Melupakanmu?
Seorang teman yang mengetahui apa yang sedang terjadi pada diriku menyarankanku untuk melupakanmu dan mencari pria lain yang bisa mengisi hatiku kembali. Aku hanya bisa tersenyum. Tidak ada jawaban.
Kamu hadir dalam hidupku begitu saja. Tidak direncanakan oleh siapapun, tidak dipaksakan oleh siapapun, dan tanpa petunjuk apapun. Kita bertemu begitu saja. Kamu muncul di hatiku pun begitu saja. Tidak pernah aku rencanakan, tidak pernah aku dipaksakan, dan tanpa petunjuk apapun. Tiba-tiba aku menyadari bahwa aku sedang jatuh hati kepadamu. Semuanya terjadi begitu saja, mengalir.
Bagaimana mungkin aku sampai hati untuk melupakanmu?
Kalau kamu hadir di hatiku begitu saja, saat ini akupun harus melupakanmu begitu saja. Harus aku rencanakan, harus aku paksakan. Tiba-tiba aku menyadari bahwa kamu tidak lagi jatuh hati kepadaku. Semuanya terjadi begitu saja, mengalir. Mungkin semuanya karena salah ku juga. Entahlah...
Tapi maaf, aku masih belum mampu melupakanmu.
Kamu memang bukan siapa-siapa. Hanya seorang manusia dengan seribu kesederhanaan. Tapi aku seperti bertemu dengan seseorang yang kuimpikan selama ini. Sosok yang membuat aku merasa tenang. Sosok yang membuat aku percaya, cinta itu nyata.
Selama ini aku kira cinta itu hanyalah ungkapan gombal para pujangga.
Tapi kamu membuat aku percaya dengan cinta. Tidak hanya itu, bahkan kamu membuat aku merasakannya. Aku merasakan bagaimana teduhnya saat aku membuka mata dari istirahatku, aku menyadari kamu sudah meneduhi hatiku. Aku merasakan bagaimana teduhnya saat aku menutup mata untuk mengakhiri hariku, aku menyadari kamu sudah menyelimuti hatiku.
You're my special one.
Namun kini aku diberikan pilihan untuk melupakanmu.
Pilihan yang terlontar sendiri dari bibirmu beberapa waktu yang lalu.Mungkin aku memang bukan siapa-siapa bagimu, menjadi kekasihku pun tidak pernah. Cuma aku saja yang selalu merasa. Sekarang kamu tidak pernah meneduhi hatiku saat pagi dan menyelimuti hatiku saat malam. Namun aku selalu merasakannya... mengharapkannya. Berharap yang aku harapkan ini nyata, kamu bersedia menjadi teduh dan selimut hatiku.
Inilah kasih tak sampai.
Saat ini, aku sedang mengingatmu. Masih seperti biasa. Tidak ada yang berkurang dari hatiku untukmu. Dan seperti yang aku katakan, kalau kamu memang harus aku lupakan kelak, aku ingin semuanya terjadi begitu saja. Bukan karena direncanakan, dipaksakan, ataupun diberi petunjuk terlebih dahulu. Semuanya mengalir begitu saja, seperti tetesan embun yang mengalir di pucuk daun teh, sampai akhirnya ia mengalir pada ujung daun tersebut... dan menetes ke tanah. Hilang.
Kamu perlu tahu,
Aku menginginkan hatimu bukan karena aku ingin menghilangkan kesendirianku.
Tapi karena aku merasakan bahwa dengan kehadiranmu, aku merasa damai.