1

469 48 0
                                    

'Kapan aku bisa keluar dari rumah ini?'

Terbesit pertanyaan tersebut dalam benak Yoongi ketika mendengar tawa dari ruang keluarga.

Tujuh belas tahun

Menurut hukum, anak seumur ini masih hidup dibawah perlindungan orang dewasa.

Tetapi apakah Yoongi benar-benar bisa menyebut mereka sebagai pelindungnya? Apakah ia benar-benar dibawah perlindungan mereka?

Orang-orang yang sedang tertawa berbahak-bahak diruang keluarga itu bahkan seolah tidak sadar saat Yoongi memasuki ruangan.

"Ayah, Maukah Ayah membelikanku ini?"

Sambil bertanya dengan suara sengau, Jisoo bersandar manja dibahu ayah tirinya. Biasanya susah dekat dengan ayah tiri. Namun, Jisoo seakan tidak peduli karena pada dasarnya ia memang suka sok dekat

"Semua teman sekolahku punya, hanya aku yang tidak. Aku seperti anak telantar."

'mungkin dia akan meminta tas dan sepatu yang harganya berjuta-juta won.'

Hari ini Yoongi bertemu dengan kakek aneh. Kakek itu tiba-tiba terjatuh saat menyebrang jalan, tetapi tak ada yang menolongnya. Yoongi sempat ragu-ragu untuk menolong kakek itu karena takut terlambat kerja. Namun, akhirnya ia menggendongnya dan berlari kerumah sakit. Kata dokter, kakek tersebut hanya menderita anemia ringan.

Setelah Sadar, kakek itu bukannya memberitahu nomor telepon keluarga yang bisa dihubungi, malah terus-menerus menginterogasi Yoongi. Awalnya Yoongi merasa aneh kakek tersebut bertanya terus walaupun baru pertama kali bertemu.tetapi kakek itu terlihat kesepian, akhirnya ia menjawab setiap pertanyaan dengan jujur.

"Apa harapanmu? Apakah ada yang kau inginkan?"

Yoongi menjawab pertanyaan tersebut. "Aku tak bisa mendapatkan hal yang aku inginkan. Harapanku..... Aku ingin keluar dari rumah. Bagiku tempat itu bukan rumah."

Yoongi tidak mengerti kenapa ia menjawab setiap itu. Mungkin sinar mata kakek itu yang hangat, dan kenyataannya bahwa Yoongi sudah lama tidak merasakan kehangatan, yang akhirnya membuatnya mengungkapkan perasaannya. Setelah mendengar jawaban Yoongi, raut wajah kakek tersebut berubah menjadi sedih.

"Sangat menyedihkan bila tidak ada tempat yang bisa kau tinggal." kata kakek itu.

"Tidak apa-apa. Meskipun tidak ada tempat tinggal, aku masih bisa bertahan hidup."

Kemudian seorang laki-laki berkulit putih datang menjemput kakek itu. Yoongi juga meninggalkan rumah sakit. Karena kejadian tadi, Yoongi dipecat dari tempatnya bekerja paruh waktu.

'Apakah aku harus mencari tempat kerja lain lagi?' pikir Yoongi.

Saat menuju kamar, Yoongi bertemu pandang dengan Jisoo.

'sial.'

"Kenapa kau berdiri di sana?"

Gara-gara suara Jisoo yang tajam, Ayah dan Ibu tiri Yoongi juga menatap Yoongi. Sorot mata mereka tidak memancarkan perasaan apa pun. Tidak, Yoongi mengerti arti sorot mata tersebut.

'kenapa anak itu masih ada dirumah ini?'

'lebih baik dia tinggal di tempat lain. Benar-benar anak tidak berguna.'

Yoongi hanya tersenyum. "Aku baru pulang."

"Tidak usah bohong. Jelas-jelas kau sudah lama berdiri di sana. Apa yang kau dengar? Membuatku kesal saja."

"Cepat masuk kamar. Jangan merusak suasana." Kata ibu tiri Yoongi dingin.

Ayah Yoongi hanya memasang ekspresi datar.

Aku Hanya Ingin Tenang! [ MINYOON ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang