Tepat pukul 08.00 pagi, Jimin sudah siap dengan segala keperluannya. Tas kecil di punggung buku tebal Makroekonomi di pegangnya di sebelah kiri dengan tangan kanan yang memegang handphone. Hari ini, sudah hampir 3 bulan lamanya Jimin tidak pernah berkunjung ke tempat dia menimba ilmu, sekarang dia harus sudah mulai membiasakannya kembali.
Jimin yang sudah tidak sibuk dengan handphonenya, mulai memfokuskan diri untuk menyetir. Ya, untungnya kampus tempat Jimin berkuliah itu adalah kampus yang memiliki lahan parkiran yang luas dan untungnya lagi kedua orang tua Jimin mengijinkan anak semata wayangnya untuk menyetir sendiri. Awalnya Eomma Jimin tidak mengijinkan anak manisnya itu menyetir, tapi dengan kemampuan Appa Jimin yang habis – habisan membujuk istrinya untuk membebaskan anaknya membawa mobil sendiri, akhirnya Eomma Jimin mengijinkannya.
Tepat jam 08.30, Jimin sampai di kampus. Mata kuliah yang dihadapi Jimin untuk memulai semester barunya ini akan berlangsung pada jam 09.00 pas. Itu artinya, Jimin masih memiliki 30 menit waktu tersisa. Akhirnya Jimin memutuskan untuk menelpon sahabatnya, yaitu Taehyung.
"Taehyung, kau dimana? Aku sudah sampai di kampus. Kau tidak bermaksud untuk boloskan untuk awal semester ini?" tanya Jimin melalui fasilitas freecall yang berada pada q-talk
"Aku baru akan berangkat. Aku akan menjemput Jungkook dulu baru ke kampus. Kau sudah menghubungi Jin hyung? Kalo tidak salah dia juga mengambil mata kuliah yang sama dengan kita hari ini. Tolong hubungi, bisa – bisa dia terlambat" jawab Taehyung
"Baiklah aku akan menelponnya. Hati – hati dijalan dan sampaikan salamku pada Jungkook ya!" ucap Jimin sambil memutuskan telponnya.
Jimin dan Taehyung sudah besahabat sejak awal ospek di kampus. Dan siapa sangka, perkenalan sepele yang dilakukan Taehyung pada saat awal perkenalan ospek akan membuat mereka menjadi sahabat yang sangat dekat sekarang. Karena Taehyung jugalah, Jimin mengenal Kim Seokjin atau yang akrab di panggil Jin Hyung. Seokjin adalah teman sekelompok Taehyung saat masa ospek, karena postur tubuh yang besar serta badan yang tegap membuat Seokjin selalu di panggil Hyung. Bukan karena Seokjin sudah tua, tetapi aura yang dikeluarkan oleh Seokjin adalah aura yang sangat dewasa, membuat semua orang merasa enggan.
Jimin masih terfokus pada handphonenya, sampai seseorang memanggil namanya dengan keras
"Hei, Park Jimin! Lihat siapa yang datang, aku tidak terlambat kan?" Sapa Seokjin sambil tertawa dan merentangkan tangannya bermaksud untuk memeluk Jimin
"Jin Hyung! Aku baru saja akan menelponmu. Aku kira kau akan bolos kesiangan karena ini awal semester." Sambut Jimin dengan pelukan hangatnya.
"Hei, itu tidak akan terjadi. Semester baru harus semangat baru dong! Bagaimana kabarmu?"
"Aku baik Hyung, bagaimana denganmu? Kau kesini bersama siapa? Namjoon hyung kah?"
"Baik. Ya, tapi dia sudah pulang. Dia hanya mengantarkanku saja. Hari ini dia ada kelas siang"
Selang beberapa waktu, perkuliahan pagipun telah selesai. Namun sayang, awal semester harus Jimin lewati dengan sedikit suntuk karena banyaknya matakuliah yang dijadwalkan pada hari ini.
Jam menunjukkan pukul 04.00 sore. Jimin merasa sangat haus dan tenggorokannya terasa kering. Setelah berpamitan untuk pulang kepada Taehyung dan Seokjin, Jimin memutuskan untuk membeli sesuatu di sebuah minimarket yang jaraknya tidak jauh dari kampusnya. Hanya butuh beberapa detik untuk sampai dan Jimin langsung memarkirkan mobilnya kembali. Tepat saat Jimin membayar minuman yang dia beli, hujan deras tiba – tiba mengguyur kota. Jimin hanya bisa mengedus kesal saat keluar dari minimarket tersebut.
Jimin yang enggan basah – meskipun itu hanya sedikit, karena jarak gerbang minimarket sangat dekat dari mobilnya – Jimin memutuskan untuk duduk disalahsatu meja yang tersedia untuk para pengunjung minimarket bermaksud untuk menikmati minuman yang dia beli. Sesaat saat Jimin hendak membuka botol minuman tersebutt, tiba – tiba ada laki – laki pucat dengan kaos hitam berlengan putih berlari di bawah rintikan air hujan dan berteduh tepat di depan wajah Jimin dan memunggunginya.
Saat itu Jimin tidak terpaku dengan wajahnya, hanya saja dia dapat melihat wajah pucat itu sekejap dan bahkan tidak ada satu detik – mungkin?. Rambut hitam legam itu terlihat basah, tetapi kenapa Jimin merasa bahwa hal itu sangat – sexy? Dan lagi punggungnya, kenapa terlihat gagah? Aura yang dikeluarkan oleh pemuda itu sangatlah kental dan Jimin terasa didominasi olehnya.
Jimin mulai tersadar setelah sepersekian detik dia dibuat terpana, Jimin melihat sekitar. Dia melihat jam yang melingkar di tangan kirinya dan bergumam dalam hati
"Tepat pukul 04.15sore di hari Senin, diminimarket depan kampus, aku jatuh cinta lagi dengan deruhujan sebagai saksi betapa menggebu – gebunya jantung ini berdetak hanya denganmemandang punggung gagah yang ada didepanku saat ini"
YOU ARE READING
Him
RomanceTepat pukul 04.15 sore jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya hanya dengan melihat postur tubuhnya dari belakang. Bagaimana bisa aku merasa senang hanya dengan melihat punggung seseorang? Apa aku mulai jatuh cinta lagi?