Kejadian kemarin membuat gue dan Dian memutuskan untuk pulang kampung, kebetulan kita berasal dari daerah yang sama.
Selama di bus dalam perjalanan pulang kami hanya diam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Menyiapkan temeng dan beribu rangkaian kata yang mungkin akan membuat orangtua kami menangis..
'Ma.. maafkan kami, kami gagal memenuhi keinginan kalian' membayangkannya saja udah membuat gue merinding, dan ingin menangis.
Kesalahan yang sejak awal sudah terlanjur untuk dilakukan, berharap gue bisa memenuhi keinginan tersebut, tapi naas, gue harus berhenti di tengah jalan. Bukan karena tidak bersyukur, tapi coba aja lo ada di posisi gue dan Dian. Mungkin lo bakal paham dengan apa yang kita rasain.
Terkurung dalam sebuah beban dan dilema. Antara ingin membahagiakan dan melepas keinginan dengan segala hal yang lo sukai. Faktor utama mungkin urusan biaya, yah.. karena kampus gue ini termasuk kampus termurah yang pernah ada, lalu faktor lainnya.. orangtua yang tidak mengizinkan kami untuk terlalu jauh dalam menempuh pendidikan perkuliahan.
Gue yang notabene dulu pernah hampir kuliah di jogja, terpaksa gue lepas keinginan itu hanya demi nyokap, lalu Dian yang juga hampir kuliah di Palembang pun mengalami hal yang sama dengan gue.
Kita selalu sama-sama sejak kecil, tapi apa harus?
Keinginan kita juga terpendam sama-sama?
***
"Udah mau nyampe, lo mau naik grab atau dijemput?" Gue membuka suara ditengah keheningan antara gue dan Dian. Sepanjang perjalanan kami cuma saling diam, persis orang pacaran yang lagi musuhan.
"Bokap gue yang jemput, lo sendiri?" Tanya Dian balik masih dengan wajahnya yang selalu mengarah pada jalanan dijendela bus.
"Gue baru mau pesen grab, orang rumah mana mau jemput gue" gue cuma bisa tersenyum kecut, keluarga gue emang cukup berantakan. Setidaknya mental gue udah gue siapin dengan matang, siapa tau abis ini nama gue di coret dari Kartu Keluarga, yah.. gak ada yang tau kan?
"KIRI BANG !!!" gue berteriak lantang pada kernet bus, bersiap berdiri dan menggendong tas ransel gue.
"Kita pisah disini ya? Jangan kangen sama gue" gue turun dari bus dan diikuti Dian di belakang gue yang kini memasang mimik wajah menahan muntah.
"Najis banget lo! Yang ada bersyukur gue gak liat muka lo lagi" ujarnya membuat gue tertawa terbahak.
"RENIA XAVERA YANG PESEN GRAB?" Seorang tukang Grab mendekat kearah gue dan Dian yang kini mematung.
"Oh iya mas.. saya yang pesen" ujar gue sambil menyenggol bahu Dian kencang.
"Sadar lo anju!"
"Eh.. ya ampun mas grab nya kok ganteng!" Dian memekik membuat gue menutup muka malu. Mimpi apa gue punya temen begini.
"Makasih mbak, terharu deh saya" ujar si mamas Grab membuat gue menggelengkan kepala sedangkan Dian masih sibuk senyum-senyum gak jelas.
"Yaudah yuk mas! Keburu sore, biarin aja temen saya.. dia emang gitu kalo jam-jam segini, suka kumat" gue pun naik ke motor mamas grab ini dan meninggalkan Dian sendiri yang kini sedang menunggu jemputan.
"Eh mbak!" Si mamas grab membuka percakapan di atas motor.
"Apaan mas?"
"Temen mbak tadi namanya siapa?"
"Kenapa mas? Naksir? Jangan mas.. dia kurang waras"
"Wah.. cocok kalo gitu sama saya mbak" lah.. kebanyakan makan geblek kali nih mamas grab.
"Nama mas siapa nanti saya kenalin deh. Temen saya kebetulan jomblo dari lahir" maafin gue ya Dian.. tapi ini demi menyelamatkan status jomblo lo.. lumayan lah.. kang grab juga gak burik-burik amat.
"Beneran mbak?" Tanya mas Grab semangat dan gue cuma berdeham.
"Nama saya Ong Suryadinata, panggil aja Ong" boljug nih mas-mas grab nama nya.
"Oke nanti saya kasih WA temen saya ya mas? Btw mas.. ini kayanya rumah saya kelewatan deh"
"OH IYA MBAKKK YA AMPUN !!!"
***
Udah seminggu gue pulang, dan seminggu ini pula gue cuma lontang-lantung di rumah.
Agenda gue tiap hari cuma bersih-bersih, cuci piring, cuci baju, jemurin baju, tidur, makan, buang nafas, narik nafas, pipis, BAB. Begitu terus siklusnya.
Dan suatu hari, hal itu membuat nyokap gue merasa jengah melihat gue yang lontang-lantung gak jelas. Jujur aja, semenjak pulang lagi kerumah, gue belum berkata apapun dan apa tujuan gue pulang sebenarnya.
"Ren, mama mau ngomong!" Jujur gue paling takut dengan kata ini, kalau udah terucap dari mulut nyokap gue. Karena itu sudah pasti gue bakal di sidang habis-habisan.
Renia Xavera.. lo tamat sekarang!
TBC
KANG GRAB TAMVAN PUJAAN DIANDRA
Ong Suryadinata
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK BERUPA VOTE DAN KOMENTAR ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
FREEhatin
Short Story[SLOW UPDATE] Tentang jiwa bebas, yang tidak bisa bebas. (Seperti curahan hati Mahasiswa semester tua)