aku mendorong Reno ke belakang.

Tunggu, Izma tak melawan? 

"Gue nggak punya masalah sama lo" Reno membentakku untuk pertama kali.

"Hey! Gue ngomong baik baik. Jangan sewot dong. Lagian nggak kena. Emang lo punya hak apa hah?" Aku membalas dengan nada yang lebih tinggi.

Plak..

Reno menamparku. Panas, dan perih karena pasti kau tahu lah tenaga laki laki lebih besar.

"Bedebah" ucapku menahan tangis dan keluar dari kelas dan duduk di belakang kelas yang sepi.

Izma [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang