Entah,
setelah kepergianmu dan pemberhentian untuk menyayangi, kamarku kini berteman dengan kegelapan serta kesunyian.
Pikiran terus berpusat pada apa yang telah diperjuangkan bersama, dan bersamaan dengan kenyataan yang menekan bahwa semua sudah berakhir tanpa bisa dimengerti.
Lalu, raga harus tetap menjalani rutinitas yang telah berkurang yang diisi dengan kekosongan dan kembali dalam ruang yang berteman pada kegelapan.
Kepergianmu masih berusaha kutepis lewat mimpi, lewat rekam kenangan yang terasa nyata.
Lalu kenyataan, memberiku hantaman untuk menjadikanku mayat hidup yang menangis.
