Part 22 - Be My Friend

408 7 0
                                    


Keyzia dan Melvan masih berada di taman, menikmati suasana sambil menghabiskan es krim di genggaman mereka. Selesai menghabiskan es krimnya, Keyzia mengambil kamera di tas dan ia mulai coba membidik suasana taman dari tempatnya duduk, sesekali ia berjalan untuk fokus membidik namun tidak jauh dari tempat mereka duduk. "Van, gua mau foto ke sana ya bentar." ijin Keyzia sambil menunjuk arah yang mau dia tuju. Melvan menjawabnya dengan anggukan.

Tanpa Keyzia sadari, langkahnya selalu diawasi diam-diam oleh Melvan. Diam-diam ia ikutan foto, membidik objek seperti Keyzia namun tidak menggunakan kamera XLR melainkan dari kamera hpnya, selesai membidik ia mengecek hasilnya, dan objek yang ia ambil bukanlah suasana taman, bunga, atau langit, melainkan. Keyzia. "Simple, sederhana, apa adanya, gua nyaman di samping lu, gua bisa ngerasa santai dan menikmati suasana. Ga tau kenapa, aura lu bisa bikin gua relax dan tenang. Semakin gua kenal lu, semakin gua ngerasa nyaman. Aneh, harusnya gua benci sama lu, harusnya gua ga peduli sama lu. Harusnya lu tuh cewe cupu yang bawa sial buat hidup gua. Tapi gua ga bisa benci sama lu, semakin gua berusaha buat benci lu, semakin gua ga nyaman, kesiksa. Semoga pilihan mamah emang yang terbaik buat gua walaupun gua belon cinta sama lu. Seengganya kita bisa deket sebagai teman" Dalam lamunannya, Melvan memikirkan dan menilai sosok Keyzia di hatinya. Ia belum jatuh cinta kepada Keyzia namun ia selalu nyaman saat disamping Keyzia, saat berduaan dengan Keyzia.

"Van" suara seorang wanita membuyarkan lamunannya. Sosok yang sedang ia pikirkan tiba-tiba berdiri di hadapannya sambil memberikan sebotol air mineral dingin. "Thanks" jawab Melvan sambil menerima botol pemberian Keyzia dan membuka segel pada tutupnya. Setelah selesai mengambil gambar, Keyzia kembali duduk di samping Melvan, sama-sama minum untuk menghilangkan rasa haus setelah tadi makan es krim.

"Key, pindah yuk" ajak Melvan setelah selesai minum. "Ke mana?" tanya Keyzia penasaran. "Ngafe sambil liat sunset" ajak Melvan lalu bangkit berdiri. "Ayo" jawab Keyzia kembali bersemangat dan ikut bangkit berdiri, jalan mengikuti dibelakang Melvan, menjaga jarak.

Setelah berjalan lama, mereka sampai di parkiran, di mana mobil Melvan terparkir tadi. "Duduk depan" pinta Melvan sambil masuk mobil. Tidak mau membuat Melvan kembali badmood, Keyzia mengikuti permintaan Melvan untuk duduk di depan, walau sebenarnya ia lebih nyaman duduk di belakang. Setelah Keyzia duduk, menutup pintu, dan memakai Seatbelt, Melvan melajukan mobilnya meninggalkan parkiran.

*****

Sabtu sore atau yang lebih familar dengan kata malam minggu, di mana anak-anak muda, orang dewasa, bahkan yang sudah lanjut usia pun seringkali menghabiskan waktu di luar rumah, biasanya yang menjadi tujuan mereka adalah mall, cafe, ataupun restaurant. Banyaknya orang yang keluar rumah membuat jalanan menjadi padat bahkan macet parah di titik-titik tertentu. "Van, malming gini ke cafe apa ga penuh?" tanya Keyzia sambil mengamati jalanan yang ramai dan terkadang macet. Namun tidak ada jawaban dari Melvan, ia hanya fokus nyetir dan mendengarkan music di mobilnya.

"Nanti kalo ketemu sama temen-temen gimana?" Keyzia kembali bertanya, tiba-tiba teringat akan hubungan mereka yang dirahasiakan, merasa sedikit khawatir kalau ada teman sekolahnya yang melihat mereka jalan berdua. "Ya uda, gimana lagi?" jawab Melvan santai dengan mata yang masih fokus ke depan. Otomatis Keyzia melirik ke arah Melvan, "Vaann..... gua gak mau, ribet nanti kalo ketauan..." Keyzia mulai gelisah apalagi dengan tanggapan Melvan yang cuek. "Santai aja Key..." Melvan meminta Keyzia untuk lebih relax dan tidak perlu khawatir. "Emang lu ga malu kalo ketauan jalan duaan sama gua?" tiba-tiba Keyzia bertanya to the point, skak mat, Melvan diam tidak menjawab.

"Gua ga malu." tiba-tiba Melvan menjawab setelah cukup lama diam. "Sure?" tanya Keyzia meyakinkan pernyataan Melvan. "Kenapa harus malu? Mulai besok kan lu gak bakal cupu lagi." Melvan teringat permintaannya pada Keyzia untuk tidak berpenampilan cupu lagi. "Gua kan belum bilang iya, gua bilang gua bakal pikirin lagi." Keyzia kembali mengingatkan jawaban yang ia berikan pada Melvan, karena ia sendiri belum tau akan berpenampilan seperti apa besok ke sekolah. "Kalo besok lu jadi cupu lagi, siap-siap gua bully sepanjang hari." ancam Melvan namun tetap santai dan fokus ke depan. Mendengar ancaman Melvan membuat Keyzia cemberut dan enggan menjawab, ada rasa takut namun juga bingung karena sebenarnya ia masih enggan untuk merubah penampilannya. Keyzia tidak menjawab ancaman Melvan, ia memalingkan wajahnya ke kiri, lebih memilih menikmati pemandangan di samping kirinya daripada terus adu argumen dengan Melvan yang ujung-ujungnya pasti berantem. Keyzia tidak mau kejadian tadi siang terulang kembali, apalagi saat ini jalanan sedang sangat ramai. Melvan melirik Keyzia dan sepintas diam-diam tersenyum melihat muka Keyzia yang sedang cemberut. "lucu juga kalau lagi cemberut, pipinya gembung kaya bapao" dalam hatinya Melvan kembali menilai pribadi Keyzia.

The Meaning of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang