Part 8

3.2K 360 28
                                    

Kim Bum sedang mengendarai motornya dengan laju sedang. Entah kenapa pikirannya sedari tadi hanya tertuju pada So Eun. So Eun telah menolak untuk tinggal bersamanya walau Kim Bum sudah membujuknya dengan berbagai alasan.

Perasaan Kim Bum tiba-tiba tak enak. Perasaannya mengatakan agar ia kembali menemui So Eun, tapi bukankah ia baru saja meninggalkan rumah So Eun sekitar setengah jam yang lalu.

Kim Bum masih terus menjalankan motornya menuju ke apartemennya, tapi perasaan itu begitu kuat.

Baiklah, ia akan berbalik ke rumah So Eun lagi. Paling tidak sampai ia memastikan kalau So Eun dalam keadaan baik-baik saja.

Setibanya di rumah So Eun, Kim Bum langsung membuka pintu yang ternyata tidak di kunci. Dalam hati ia mengutuki kelalaian So Eun yang tidak mengunci pintu rumahnya.

Tapi seketika mata Kim Bum terbelalak. Di tengah ruangan, tampak So Eun tergeletak dengan keadaan tubuh yang lemah dan kondisi yang kacau.

"So, kau kenapa?"

Kim Bum langsung berlari ke arah So Eun, menarik So Eun ke dalam pelukannya.

"Kamu kenapa sayang? Siapa yang melakukan ini padamu?"

Kim Bum histeris melihat keadaan So Eun. Muka memar, sudut bibir mengeluarkan darah, dari hidungpun mengalir darah segar. Tangannya memegang perut yang mungkin terasa sakit. Keadaan So Eun sungguh kacau dengan rambut yang sudah acak-acakan.

"Oppa?" So Eun menjawab lemah.

"Ayo kita ke rumah sakit sekarang."

•••

Setelah melalui serangkaian pemeriksaan, sekarang So Eun sudah di pindahkan ke kamar rawat inap. Infus menancap di pergelangan tangannya.

"Apakah masih pusing? Bagian mana yang sakit?" Kim Bum cemas melihat keadaan So Eun, walau darah yang tadi mengalir di hidung dan sudut bibir So Eun sudah berhenti, menyisakan lebam yang berwarna keunguan. Ia mendekat, duduk di pinggir tempat tidur So Eun.

Tadi dokter menjelaskan, sepertinya So Eun baru saja mengalami tamparan bertubi-tubi di wajahnya, rambut yang di tarik dengan kuat, beberapa tendangan di bagian perut dan kakinya yang meninggalkan bekas lebam di sana. Sementara dari So Eun sendiri Kim Bum tidak dapat penjelasan apa-apa. So Eun tak mau menjawab, dan karena kondisinya masih lemah, Kim Bum tidak mau memaksa.

"Aku tak apa. Kau tak perlu cemas." Sedari tadi itu terus yang di katakan So Eun pada Kim Bum. Bahkan tadi ia sempat menolak untuk di bawa ke rumah sakit.

"Baiklah. Sekarang istirahatlah. Tapi tolong jawab satu pertanyaanku, apakah ini perbuatan Hyori?"

Sejak awal melihat keadaan So Eun, hanya ada satu nama yang terlintas di benak Kim Bum, yaitu Hyori. Ia bisa memastikan hampir 90% kalau ini perbuatan Hyori. Namun ia tetap harus menanyakannya pada So Eun.

"Dia hanya sedang emosi dan terlalu cemburu. Tadi aku hanya belum siap menerima amukannya sehingga jadi seperti ini. Lain kali aku akan lebih berhati-hati. Kau jangan marah padanya."

Baiklah, walaupun So Eun tidak menjawabnya dengan gamblang, tapi sudah jelas kalau ini memang perbuatan Hyori.

"Tidurlah. Aku akan menemanimu di sini."

So Eun mengangguk dan tersenyum sekilas. Tapi seperti berpikir, So Eun bingung apakah ia harus mengatakannya pada Kim Bum.

"Kenapa?" Sepertinya Kim Bum memang peka terhadap segala sikap So Eun.

"Hmm, di sini bukan rumahku. Bisakah aku minta tolong, jangan tinggalkan aku sendiri?" So Eun mengungkapkannya dengan hati-hati. Ia sadar akan statusnya. Sebenarnya ia tidak mau mengganggu jam istirahat Kim Bum. Saat ini sudah malam, waktunya untuk beristirahat, tapi kalau ia tinggal sendiri, ia takut mimpi buruknya akan datang.

Miracle (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang