BAB 7

70 3 0
                                    

Dipagi minggu yang cerah...mentari mewarnai lukisan awan-awan yang kelabu  menjadi berrona merah yang sungguh indah untuk dianati...begitulah hari-hari Nera,hari-harinya yang kelabu menjadi merona jika penbicaraannya membahas suaminya.

Setelah satu bulan berlalu Re akan
kembali dari urusan bisnisnya. Dengan duduk santai kedua nanusia, mertua dan menantu,bercengkrama hangat,sambil menikmati secangkir teh dan berbincang.

"nduk gimana mas mu, apa dia sudah tau keadaanmu,? "

Tanya buk Rina penuh kehati-hatian.

"belum bu.. Kami belum melaksanakan kewajiban itu,Ne belum siap,Ne takut bu..gimana  jika nanti mas gak bisa terima keadaanku bu..!"

Ne kembali terluka menangis di pelukan ibu mertuanya.

"Yang sabar ya nduk,, jika kemungkinan terburuk mas mu gak bisa nerima kamu, ibuk akan tetap jadi ibu'mu,sampai kapanpun"

Rina memeluk Ne dengan iba.. Ibu itu begitu sangat menyayangi menantunya yang baik hati itu.

Tengah berpelukan tiba-tiba henpon Ne bergetar.. Yah..disana tertera nama Re yang menghubungi.

"Assalamualaikum mas.. "

"waalaikum salam sayang.. Kamu dimana mas udah di depan pintu sekarang... " ucap re semangat.

"oh.. Yaudah tunggu disitu sebentar ya mas... Ne lagi mau pulang..Ne baru dari rumah ibu"

Tak lama sambunganpun terputus.

"bu.. Ne langsung pulang ya, mas Re udah pulang."

ucap ne terburu-buru.

"ya ne hati-hati... "

Setelah sampai dirumah tampak Re sedang duduk manis di teras dengan wajah bahagianya.. Karana wanita yang dirindu-rindukan.,Ada dihadapannya.

Tanpa pikir panjang Re bangkit dari duduknya dan berlalu menyambut dan memeluk Ne dengan erat.

"maaasss.. Malu dilihat orang.. Peluk-peluknya didalam aja ya.. "

Re pun sontak melepas pelukannya,

"Hehehe... Maaf habis mas kangen banget"

Setelah sampai di dalam, Re kembali menerjang tubuh Nera, dengan penuh cinta Re mencium puncak kepala Ne dengan berlahan ciuman itu berpindah ke bibir,

Semua berjalan dengan kitmat, dimana sepasang suami istri yang sedang dimabuk cinta.

Akhirnya, mereka berdua melakukan kewajibannya yang sempat tertunda

Dengan pasrah ne, sudah siap atas sikap Revan nantinya.

Namun ditengah-tengah,pergumulanya tubuh Nera menegang,karna Ne merasakan perubahan sikap Revan.

Tanpa basa-basi Re melepas paksa tautan tubuh mereka.

Dengan cepat Re keluar dari kamar dan duduk di ruang kerjanya.

Ne menangis perih.. Karna dicampakkan suaminya terang-terangan... Menyudahi percintaan panasnya tanpa klimaks... Sangat-sangat terhina itulah yang Ne rasakan.

Rasanya Ne tak sanggup melihat wajah suaminya... Ne merasa suaminya pasti merasa jijik akan dirinya.

Hingga pagi datang... Ne tak kunjung keluar kamar, Ne malu,Ne mersa kotor, dinana ia merasa kotor saat diperkosa dulu. Bahkan Ne merasa dirinya lebih kotor dari semua itu.

Sengaja ne mengunci kamarnya, agar Re tak membuka pintu kamar

Hari sudah malam Re tak kunjung mengetuk pintu kamar .akhirnya Ne memberanikan diri membuka pintu kamarnya.

Dengan langkah hati-hati Ne mencari keberadaan Re ke ruang tengah, ke dapur, ke taman belakang namun tak kunjung ditemukan.

Ne pun lantas menuju ruang kerja suaminya,disana terlihat Re sedang tertidur di sofa ruang kerja suaminya.

Pemandangan itu sungguh pukulan telak untuk Ne, dia benar-benar merasa hina.Ne berpikir jika suaminya tak sudi memuliki istri yang tak suci lagi,dengan susah oayah Ne menahan tangis, namun akhirnya isakan itu terdengar lirih digendang telinga Revan.

Dengan berlahan Ne melangkah berniat meninggalkan ruangan tersebut namun langkah itu terhenti saat suara khas orang bangun tidur itu menyambar gendang telinganya lembut.

"mau kemana Ne.. "ucap Re lembut,sontak tubuh Ne menegang..rasa malu dan bersalah itu begitu menghantui benak Nera,dengan tergagap Nera menjawab

"a..a..aku...!"belum sempat nera menjawab pertanyaan Revan,Nera sudah kembali dikejutkan oleh sentuhan tangan Revan yang menggengam tangan Nera.

"maafkan sikap mas semalam, mas gak bermaksud nyakitin kamu sayang,mas hanya kaget aja dengan keadaan, mas percaya sama kamu,kamu pasti punya alasan untuk itu.. "ucam Re  sembari mengusap halus puncak kepala Nera.

Seketika Nera memeluk suaminya, "maafkan aku mas,aku bukan istri yang baik, aku sudah mengecewakan mas.mas bukan yang pertama untuk Nera...tapi nera bisa jelasin semuanya"

Tangis Nera pecah,Re hanya bisa menarik nafas dalam,sembari berucap

"mas terima kamu apa adanya Ne,mas gak perlu minta penjelasan dari kamu,mas iklas...mas cinta dan mas sayang sama kamu bukan karna benda itu.... Ne,percaya sama mas"

Re terus menatap mata Ne yang menyimpan berjuta kepiluan,dengan nada pilu ne berucap

"tapi mas harus tau,alasan hilangnya kesucian Ne....!"ucapnya lirih

"baiklah jika memang itu bisa buat hatimu tenang,ceritakan..mas akan dengar... "

Berlahan Re melepas pelukannya dan berganti menggengam tangan mungil Ne.

"mas...aku korban pemerkosaan.. "
Kerongkongan Ne terasa dicekik kala melafalkan kalimat laknat itu. Dan tanpa Ne sadari tubuh Re menegang seketika...dan tatapan mata Re menggelap tak mampu Nera artikan...

LUKISAN TAKDIRKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang