Kemarin adalah pertemuan rutin mingguan yang selalu aku jalani belakangan ini, aku bertemu dengan seseorang yang ia sebut dirinya dengan “Jung Hoseok.”
“Jimin, apa kamu tidur dengan baik hari ini? bagaimana dengan makanannya?”
“Ah, kamu kan tidak suka makan sayur, mereka pasti selalu memaksamu makan sayuran hijau itu kan?”
Aku hanya menatapnya datar dengan sedikit raut kebingungan yang kuperlihatkan padanya, sebetulnya itu bentuk protes dan pertahanan diriku. Aku hanya tidak mengerti kenapa ia bisa tau aku tidak suka makan sayur.
Terhitung kemarin adalah pertemuan ke-tujuh aku dengannya, ia terlihat sangat akrab tapi aku tidak mengingatnya.
Senyumnya sangat hangat dan tulus, tapi aku merasa tak dapat menerima sepenuhnya. Aku tak paham dengan perasaanku sekarang.
Kehidupanku di sini juga terasa sedikit janggan dan membuat diriku bingung, aku selalu dikekang dengan berbagai pengikat ditubuhku ketika aku sedang bermain di taman bersama V.
“Paman!! kenapa aku diikat lagi, aku kan sudah menghabiskan sayurannya tadi.”
“Lihat, V jadi pergi aku pingin bermain lagi dengannya.”
Paman di hadapanku hanya mengulas senyumnya sambil member gesture dua orang wanita yang biasa memberiku makanan untuk membebatku sekarang.
“Tenanglah nak.” Hanya itu yang diucapkan paman tadi ketika tubuhku dipaksa masuk ke dalam sebuah ruangan putih.
Di dalam tidak ada apa-apa sangat kosong dan sepi, aku sangat bosan dan sedikit ketakutan sekarang.
Tak lama mataku mulai mengerjap dan tubuhku sedikit limbung, ‘Ah, aku tertidur lagi.’…
Tubuhku terangat tanpa sadar, masih di ruangan putih yang sama namun, entah kenapa sekarang terasa lebih ringan. Aku seperti sedang terbang di atas awan-awan.
Lenganku tak lagi diikat dan kakiku dapat bergerak dengan bebas, seperti sedang berenang di atas langit.
Rasanya senang sekali.
Aku mendorong kakiku seperti sedang berenang, nyatanya aku memang sedang berenang sekarang walaupun tempatnya bukan di air.
Mataku melihat hamparan bunga berwarna kuning dengan hiasan rerumputan, aromanya sangat harum aku suka.
Lalu, kulihat ada beberapa ekor kelinci yang terlihat mirip dengan seseorang.
“Wah, kelinci ini lucu sekali, bulunya warna merah jambu.”
“Wajahnya terlihat tidak asing.” Aku tidak terlalu memedulikannya, yang jelas dia yang paling menggemaskan pikirku.
Kelinci yang lain melompat dengan riang bersamaku, kami saling kejar-kejaran dengan riang. Aku tertawa dengan lepas hari ini, seingatku sudah lama aku tidak tertawa seperti ini. Jika aku ingat terakhir saat V mengajakku ke taman bermain, aku tidak ingat itu kapan tapi sudah lama sekali.
Kelinci berwajah menggemaskan tadi berlari kearah kumpulan tanaman dengan pucuk berwarna putih bulat dan terlihat melambai-lambai ditipu angin, aku tidak tau nama tanaman tersebut, yang aku lihat ketika angin bertiup serabut berwarna putih tersebut ikut terlepas dan terbang.
Aku yang masih dalam posisi berjongkok mengejar kelinci tersebut, terhenti ketika di hadapanku ada sepasang kaki yang mengenakan sandal berbentuk katak dengan warna yang mirip dengan katak tentunya. Celananya panjang berwarna coklat khaki yang lurus menutupi kakinya.
Mataku menengadah ke atas lalu melihat wajah sempurna yang akhir-akhir ini sering bermain denganku, “V!!” Teriakku kegirangan, sambil bangkit dan menerjang tubuhnya.
Aku memeluknya dengan erat, “ V, kamu kemana saja aku bosan tau dikurung terus.”
Ia tersenyum lembut kearahku, “Aku juga membawa teman lain untuk bermain, loh.”
“Hah, benarkah?” Mataku berbinar gembira menunggu teman baru yang diajak oleh V.
Lalu muncul seorang pria dari balik punggung V, matanya bulat dan ia tersenyum lebar kearahku memperlihatkan giginya yang menggemaskan mirip seperti gigi kelinci yang tadi.
Aku memperhatikan lagi wajahnya, ternyata bukan hanya giginya yang mirip tapi wajahnya juga mirip. Aku melebarkan lagi senyumanku.
“Tuan kelinci!!” ucapku kegirangan.Ia menghampiriku dan merangkul tubuhku dengan erat, tubuhnya terasa bergetar. Aku kebingungan, kenapa dia terlihat seperti menangis.
Lalu, bayang-bayang rerumputan dan hamparan bunga tadi tiba-tiba menghilang. Mataku menatap lurus kedepan, tanpa sadar lelehan air mata mengalir begitu saja.Semakin erat pelukan tersebut, semakin deras juga aku menangis. Ingatanku bergejolak, bercampur dengan segala kenangan yang entah kenapa aku tidak mengingatnya. Sampai ingatanku bertemu akan kemarin, saat seseorang yang dianggil Jung Hoseok menceritakan sesuatu.
…
“Jimin, kamu mendengarku?”
Jelas aku mendengarnya kenapa juga ia harus bertanya, kurasa kaca di hadapanku tidak kedap suara.“Sebenarnya aku sangat merindukanmu, aku rindu berbagi cerita denganmu, rindu tidur bersama, rindu makan bersama dengan ayah dan ibu, dan juga aku sangat merindukan pelukanmu.”
Aku sedikit tertarik dengan ucapannya. ‘Wah, apa aku dekat dengannya dulu? kenapa aku tidak mengengiatnya ya, senyumnya memang terlihat familiar sih, mungkin karena aku sering melihatnya akhir-akhir ini.’
“Jimin-ah, aku berharap dapat melihat senyumanmu lagi.” Pria tersebut terlihat mengeluarkan selembar kertas dari saku jaketnya. ‘Ah, ternyata itu foto.’
“Jimin, lihat ini fotomu.” Lengannya terlihat bergetar ketika memberikan selembar foto tersebut begitupun dengan tatapannya yang terlihat berair.
Aku melihatnya dengan sedikit ragu, lalu tatapanku kembali bebrinar ketika melihat sosok yang tidak asing pada foto tersebut.
“V!! aku berfoto dengan V!!”
“Hyeong, lihat aku berfoto dengan V, benar kan aku tidak bohong, aku sering bermain dengan V tapi paman di dalam malah mengikat dan mengurungku.”
Mata pria di hadapanku semakin memerah, ‘Apa aku menyakitinya? kenapa dia seperti ingin menangis?’ pikirku.
“Jimin, terimakasih ya untuk hari ini, semoga kau bisa terus sehat dan bisa memanggilku hyeong lagi.” Pria bernama Hoseok tersebut berlalu pergi, terlihat ia sempat menyeka matanya ketika bangun tadi.
Aku masih gembira melihat fotoku dengan V, dan bersama satu pria lagi yang tidak aku kenal namanya siapa.
…
“Ju-Jungkook?”
Aku memeluknya dengan erat seakan pertemuan ini telah kunanti sejak lama, isi kepalaku yang sebelumnya terus berputar kembali mengalir dengan tenang. Mataku terpejam perlahan merasakan pelukan seseorang yang sangat kusayangi.
Kepalaku yang terlihat rumit seperti untaian benang dengan ribuan warna yang menggumpal tak beraturan, dengan suara dentuman yang kian menggelegar mengalihkan segala pemikiranku. Bayangannya terlihat rumit dan abstrak, berbagai warna dan bentuk bercampur menutup kasih pada hatiku.
Otakku telah rusak sepenuhnya.
…
Aku menatap lamat dua sosok dibalik kaca bening di hadapanku, terlihat dua pria yang sama pada selembar foto yang terus kugenggang semalaman.
Senyuman kami bertiga terukir dengan semakin dalam mata kami berpandangan, mencurahkan berbagai hal dan kegundahan hati kami masing-masing.
Aku merindukan kalian.
Sahabat-sahabatku.
Taehyung.
Jungkook.
fin~
🐯🐰🐤
KAMU SEDANG MEMBACA
√ BANGTAN TIMELINE
FanficKumpulan cerita dengan kisah-kisah dari setiap member BTS, dengan tujuh warna cerita yang berbeda dan mereka menemani minggu-minggu kalian dengan kisah-kisah barunya. © Ramable 2018