Menyerah

26 6 0
                                    

Menyerah,sebuah kata mengerikan yang bisa membuat siapapun merasa putus asa, Tidak berguna, Hampa, dan penuh kekosongan.

-Renia Xavera-

***











Hujan melanda kota Metro,Lampung pagi ini. Menyebabkan beberapa titik dipusat kota mengalami banjir yang cukup untuk menenggelamkan kakimu ketika melewati jalanan yang tertutup genangan air.

Sedangkan disisi lain, seseorang kini tengah terlelap pulas, lengkap dengan selimut doraemon kebanggaannya yang menutup seluruh tubuhnya dari kaki hingga ke kepala.

"Woy!! Lo gak kuliah?!" Pekik seseorang dari balik pintu.

Hari ini Kontrakan nampak sepi, sebagian dari tetangga kontrakan lain memutuskan untuk pulang kampung, dan hanya tinggal 2 orang mahasiswa tingkat menengah dan entah 2 orang lainnya masih bisa di katakan sebagai mahasiswa atau tidak (mereka tinggal serumah). Pasalnya, hanya mereka berdua lah mahasiswa semester tua yang terlalu santai menghadapi kejamnya kehidupan perkuliahan.

"Berisik banget lo monyet!!" Renia, seorang gadis yang tertidur itu terbangun dan melemparkan bantal miliknya kepada orang yang mengganggu tidurnya.

"Gue Dian! Bukan monyet anju!" Balas cewek jangkung itu tak kalah antusias ketika melempar balik bantal sang pemilik kamar.

"Lagian mau ngapain juga gue di Kampus? Lontang-lantung nunggu dosen duduk di emperan macem gembel." Ujar Ren enteng, membuat Dian menepuk mulutnya dengan semangat.

"Itu mulut kalo ngomong di filter dulu bisa kali mbak!" Ujar Dian yang kini sudah duduk diatas ranjang milik Ren, membuat gadis itu memutar bola matanya malas.

"Udah ah gue mau tidur, ganggu banget lu sumpah!"

"Eh jangan tidur lagi dong!!" Dian menarik tangan Ren agar tak tidur lagi, dan menyeret gadis itu kekamar mandi untuk mencuci muka dan menyeretnya lagi menuju ruang tengah. Dimana sudah terkumpul 2 makhluk lainnya yang sepertinya juga membolos matakuliah dengan alasan hujan tersebut.

"Mau ngomongin apaan?" Ren membuka suara, membuat ketiga orang teman lainnya berdeham kompak dan dua lainnya menatap Dian.

"Jadi gini.." Dian membuka suara

"Gue mau berhenti kuliah" lanjut Dian, membuat Ren dan kedua teman lainnya memekik kaget.

"Eh gila.. lo kesurupan!" Pekik Fia

"Maneh kudu sadar atuh Dian! Barusan teh ngomong apaan!" Tiana, gadis keturunan sunda itu angkat bicara, sedangkan Renia hanya menunduk pasrah. Karena sebenarnya, jauh sebelum Dian memutuskan untuk berhenti kuliah, bahkan dia sejak awal sudah malas dan cukup muak dengan dunia perkuliahan.























***

-Ren Part Of View-


Gue cukup kaget, Dian temen gue dari kecil itu ternyata punya masalah yang hampir sama dengan gue. Jujur aja, kuliah di jurusan yang gak lo sukai, dan segala paksaan-paksaan tidak langsung dari orangtua yang berharap anaknya kelak akan jauh lebih baik dari mereka adalah neraka bagi anak-anaknya. Ini beban, dan beban itu berat.

Gue menepuk pundak Dian, mencoba memberi kekuatan pada sahabat gue itu.

"Gue juga sama kaya lo" ujar gue akhirnya membuat Fia dan juga Tiana menepuk jidat mereka.

"Which is, setiap orang punya problematikanya sendiri. Gue paham apa keresahan kalian, tapi.. coba kalian pikirin lagi" Fia membuka suara, gadis jurusan Pendidikan Bahasa Inggris semester 3 itu menatap gue dan Dian.

FREEhatinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang