☕PROLOG pt.1

7 2 0
                                    

Sore itu aku sedang mencuci piring di belakang rumah. Oppa muncul saat aku baru selesai membilas cangkir kesayangan eomma. Lantas dia langsung mengangkat piring yang sudah bersih.

"Sayang, ayo antar oppa pulang!" Katanya sambil berlalu ke arah rak piring di dapur.

"Iya, tunggu sebentar"

Kucuci tangan sampai sabun nya hilang. Aku langsung berganti pakaian dan mengemasi laptop serta kamera DSLR ku.

"Oppa pinjam kameranya ya, laptop juga oppa bawa pulang" Katanya, lalu menyandang tas yang berisi kamera.

Tas laptop ia serempangkan padaku. Aku sempat bingung, kenapa oppa ingin membawa laptop dan kamera pulang. Tidak biasanya. Laptop dan kamera selalu aku yang pegang karena semua data usaha kami yang ku kelola baik itu data-data format ms.office, PDF, ataupun foto dan video ada di laptop dan kamera.

Atau jangan-jangan oppa ingin mengambil alih tugasku??

Tapi kan akhir-akhir ini dia sibuk. Terlebih lagi hari ini, dia harus bolak-balik ke pengadilan.

Aku ingin bertanya bagaimana hasil di pengadilan tadi, tapi niat itu ku urungkan. Aku tak mau memperkeruh mood nya.

Oppa mulai menyalakan mesin motor kesayanganku dan aku duduk tepat dibelakangnya. Tujuan kami kali ini adalah rumah oppa.

🍒🍒🍒

Kulihat keadaan rumah oppa sama saja seperti biasa. Tidak ada yang berubah. Satu-satunya yang berubah adalah mood dan sikap oppa. Dia terlihat gelisah dan khawatir. Mood nya sedang menurun, seperti sedang sedih.

Di saat seperti ini aku biasanya akan bertanya pada oppa apa masalah yang sedang dia hadapi dan nantinya dia akan marah dengan cara menceramahi ku. Itu sudah biasa. Aku bisa tahan dan maklumi. Tapi saat ini melihatnya sedang bersedih, rasa penasaran terpaksa harus ku tahan. Aku tak mau membuatnya jadi makin sedih.

Kulihat dia membersihkan teras marmer rumahnya sebentar setelah turun dari motor, lantas aku masih duduk terpaku bergelut dengan pikiran sendiri di atas motor.

"Sayang, masuk dulu sini" Katanya mengajakku.

'Apa kau peramal??' teriakku dalam hati. Dia tau niatku untuk langsung pulang saja. Kenapa aku ingin langsung pulang? Ya karena aku tidak mau membuatnya sedih dengan pertanyaan ingin tau ku yang konyol dan tidak meng enak kan.

Aku terpaksa turun dari motor dan masuk ke rumahnya. Ada 2 sofa panjang berhadapan yang dipisahkan sebuah meja kaca dan 2 sofa kecil bulat di samping setiap sofa panjang di ruang tamu rumah oppa. Aku memilih duduk di sofa panjang dekat pintu keluar, sementara oppa duduk di sebrang ku setelah tadi dia ke dapur meletakkan sebungkus nasi goreng yang dibelikan bunda.

"Kenapa?" Tanyaku, melihat dia menatapku dengan serius. Tapi ada raut sedih dan khawatir di tatapannya.

"Duduk sini!!" Ditariknya sebuah sofa bulat ke hadapannya.

Aku mengikuti perintahnya. Sekarang kami berhadap-hadapan.

Aku diam.

Menunggu.

Apa yang akan dikatakannya.

Karena dia hanya diam dari tadi.

Dan aku pun tak sanggup memulai percakapan.

"Oppa mau bicara serius! Tolong dengarkan dengan baik" Pintanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 29, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

100 D : Our First MeetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang