"mati aja lo, kutu buaya"
═══════════════════
"Bro, disini!"
"Lah anjing badan gue kayaknya kelelep nih. Nu, berdiri elah, bantuin gue teriakin koko Cina." Kedua temannya hanya sibuk menghabiskan makanan tanpa perlu mematuhi perintah pria tersebut. Merasa jengkel dengan kedua sahabatnya, pria itu nekat menjitak kepala mereka.
"Makan aja lo berdua. Dimana rasa persahabatan dan perkeluargaan pohon cemara kita?" sambungnya lagi sambil menjauhkan kedua mangkok mie ayam Pak Ayub.
Mereka bertiga sedang berada dikantin kampus, lebih tepatnya di kantin Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, disana mereka menunggu temannya yang lain, yang baru saja keluar kelas dengan menggandeng tangan seorang wanita. Sebenarnya mereka berempat mempunyai janji untuk ketempat sahabatnya yang lain, yang terus saja mengeluh merasa kesepian setiap hari tanpa mengenal lelah.
Kesal dengan perilaku temannya yang sangat seenak jidat, salah satu pria yang mendapatkan hadiah jitakan akhirnya ikut berdiri, melambaikan tangannya kearah pria bertubuh besar dengan matanya yang sipit.
"Woi Pramudikta. Sini lo." Teriaknya dengan suara lantang, membuat seisi kantin menatap kearah meja mereka dengan pandangan yang cukup aneh.
"Kesel saya punya teman malu - maluin semua." Salah satu pria dimeja itu langsung menutup wajahnya dengan buku mata kuliah hari itu. Berbeda dengan dia, kedua temannya malah tertawa sambil berhigh five ria.
Merasakan namanya dipanggil, pria yang bernama Pramudikta menoleh kearah meja itu, tersenyum lega seakan melihat pahlawan kesukaannya ketika masih kecil. Dia melepaskan tangannya yang digandeng seorang wanita yang terus saja bercerita tentang hal tak penting. Mulai dari kuku tangannya yang panjang, rambutnya yang bercabang, makeup terbaru yang harganya sampai ingin menjual ginjal.
"Nin gue cabut ya, temen gue udah nungguin disana."
Tanpa menunggu jawaban yang tentunya berupa kalimat penuh protesan, pria itu langsung cepat - cepat melarikan dirinya tanpa menoleh kebelakang sedikit pun. Sampai dimeja itu dia langsung meminum es teh, tanpa ingin tau itu punya siapa.
"Lah ko, teh gue anjir," sergah pria yang tadi menjitak kedua sahabatnya, Jevon. "Lo kaya, tapi doyan ambil jatah orang. Gue gak mau makan pokoknya."
Emang ada - ada saja tingkah Jevon, seperti ibu hamil yang ngambek dengan suaminya jika keinginan mereka tidak dikabulkan. Hanya perihal es teh yang diminum Daniel membuat Jevon tak ingin memtentuh makanannya sedikitpun.
Ya, pria yang dipanggil Koko Cina itu adalah Daniel, salahkan matanya yang sangat rapat itu sehingga para teman dan orang tuanya memanggil dia dengan sebutan Koko China. Selain Jevon dan Daniel, dimeja itu juga ada Keanu dan Abiyan. Keduanya masih sibuk fokus dengan mangkuk mie ayam, tak ada sedikitpun hasrat untuk membantu Daniel membujuk Jevon.
Pada akhirnya, Jevon juga ikut kesal dengan kedua sahabatnya. Kenapa mereka tidak mempunyai inisiatif untuk membujuk sahabat sendiri?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Avengers
FanfictionKata siapa kelompok Avengers hanya kisah khayalan? Kata siapa, kelompok Avengers dipenuhi dengan orang - orang berkekuatan super demi mengalahkan membela manusia? Nyatanya. Kelompok Avengers, ada di Bandung. Mereka hanya manusia biasa yang berkulia...