***"K-kamu liat Ali, nggak?"
"Nggak tuh,"
Prilly tersenyum kikuk, saat mendapat balasan sinis dari teman sekelas nya. "O-oke, thanks."
Selanjutnya, gadis itu berjalan cepat mengitari sekolah, mencari Ali. Saat bel istirahat berbunyi, cowok itu memang sempat menemani nya makan, lalu pamit keluar.
"Gue ada urusan bentar."
Prilly melangkahkan kaki nya ke arah koridor belakang sekolah. Cukup nekat sebenarnya. Tapi, pasti ada kemungkinan Ali ada di sana, bukan?
Terdengar suara gelak tawa, membuat Prilly menghentikan langkah nya sejenak.
"Gue bisa hajar dia sampe mampus!"
"As you wish, Li! Biar gue yang siapin tempat nya!"
Suara itu.
Prilly cepat-cepat berjalan ke arah belakang, tanpa peduli ’apa’ atau ’siapa’ yang ada di balik spanduk tak terpakai itu.
"Ali?"
Tawa dan obrolan mereka terhenti. Ali berbalik, lalu tersenyum kaku ke arah Prilly. "Prill?"
"Kamu ngapain?"
Seketika Ali membuang puntung rokok nya yang tersisa setengah itu ke tanah. "Gue-,"
"Ada urusan." Prilly memotong ucapan Ali, kemudian tersenyum ringan. "yaudah, jangan lupa masuk kelas, ya? Sebentar lagi ada evaluasi bahasa Inggris."
Vino menatap kepergian Prilly dengan sinis. Cowok itu menghembuskan asap nya, lalu menunjuk Ali dengan putung rokok milik nya. "lo terlalu lembek." komentar nya.
Reza mengangguk setuju, sambil tertawa kecil. "gue ngebayangin kalian nikah, terus cewek lo minta cerai, dengan lembek nya lo nurut." cowok itu tertawa keras, seraya menepuki punggung Ali miris.
"Nggak setolol omongan lo juga!" Ali menepis tangan Reza, lalu membalas lirikan tajam Vino. "stop tatap cewek gue begitu!"
Vino hanya mengangkat bahu nya acuh. "Mending lo susul cewek itu, dia ribet."
Ali mengangkat sebelah alis nya. "Tau darimana lo cewek gue ribet?"
"Nebak,"
Ali berdiri, lalu berjalan pergi meninggalkan kedua teman nya itu. Cowok itu berbelok, memasuki kelas nya, lalu menemukan Prilly yang terlihat sibuk dengan ponsel nya.
"Prill?"
Prilly mendongak, kemudian menampakkan senyum manis nya. "Kenapa Ali?"
Kenapa Prilly tidak marah, lalu membentak nya, sih?! Ali mengusap wajah nya kasar. Kalau terus menampilkan senyuman tulus itu, Ali merasa menjadi orang jahat di sini.
Fakta nya memang iya.
Ali menggaruk kepala belakang nya bingung. "N-nggak."
Prilly bergumam ’oh’, lalu kembali sibuk dengan ponsel nya. Ali meringis gugup, "Prill gue-,"
"Jangan minta maaf." potong Prilly. "Itu hak kamu,"
Tidak. Bukan itu jawaban yang Ali ingin dengar. "Gue janji, ini nggak akan kejadian lagi."
Prilly menaruh ponsel nya, memfokuskan seluruh atensi nya pada Ali. "aku bakal tunggu janji kamu."
"Jangan begini-,"
"Aku cerewet, ya?" Prilly terus-menerus memotong ucapan Ali. Ia tau, itu tidak sopan. Tapi, rasa nya sangat kesal jika terus di abaikan begini. "kamu benci sama aku yang begini, kan?"
Ali mengerutkan kening nya. "Maksud nya?"
Prilly tersenyum lebar. "Kamu liat dari sini," gadis itu menunjuk kepala nya, "sampe sini," kemudian turun ke bawah. "bagian mana yang bisa kamu banggain dari ini semua?"
"Gue nggak ngerti maksud lo." Ali menggeleng pelan. "jangan begini lagi, gue nggak suka."
"Aku nggak berguna, Ali." Prilly berkedip dua kali, menahan air mata nya. "cuma bisa nyusahin kamu aja."
Ali memeluk gadis itu cepat-cepat. Cowok itu melihat bahu Prilly bergetar. Ratu-nya menangis!
"Ada dua hal yang harus lo tau."
Prilly memejamkan mata nya, melupakan fakta bahwa ia sedang i kelas sekarang.
"Pertama, gue nggak nyari 'guna' lo itu apa." Ali menatap tajam satu-persatu siswa di kelas, mencoba mencari tau siapa yang membuat Prilly-nya menangis. "Kedua, siapa orang yang berani bikin lo merendah kayak begini?"
***
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You, Nerd! (✓)
FanfictionSi Bad sangat mencintai Si Nerd. Begitu juga sebaliknya. Setiap melihat Si Nerd menangis, Si Bad akan menghajar sang pelaku tanpa ampun, termasuk diri nya sendiri. Si Nerd beruntung memiliki Si Bad. Namun ia sadar, diri nya tak pantas bersama Si B...