Pagi yang masih gelap..subuh itu dengan diantar lucky menuju bandara menuju harapan pengembangan usahaku.
"Erick..kabari aku setelah sampai disana, ok"peluk lucky setelah sampai dibandara
"pasti. Kamu juga."balasku.
Lucky mengantarkanku hingga ruang tunggu. Tak banyak yang kami bicarakan. Hanya ku titipkan rumah, dan beberapa urusan perusahaan kepada lucky, jika aku belum bisa untuk pulang kembali ke Indonesia.
Pesawatku tinggal landas, hingga terbang menuju langit-langit biru yang berawan. Ku pejamkan mata, mengingat setiap kenangan dan keindahan hari-hariku sebelum ini, "Lana..." batin ini terus memanggilnya.
Semoga ini pilihan yang terbaik untuk nya, agar dia bisa bahagia dengan semua keputusannya dulu.
Kakiku menginjak di tanah paman sam ini. Suasana sibuk yang padat, dibandara new York aku sudah ditunggu oleh karyawanku. Dan menuju ke apartment yang telahku siapkan jauh-jauh hari melalui karyawanku.
Dalam perjalanan menuju tempat tinggal baruku, aku tak lupa mengabari lucky, tentunya juga kepada Lana.
Pemandangan cukup sejuk, didepan apartmen begitu indah taman yang terbentang. Belum sempatku membongkar semua isi koper dan menyusunnya. Ponselku kembali berdering. Mischa. Bukannya dia tidak tau dengan kepindahanku disini.?pikirku berkecamuk
"haii.."sapaku
"heii.."sapanya kembali
"erick.."lanjutnya
"ya..mischa..ada apa?"tanyaku, sedikitku ragu untuk mengatakan aku berada dimana.
"where are you?"Tanya nya dengan suara sedikit curiga
"amm...mm..iammm..ohh my god"suaraku terhenti, aku lupa mematikan pelacak teleponku, pastinya mischa mengetahui keberadaanku.
"what?"Tanya nya ragu
"nothing,.mischa aku sekarang...."kataku pelan namun dia memotong pembicaraanku
"new York?manhattan?"Tanya nya sangat yakin
"ya...mmmmm..mischa, aku jelaskan..."
"kenapa gak ngabarin aku?potongnya
"mm...aku tidak mau merepotkan kamu"
"dimana kamu tinggal?"Tanya nya kembali
"central Manhattan Apartment at 4th street, apartmen 143"aku memberikan alamat dan kamarku
"ok. I'm here"
"what??you here??"tanyaku
"yea.."jawabnya. lalu terdengar bel pintu berdenting. Masih dengan ponsel ditelingaku, ku bukakan pintu apartmentku
"tradaddaa....."mischa ada didepan pintuku dan mengagetkanku
"oh my god.."jelas aku kaget dengan kehadirannya yang entah tau dari mana dia aku disini.
"come in"ku persilahkan dia masuk. Dan mematikan ponselku
Mischa celingak celinguk melihat kesekeliling ruangan kamarku. Luasnya tidak seberapa besar, tapi cukup untuk tempatku beristirahat. Menghabiskan waktu ku dalam beberapa waktu kedepan.
Kamar tidur tidak terlalu luas, disudut ujung kanan ada dapur bersih dan didepan nya ada mini bar yang bergabung dengan ruang tamu, dan disudut kiri setelah kamarku berdampingan ada pojok sebuah piano disana, untuk menghilangkan suntukku. Dengan pemandangan taman yang hijau di bawahnya.
"dari mana kamu tau aku ada disini?"tanyaku
"dari ponsel kamu."jawabnya singkat, sudah kuduga sebelumnya.
YOU ARE READING
You and I
FanfictionSuara itu terus bersandar ditelingaku. Merengkuh pasti tak bisaku hindari. Kian kulupakan kian menerjang hebat tak terpisahkan. Gelak tawanya, riang pesonanya tak menyurutkan keheningan ini yang terlalu lama hinggap.