Hujan Kala Itu

17 1 0
                                    

Aku mau ke bandung ...
Aku otw yaaa..
***
Pagi ini hari cukup cerah dirasa. Seperti biasa, weekend. Aku senang bermalas-malasan di ranjang apalagi temannya yang mendukung. Tapi tidak hari ini, aku sedikit bangun lebih awal. Membersihkan kamar yang luasnya tak lebih dari 5x5 meter persegi saja. Debu-debu sudah menebal jadi 3 cm. Belum lagi buku yang bertebaran dimana-mana. Ohh.. sungguh membuat sakit mata. Ku paksakan raga ini segera bangun dan bergegas merapihkan satu persatu. Walaupun mata ini memaksa untuk tetap terpejam.
"Oohh ini hal yang paling menyebalkan-,-" gerutuku.
Aku mulai membuka jendela dan merapikan tempat tidur. Ku tata buku-buku di tempat yang sudah di sediakan sebelumnya. Menyapu debu-debu yang entah sejak kapan singgah serta beranak pinak dimana-mana. Ini benar-benar menguras tenaga. Setelah selesai, aku membersihkan diri di kamar mandi lalu merebahkan diri kembali di ranjang serta ditemani musik kesukaan.
"Duhhh, kurasa butuh beberapa camilan untuk mengganjal perutku" kataku dalam hati sambil memegang perut yang terus bersorak sorai.
Aku berjalan ke toko untuk membeli beberapa makanan ringan dan kembali pulang. Lengkap sudah kini sekarang, ada camilan kesukaanku, biskuit cokelat.. Hhhmm.
Desiran angin yang lembut, membuatku tenang dan menutup kelopak dengan perlahan. Membiarkan mereka menyentuh tubuhku dengan sentuhan khasnya. Alunan musik yang mendukung keadaan, ini harmonisasi yang begitu sempurna. Tiba-tiba hpku berbunyi, dan aku segera membuka pesan itu .
"from : xxxx
picture received.
aku di bandung..." dengan wajah tercengang.
Ini beneran? Tapi kalau dia bohong juga ga mungkin sih? Ehh tapi gatau juga. Ah gatau lah. Bingung -,-
Seketika aku jadi panik sendiri. Tubuhku serasa membeku tak menentu. Udara disekitar menjadi dingin. Apa ada pendingin raksasa yang datang tanpa di undang? Sungguh tak masuk akal. Jantungkupun berdegub lebih cepat seperti habis lari marathon yang biasa dilakukan dalam perlombaan.
"Eihhh, kenapa aku ini? Aneh-,- lagian kenapa kalau dia ada disini? Kan belum tentu ketemu juga kan?" mencoba menetralkan keadaan.
***
Siang itu langit menjadi kelabu. Terdengar suara guntur yang berteriak menandakan akan segera turun hujan. Anginpun berhembus begitu semangatnya. Menerbangkan beberapa pakaian yang sedang di jemur di tempat terbuka yang ada. Berusaha membuat para sejiwa panik berhamburan tak beraturan. Aku bersama temanku bergegas melangkah keluar dari kamar dan pergi ke istana kecil milik teman yang letaknya tak begitu jauh dari kampus. Di tengah perjalanan, ternyata jauh dari apa yang di prediksikan. Rintik hujan mulai turun dengan perlahan. Akupun mempercepat langkah sebelum mereka menjadi lebat.
Selisih yang sangat tipis. Sesampainya di istana kecil milik temanku, hujan semakin deras mencurahkan airnya. Lembut... Tak terdengar suranya setiap rintik yang jatuh... Hanya bau ini... Iya.. Sungguh sangat di kenali..
Di lantai tiga dengan kaca yang cukup luas nampaknya, lebih tepat seperti aquarium sih. Tampak jelas rangkaian pegunungan, gedung-gedung pencakar langit, kepadatan rumah penduduk, dan yang lainnya. Benar-benar sangat jelas. Aku hanya menonton film kesukaan sambil berganti posisi yang nyaman seperti cacing kepanasan.
"Ingin banget film ini !!! tapi ga ngerti downloadnyaaa-,-. Ehhh kok ngadat sih-,- abal banget jaringannya-,-" efek pengen gratisan ini kayaknya” ucapku dalam hati.
Tiba-tiba ponselku berdering, ku ambil ponselku dan ku lihat layar untuk memastikan siapa yang mengirim pesan.
"Kamu dimana?" tanyanya pada pesan singkat yang di kirim kepadaku.
"Di kosan temen, kenapa?" jawabku singkat.
" Kirimin alamat lengkap kamu, hp ku low.."
" xxxxxxxx. Itu alamatnya"
"Nanti ketemu dimana? Di tepat yang waktu itu apa gimana?"
"Yaudah. Di tempat yang waktu itu aja. Nanti aku kesitu"
"Iyaaa..."
***
"Eh, aduh.. ini gimana !!!!! Ini beneran mau ketemu gitu? Duh..duh.." memasang wajah yang panik dan sedikit gelisah.
Sambil berbincang-bincang dengan teman lainnya, bergurau seperti biasanya. Bertingkah seperti anak kecil yang manja, merengek meminta di belikan sesuatu semacam ice cream ataupun nasi dan temannya sekalipun. Walaupun memang rasa lapar itu terkadang suka hadir disaat waktu yang tidak tepat. Memalukan, tapi tak bisa di sembunyikan ..
"10 menit lagi aku sampai"
"Yaudah aku segera kesana"
Di perjalanan, aku menjadi makin tak karuan. Semua rasa tercampur menjadi satu. Udara dingin sekalipun aku terjang. Ku pandang di setiap sudut, namun tak tampak batang hidungnya.
"Aku sudah sampai, aku tunggu disini aja yaa" kataku di dalam pesan singkat yang ku kirim padanya.
Sambil menunggu, aku pergi ke tempat wudhu lalu bersimpuh kepada Sang Pencipta. Meminta pertolongan agar dimudahkan dalam segala persoalan serta memohon ampun atas segala kesalahan.
Setelah selesai, aku merapihkan mukena dan menaruhnya pada tempat semula. Ketika ku menilik kebelakang, seperti seorang yang ku kenal. Aku hanya mencoba memperhatikan dari kejauhan, berusaha tuk memastikan. Yaaa, itu dia. Pasti dia. Senyum khas yang tampak walau sekilas saja. Aku bisa rasakan. Bisa rasakan itu semua. Aku berjalan keluar dan menunggu di depan langgar. Tampak seorang pemuda berjalan kearahku. Memakai kemeja biru donker dan celana coklat susu. Menggendong ransel berwarna hitam dan slingbag berwarna cokelat. Ditambah jam tangan yang melekat di tangan kanannya. Postur tubuh yang tingginya hanya  berbeda 10 cm dariku.
"Kita mau kemana?"
"Ke istana kecil milik temenku dulu. Gapapa?"
"Jauh ga?"
"Ga kok, ya lumayanlah"
***
Disini...
Di kota ini...
Aku dan kamu...
Berjalan, melangkahkan kaki berdampingan. Yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya. Bercakap apapun ditengah keramaian malam ini. Tampak para pemuda pemudi yang sedang bercengkrama ataupun sekedar kongkow biasa. Kebisingan kendaraan masih tampak jelas. Sedikit mengganggu pendengaran. Rintik hujan turun dengan perlahan. Lambat laun menjadi sedikit deras. Perjalanan yang di tempuh mungkin masih 1/4 nya lagi. Rasa lapar yang berontak tadi menjadi bungkam. Entah apa yang dirasa saat ini. Bercampur aduk tak karuan. Terheran heran ada seseorang disampingku saat ini. Menggenggam erat jemariku. Memperhatikan setiap mimik wajahnya. Senyum yang kau tampakkan begitu hangat dirasa. Walau ku tau suhu udara meningkat 1,5 derajat celcius lebih dingin dari biasanya. Tingkahmu yang terkadang buatku jadi tak menentu. Sungguh aku merindukan saat seperti ini, denganmu ...
Setapak demi setapak kita lewati bersama. Meninggalkan kenangan yang akan segera dibawa pergi bersama hujan ketika tiada. Rasa letihpun hilang seketika. Karena tawamu mengubah kensunyian malam ini dengan sederhana. Caramu memang berbeda, tidak seperti pada umumnya. Itu bagiku ...
Kepada seorang yang tak pernah bisa di hapus dari masa lalu. Kini kembali mengukir kisah baru denganku. Orang yang sama di waktu itu. Melukai hatimu hingga menjatuhkannya ke dalam lubang neraka sekalipun. Yang aku sendiri pernah rasakan itu semua. Di khianati karena perbedaan persepsi semata.
Aku dan kamu. Dua orang yang pernah menjalin kisah di masa itu. Saat ini, mereka mulai merajut kembali. Berharap tak ada tinta hitam yang menodai di setiap lembarnya. Sungguh tak ingin. Hujanpun mengetahui segala sesuatu yang tak pernah di ketahui ...

Minggu, 9 oktober 2016
00:37

Diorama Hujan (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang