Lili berdiri di ambang pintu sambil menampilkan senyuman termanisnya sepanjang masa. Senyuman tulusnya setelah berjam-jam harus memaksakan diri tersenyum di tengah badai dan jurang.
Gery berjalan mendekati Lili dan merentangkan tangan. Gary tersenyum.
Lili melangkah maju dan memeluk tubuh kekasihnya itu dengan erat. "Aku merindukanmu."
Gary melingkarkan tangannya di pinggang Lili dan mengecup puncak kepala gadis itu dengan dalam.
"Aku juga merindukanmu." Gary menjauhkan wajahnya tanpa melepas pelukan dan menatap Lili. "Bagaimana penerbanganmu? Bagaimana pesta tadi? Semua lancar?"Lili tersenyum lalu mengangguk pasti. "Semua karena doamu. Semua lancar, seperti rencana."
"Baguslah." Gary kembali mengeratkan pelukannya.
***
Flashback On.
Napas terengah-engah meluncur dari bibir manis seorang gadis muda di sudut perumahan kumuh. Dia kabur, lari dari seseorang yang entah dari mana asalnya. Dia di sekap seketika setelah pemakaman Rose. Lili menyentuh dadanya, degub jantungnya tidak bisa dikontrol lagi.
"Sialan. Kemana anak itu larinya. Jalan ini buntu." Terdengar suara salah satu yang mengejar Lili dari 30 menit lalu.
"Dia pasti masih di sekitar sini. Gadis lemah itu tidak akan mampu berlari jauh dengan luka seperti itu." Sambut temannya sambil terengah-engah.
Mereka mencari diberbagai sudut.
"Dia pasti bersembunyi." Kicau pria pertama.
Mereka terus mencari dan meningkatkan kewaspadaan.
Lili meringkuk dengan penuh ketakutan. Tubuhnya gemetar. Rasa sakit di kakinya tidak lagi menjadi yang utama, rasa takutnya mengalahkan semuanya.
"Ketemu." Pria pertama menyeringai licik saat menyibak selembar kardus yang menutupi tubuh kurusnya. "Kau mau bermain petak umpet dengan kami, cantik?" Pria itu mendekat lalu mencengram tangan Lili dengan kuat.
Lili menangis. "Lepaskan aku Tuan. Jangan bunuh aku." Gadis itu terisak.
"Kau menemukannya?" Pria dengan perawakan lebih pendek itu tertawa lega. "Baguslah. Aku sudah sangat lelah. Ayo kita kembali kemarkas." Dia berlari untuk mengambil mobil.
Pria bertubuh tinggi yang sekarang menatap Lili dengan tajam, dengan tangan yang masih mencengkram Lili dengan kuat. "Kau hanya mempersulit dirimu sendiri cantik." Pria itu menarik tubuh Lili dengan paksa.
Lili terus terisak, rasa sakit, dan takut bercampur menjadi satu.
Pria tinggi itu akhirnya menyerah menarik tubuh Lili, dia jongkok menatap Lili, lalu meraih tubuhnya dan membopong tubuh itu saat mobil sudah terlihat. Dia bersyukur tempat ini sangat sepi.
Lili terus meronta dan tak berhenti menangis. Isakan yang keluar dari bibirnya tak lagi bersuara. Tubuhnya dilempar tampa belas kasih ke dalam mobil. Tidak lama mobil itu melaju kembali ke tempat yang memiliki bau yang sama sekali tidak Lili suka.
Tangan Lili diikat dengan seulas tali, dan bibirnya dibungkam dengan lakban hitam. Saat gadis kecil itu meronta menolak ditali dan dibungkam, dia ditampar dengan kuat di pipinya. Pipi mulus itu lebam.
Pria pendek yang sedang menyetir itu meraih ponselnya. Dia menghubungi seseorang. "Kami sudah menemukannya Nyonya." Pria itu menoleh kearah Lili sebentar. "Baik." Dia diam sesaat. "Baik." Pria itu kembali meletakkan ponselnya.
"Kita harus melaksanakan misi terakhir." Pria itu melirik temannya sesaat.
"Sekarang??" Pria tinggi mengerutkan alis.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEFECTIVE LOVE.☑️ ADA DI EBOOK, NOVEL LIFE, HINOVEL, BABELNOVEL
Romance(COMPLETED) ⚠️DONT COPY MY STORY⚠️ murni ide dan pemikiranku sendiri. Warning 22+ dari segala aspek, kekerasan, kata-kata kasar, intrik, dll. Dont Try At Home Genre : Romantic, thriller *** "Apa aku salah? Aku hanya mengambil apa yang mereka ambil...