Persahabatan lawan jenis. Banyak orang bilang, mustahil jika keduanya tidak memiliki perasaan yang sama.
Tapi takdir siapa yang tahu?kisah ini berawal sekitar 8 tahun yang lalu, ketika ia berumur 8 atau 9 tahun. Entahlah, kejadiannya sudah begitu lama.
Adibrata Arka Bagaskara. Dahulu Arka itu tipikal cowok pendiam. Arka hanya bergaul dengan orang-orang tertentu saja. Sampai hari itu, hari dimana rasanya hidup Arka akan berakhir hanya sampai di situ.
Dihari itu Arka sangat frustasi, Arka berlari keluar rumah sembari berlari dan menangis sekencang-kencangnya. Mungkin, kata mereka
Arka itu cowok cengeng, lemah. Tapi, anak mana yang tegar saat kedua orang tuanya berpisah? Disaat kamu harus memilih ingin tinggal bersama Bunda atau Ayah, kamu akan memilih tinggal bersama siapa?Arka berlari kencang hingga sampai di suatu danau di taman kompleks. Disitu Arka menangis, pertahanan Arka selama ini roboh begitu saja. Arka selalu tegar saat Bunda dan Ayahnya bertengkar, Arka selalu tegar saat Ayahnya memukul dirinya yang mencoba membela Bundanya, Arka selalu tegar saat Bunda memarahinya hanya kerena ia mencoba menenangkan Bunda yang sedang emosi pada Ayah.
Hari itu, jam itu, detik itu juga, dinding pertahanan Arka roboh. Arka tidak sanggup menahan beban yang Arka sembunyikan selama ini. Arka tidak sanggup menahan sakit hati yang ia rasakan setiap kali Ayahnya memukul Bunda.
Terkadang Arka merasa iri dengan mereka, mereka yang disayangi kedua orang tuanya, mereka yang diantar jemput orang tuanya saat pergi ke sekolah, mereka yang diberi selamat dan hadiah saat mendapat peringkat, mereka yang dibantu mengerjakan tugas oleh orang tuanya, intinya Arka iri dengan mereka yang memiliki keluarga harmonis.
Disaat Arka sedang menangis sesenggukan, seseorang menepuk pundak Arka mencoba menenangkannya. Arka berbalik badan dan menemukan gadis manis nan cantik yang tengah tersenyum lebar. Dia Vania, Aerilyn Bellvania Deolinda. Gadis kecil yang tinggal tepat di depan rumahnya.
"Kamu kenapa menangis?" Tanya Vania kecil dengan senyuman lebar khasnya, memperlihatkan sepasang lesung Pipit yang sangat indah.
"Bukan urusan lo!" Arka membentak Vania kecil itu dengan kasar. Vania segera menurunkan tangannya dari bahu Arka.
"Tapi, kamu jelek tahu kalau lagi nangis. Kamu itu udah jelek, jadi jangan nangis dong, malah tambah jelek tahu." Bukannya menangis karena dibentak, Vania justru tersenyum semakin lebar memperlihatkan gigi susunya yang ompong.
"Bisa nggak sih lo nggak usah senyum? Gigi lo itu ompong!"
Arka menatap tajam Vania kecil."Kamu jangan nangis dong, masa anak laki-laki nangis. Kata Mamaku, kalau anak laki-laki nangis itu namanya bencong. Emang kamu mau dikatain bencong?" Tanya Vania kecil dengan kekehan ringan.
"Nggak!!" Arka segera menghapus bulir-bulir air mata yang tersisa.
"Emangnya kamu pernah lihat Spiderman, setrika, sama Batman nangis?" Tanya Vania kecil dengan suara yang lucu.
"Setrika? Siapa setrika?" Arka kebingungan sekarang. Memangnya ada super Hero yang namanya Setrika? Kasih tahu Arka dong, Superhero mana yang Vania maksud.
"Itu loh, Iron-Iron siapa lah." Arka tertawa terbahak-bahak. Gadis kecil ini berhasil membuat Arka tertawa setelah menangis tadi.
"Itu Iron man bego!" Arka menonyor kepala Vania kebelakang.
Vania memanyunkan bibirnya. "Kata Mamaku, nggak boleh tahu ngomong kasar kayak gitu. Apalagi kamu masih kecil."
"Iya-iya maaf," Ujar Arka kecil meminta maaf kepada Vania.
"Kamu kenapa nangis?" Tanya Vania lembut.
"Aku sedih Bell, orang tuaku resmi bercerai hari ini, Aku bingung mau ikut siapa." Jujur Arka. Arka memang memanggil Vania dengan panggilan Bellva, entah apa alasannya.
"Om Dibra sama Tante Cecyl cerai? Kenapa Ka?" Tanya Vania kecil kepo.
"Aku nggak tahu, tapi yang jelas, Bunda udah muak sama Ayah, mereka selalu bertengkar." Arka memejamkan matanya sejenak merasakan bulir-bulir air mata yang sebentar lagi turun.
"Yang sabar ya Ka, walaupun aku nggak tahu apa yang kamu rasain, tapi aku ngerti kok, kamu pasti terpukul banget." Arka tersenyum tulus mendengarnya.
"Tapi apa hidupku akan berwarna kedepannya? Sedangkan cahaya yang aku miliki udah nggak bersama lagi." Vania terenyuh mendengar perkataan Arka.
"Kamu harus yakin, kalau kamu bisa. Walaupun keluarga kamu nggak utuh, seenggaknya kamu masih punya Allah." Entah dari mana kata-kata bijak ini berasal.
"Tapi, Aku takut kalau teman-teman di kelas ngejek Aku, " Arka memang terkenal penakut di kelasnya.
"Kamu tenang aja, aku akan selalu bela kamu kok." Hening menyelimuti keduanya.
"Bell?" Panggil Arka.
"Ya?" Vania sedang memejamkan matanya menikmati semilir angin yang berhembus kencang menerpa wajah dan rambutnya dengan lembut.
"Kamu tunggu disini dulu ya, Aku mau kesana sebentar." Vania hanya mengangguk mengiyakan.
Tak lama kemudian, Arka datang dengan membawa dua es krim ditangannya. Arka menyodorkan satu es krim ke arah Vania.
"Buat aku?" Tanya Vania. Arka mengangguk sebagai jawabannya.
"Makasih," Ujar Arka.
"Buat?"
"Makasih karena kamu udah ngehibur Aku, makasih karena kamu udah buat aku ketawa lagi, makasih karena kamu selalu belain aku didepan temen-temen. Aku nggak tahu gimana jadinya kalau nggak ada kamu yang belain Aku didepan temen-temen." Arka mengucapkan kalimat itu dengan begitu tulus.
"Kamu nggak usah bilang terima kasih sama aku, karena aku cuma nggak suka kalau ngelihat orang ditindas." Arka tersenyum, gadis kecil dihadapannya ini memang berhati mulia.
"Aku harap, kita bisa sama-sama terus ya Bell, kamu harus janji sama aku kalau kita harus satu sekolahan terus. Kita harus berjanji untuk selalu bersama, sampai takdir yang memisahkan kita. Jangan ada rahasia diantara kita." Arka tersenyum lalu menjulurkan jari kelingkingnya .Vania terkekeh pelan.
"Iya aku janji." Keduanya mengaitkan jari kelingking masing-masing.
"Bell, lihat deh. Sunset-nya indah banget." Arka menunjuk sang mentari yang sebentar lagi akan meninggalkan bumi. Vania hanya mengangguk karena ia sedang sibuk menghabiskan es krim miliknya.
"Yakinlah di balik luka terselip bahagia tiada tara, maka jangan takut untuk terluka." Arka menoleh pada Vania yang sedang menghabiskan es krimnya.
"Darimana kamu dapet kata-kata bijak kayak gitu?" Tanya Arka penasaran.
"Nggak tahu, tiba-tiba muncul aja di kepala, hehe."
"Senja itu emang indah Bell, tapi kehadirannya cuman sementara. Begitu juga orang yang singgah di hidup kita, mereka hanya bersifat sementara, lambat lain mereka akan pergi juga." Kini giliran Vania yang menoleh pada Arka.
"Kok kamu bisa merangkai kata sebagus itu?"
"Itu." Arka menunjuk sebuah poster yang menampilkan sebuah tulisan sama persis dengan apa yang dikatakan Arka. Keduanya tertawa dibawah langit senja sore itu.
Langit senja menjadi saksi bahwa mereka pernah berjanji untuk selalu bersama.
_o0o_
Hallo🤗
Gimana puasanya? Lancar? Nggak bolong-bolong kan?Gimana cerita kedua ini? Vote+comments selalu kutunggu 😊💜😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendship
Teen FictionAdibrata Arka Bagaskara, cowok nyebelin yang terkenal playboy. Dahulu, dirinya adalah cowok yang pendiam. Namun, semenjak perceraian kedua orangtuanya, Arka mengubah dirinya menjadi cowok yang aktif dan suka bergonta-ganti pasangan. Arka bahkan seri...