21

8.4K 1.7K 367
                                    

Quot of the day

🎤🎤🎤🎤
Andai mesti aku pindahkan satu gunung yang tinggi. Dengan iman ku percaya terjadi........

Karena hidup adalah pilihan.
🎤🎤🎤🎤

( KLa Project )

Windy sedang mengecek persediaan logistik salon. Tapi pekerjaannya terganggu dengan teguran Lisna.

"Bu bos, ada bapak ganteng mau potong rambut." Lisna berbicara sambil berbisik pada Windy.

"Kamu kan bisa jawab kalau ini salon khusus perempuan." Windy menjawab dengan suara berbisik pula sambil tangannya berkutat dengan properti salon yang berada di etalase. Kalau bukan Windy sendiri yang mengecek, nanti Windy bakalan kalang kabut saat berbelanja properti salonnya. Tahu sendiri kan jika harga tetek bengek perlengkapan salon itu mahal.

"Sudah, Bu. Tapi si bapak tetap memaksa. Beliau juga meminta Ibu sendiri yang memotong kepala eh.... rambutnya."

Windy menarik nafas. Repotnya kalau ada pengunjung keras kepala macam tamunya pagi ini. Tapi karena prinsip pelanggan adalah raja sudah mendarah daging dalam visi misi salonnya, maka Windy harus profesional dong.

Windy berdiri dan menoleh ke arah tamunya. Seketika Windy merasa lemas seperti tak bertulang. O my god, kenapa pak Wisnu bisa berada di salonnya?

"Assalamualaikum mbak Windy. Saya mau merapikan rambut nih. Mbak Windy bisa kan membantu saya." Wisnu menyapa Windy dengan ramah, tak lupa ia keluarkan senyum sejuta dollarnya yang membuat Windy mendadak jadi patung.

"Wa alaikum..... salam." Windy menjawab salam dengan gagap kemudian mencubit pipinya, supaya segera tersadar dari euforia diapeli pak Wisnu di salon.

"Aduh mamake.... kok sakit ya? Berarti ini bukan mimpi kan."
Reaksi Windy membuat dua siswi magang di salon Windy terkikik geli. Wisnu pun tersenyum melihat tingkah absurd Windy.

"Maaf, Pak, ini salon khusus perempuan."
Windy terpaksa menolak seorang Wisnu dengan perasaan canggung dan tidak enak hati.

"Tapi khusus untuk saya bisa kan, Mbak."
Sekali lagi Wisnu memberikan senyum termanisnya agar berhasil meluluhkan hati Windy. Satu lagi yang bisa membuat Windy luluh setelah Paino dan Wiku. Dia tak lain dan tak bukan adalah Wisnu.

Nak... jadi kamu ingin punya papa yang seperti ini ya?

Windy mengusap perutnya dengan gerakkan samar. Kemudian Windy melihat bayangan bayi - bayi cupid bersayap sedang berterbangan mengitari Wisnu sambil menjawab kompak.

Iya mami......

"Baiklah, Pak. Oh ya Bapak hanya ingin potong rambut saja atau sekalian keramas." Windy akhirnya meluluskan permintaan Wisnu.

"Sepertinya sekalian keramas boleh juga." Jawab pria itu.

Windy pun mempersilakan Wisnu supaya duduk di kursi untuk keramas dan mulai memasangkan kain pelindung di leher pria itu. Setelah dikeramas, Windy pun mempersilakan Wisnu duduk di kursi eksekusi.

"Jujur saja, saya tidak pernah mencukur pria selain bantu mencukur bulu ketiak mantan suami saya. Jadi Anda jangan protes jika hasil cukuran saya nanti tidak sesuai keinginan Bapak." Windy mengajukan sebuah syarat.

"Apapun modelnya, jika itu hasil cukurannya Mbak Windy, its okay lah." Wisnu membentuk kode oke dengan jarinya.

Windy memejamkan mata dan membayangkan model rambut pria yang pernah diingatnya. Model Tao Ming Tse? Jangan ah. Windy kan membenci Jerry Yan. Entah mengapa pria yang digilai oleh ibu - ibu itu justru tidak disukai Windy.

Model Ariel Noah kali ya? Demi Tuhan, Windy tidak rela pak Wisnu disamakan dengan pria paling mesum se Indonesia raya itu. No no no no... Yang lain saja deh.

"Bapak saya potong model Kanji Nagao saja ya."

"Kanji Nagao itu siapa." Wisnu merasa keheranan.

"Itu lho pak, artis Jepang cinta pertama saya. Bapak pernah menonton Tokyo Love Story tidak." Windy mulai mengajak kliennya mengobrol. Trik dagang supaya pelanggan merasa senang dan nyaman, sehingga mereka akan datang kembali ke salonnya di lain waktu.

Wisnu menggeleng. "Nggak, Mbak. Saya malah kenalnya sama Siwon super junior. Soalnya ibu - ibu teman kantor saya suka ngerumpiin dia," jawab Wisnu.

"Hahahaha.... Bapak gaul deh." Kedua siswi magang yang diam - diam mendengarkan obrolan Windy versus Wisnu pun tertawa. Mereka tidak menyangka jika ada bapak - bapak paham dengan dunia per K- Pop an.

കകകകകകകകക

Sebelum turun dari motor dan masuk ke dalam kantor, Wisnu menatap bayangan dirinya dari kaca spion motornya.

Pria itu tampak puas dan mengagumi hasil kerja Windy. Kemudian Wisnu berjalan menuju ruang kerjanya sambil tersenyum senang.

Masih bisa Wisnu rasakan tangan Windy yang dengan cekatan mengeramasi dan memijat kepalanya dengan lembut. Wisnu juga sudah merekam gerakan luwes Wanita itu saat memangkas rambutnya.

Beberapa kali tangan Windy menyentuh pipi Wisnu untuk memastikan panjang rambutnya sama. Padahal sentuhan Windy terjadi karena bagian dari pekerjaan, tapi entah mengapa membuat hati Wisnu berdesir.

Jujur saja, Windy membuatnya kembali mengalami masa puber.

"Tumben Pak Wisnu hari ini ceria." Teman sekantor Wisnu yang merupakan ibu - ibu mulai kepo.

"Eh pantesan Pak Wis ceria, ada yang baru lho."
Salah satu ibu - ibu teman sekantor Wisnu mengerling.

"Cie... habis potong rambut ya? Modelnya keren lho, Pak. Jadi tambah cakep aja sih Bapak. Ngomong- ngomong  potong rambutnya dimana?

Pujian itu membuat hidung Wisnu kembang - kempis. Ternyata tidak salah jika dirinya merapikan rambut di salon Windy.

കകകകകകകകക

Sepeninggal Wisnu, Windy jadi seperi orang ling - lung. Ia sampai tidak konsen mengecek properti salon dan justru sibuk melamunkan Wisnu.

Beneran pak, kalau kamu jadi suamiku, tak jamin kumanjain deh seluruh tubuhmu.

Khayalan mesum mulai mengganggu pikiran Windy. Ia sampai mengacak - acak rambutnya sendiri untuk mengusir pikiran ngaconya itu.

"Bu, tumben hari ini panjenengan terlihat tidak seperti biasanya. Kayaknya Ibu jadi aneh gara - gara si bapak tadi ya."

Windy menoleh ke arah Lisna. Waduh bahaya ini kalau calon admin akun gosip tahu. Bisa - bisa ia mendadak jadi selebgram nih.

"Kamu sok tahu." Windy berusaha menunjukkan sikap tegas pada Lisna. Masa bosnya malah dijadikan bullyan anak magang?

"Jelas saja saya tahu, soalnya reaksi Bu bos dan si bapak tadi mirip seperti ibu saya sewaktu pedekate dengan bapak sambung saya yang sekarang."

"Heeeee...?"

Tbc

Nggak sempat revisi. Terlalu fokus sama Sita dan Hargo. Hahahaha... Yg penting update wes. Happy reading. Terima kasih votenya.

An Annoying Windy Diary's (End) 🌷Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang