•Awal
"Perkenalkan nama saya Keyra Dian Ayudira. Kalian bisa panggil saya Ara, karena saya bukan kunci yang sering kalian bawa bawa. Salam kenal semuanya." Arbi terkekeh- kekeh menirukan ucapan Ara saat perkenalan MOS 2 tahun lalu. Ara sedikit tersinggung dengan gaya kekehan Arbi, rasanya lelaki itu sedang meledeknya.
"Gue ga bilang begituan!"elak Ara
Natasya Arumni Liu atau yang sering Ara panggil Cici, gadis berdarah tiongkok itu tertawa terbahak bahak saat Arbi lagi lagi menggangu Ara. Ara memang gadis yang pendiam dan terlihat culun, tidak seperti Arbi yang sifatnya petakilan bahkan membuat seniornya dulu selalu menghukum lelaki itu.
"Lo dulu tuh pendiem nya udah kaya gadis mau di nikahin sama juragan empang, tau gak?"lagi lagi Arbi menggoda Ara dengan kekehannya itu. Arbi sosok lelaki tampan, namun tidak seperti di novel novel yang harus cool, Arbi malah sebaliknya. Lelaki yang selalu membuat Ara mengelus-elus dadanya sambil mengucapkan sumpah serapah kepada lelaki titisan makhluk tak kasat mata itu. Memang benar jika Ara adalah sosok yang pendiam, culun, dan terlihat lemah. Hingga sekarangpun begitu, tetapi tidak berlaku saat Ara sedang bersama Arbi dan juga Cici. Cici selalu heran kepada Arbi yang sangat hobby mengusili sosok gadis berambut sebahu itu, "Udah si Bi, kasian tuh muka Ara udah merah gitu. Lo mau di makan hidup-hidup sama tu bocah?."
Arbi terkekeh mendengar ucapan Cici, Arbi memang selalu mengalah jika Cici sudah memperingatkan dirinya. Bahkan saat Arbi hendak mencalonkan menjadi ketua osis, Arbi harus mengundurkan diri, karena Cici tidak mau jika nantinya Arbi sibuk dan jarang berkumpul dengan dirinya dan juga Ara. "Gue traktir beli ice cream coklat. Mau?"
Mata Ara langsung berbinar saat Arbi ingin membelikannya ice cream kesukannya itu, "Sekup nya yang besar ya." Cici menggeleng melihat Ara yang selalu luluh jika dihadapkan dengan ice cream berwarna coklat itu.
Ara memang gadis yang tidak pernah absen memakan ice cream, bahkan dikulkasnya pun penuh dengan ice cream coklat kesukaanya. Hingga terkadang Arbi dan Cici harus siap siaga saat tamu bulanan Ara datang, karena gadis itu terkadang selalu membanting barang barang di rumah Cici dan Arbi jika ice cream miliknya dibuang oleh ibunya hanya karena gadis itu sedang datang bulan. Ibunda Ara memang seorang dokter, jadi tahu jika memakan makanan dingin seperti ice cream itu berbahaya saat datang bulan.
"Gue beliin sekalian sama pabriknya, Ra!"Ara memutar bola mata malas. "Kalau lo bisa beli, gue mau jadi pacar lo,"ucap Ara penuh penekanan. "Tapi sayangnya gue ogah,"Abi tertawa terbahak bahak bersama Cici saat berhasil membuat Ara kesal hari ini.
Cici menghentikan tawanya, "Kantin yu."
"Kalian duluan aja, gue mau bantuin Kevin ngumpulin buku tugas ke ruang guru."selain Arbi aktif dalam kegiatan sekolah dia juga merangkap sebagai wakil ketua kelas yang harus stand bye untuk membantu sang ketua kelas Kevin. "Yaudah deh kita duluan"akhirnya Ara dan Cici pergi ke kantin.
Di perjalan terlihat banyak siswa-siswi yang sedang menikmati waktu istirahat mereka. Tak jarang beberapa siswa yang sedang berada di lorong sekolah menyapa Ara dan Cici. Bukan berarti Ara popular, tapi mungkin karena kejadian taun lalu yang membuat dia sedikit dipandang oleh orang orang sekitar. Beda dengan Cici yang memang sudah menjadi pusat perhatian dari pertama mereka masuk sekolah, gadis yang berpawakan tinggi dengan kulit putih bersih menambah pesona dalam dirinya. Tak heran banyak laki-laki yang melirik Cici dari dulu.
Sesampainya di kantin, Ara dan Cici duduk di kursi yang di sediakan pihak sekolah. Keadaan kantin cukup ramai pagi ini, tapi tempat duduk tidak seramai kelihatannya. Sepertinya mereka hanya membeli setelah itu mereka kembali ke kelas masing masing. "Sekup nya yang besar ya Pa,"titah Ara antusias kepada penjual ice cream itu. Daritadi Ara rela mengantri untuk membeli ice cream yang tersedia di kantin sekolah, padahal Cici sudah menyarankan dia untuk membeli nasi atau makan berat dulu karena Cici tau Ara jarang sekali sarapan dan sekarang dia malah membeli ice cream. Apa kabar dengan lambung nya?
Saat ice cream itu sudah dihadapannya, Ara langsung segera menghabiskan ice cream itu tanpa peduli dengan tatapan sekeliling yang melihatnya aneh. "Pelan pelan Ra,"ucap Cici kepada Ara. "Tanggung dikit lagi,"kata Ara masih fokus menyantap ice cream di tangannya. Tak lama dari itu Arbi dan kedua temannya, Kevin dan juga Rizal datang.
"WOII," Arbi datang mengejutkan dari belakang dan berhasil membuat cup ice cream yang berada di tangan Ara terbang ke arah Cici. Untung saja ice cream itu sedikit lagi. Cici hanya menghela nafas pasrah dengan nasibnya yang selalu menjadi korban jika mereka berdua sudah berulah. “Ngapain sih lo! Gantiin gak!” Ara jengkel, dia berteriak kepada Arbi sampai beberapa pasang mata di sekelilingnya menatap mereka.“Yaelah, udah abis ini sih Ra. Gitu doang minta di ganti, orang macam apa lo?”ejek Arbi sambil duduk di kursi kosong sebelah Ara. Sebelum Ara menyerang muka Arbi, Kevin mengentikan mereka. “Et dah ni bocah, udah napa. Kalian gak bisa apa sehari gak recok. Liat noh si Natasya udah kayak tukang ice cream tau gak?"Kevin menunjuk Cici yang daritadi sedang membersihkan muka dan kemeja yang terkena ice cream milik Ara. “ bukan gue yang salah yah ci, ni anak ngagetin,"bela Ara sambil menjitak kepala Arbi yang berada di sebelahnya, Arbi meringis.
“Lo nya aja yang lebay,"ejek Arbi. Ara mengelak tak terima, "Ko jadi gue si? Elo lah!."
"Elo!."
"Elo titik intinya elo!."
"Elo!"
"Lo lah!."
Mereka bertengkar lagi, sampai akhirnya harus Natshya, Kevin dan juga Rizal yang harus turun tangan, dan berhasil membawa Ara dan Arbi ke kelas dengan menutup mulut mereka di sepanjang perjalanan.
_TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Coffe Is Cream
Ficção AdolescenteHidup ini memang unik. Saking uniknya, seorang gadis pencinta ice cream harus bertemu dengan sosok lelaki pencinta coffe. Disaat si 'Hangat' menyukai 'Dingin' dan si 'Dingin' menyukai 'Hangat'. "Lo ga suka yang dingin dingin? Terus kenapa lo suka...