Toledo

121 6 0
                                    

Sesungguhnya… Alasan terbesar yang paling sering menumbuhkan cinta adalah keindahan fisik. Pada dasarnya, jiwa itu indah dan selalu terpikat pada segala sesuatu yang indah. Ia gandrung pada keindahan-keindahan.

Manakala jiwa seseorang gandrung pada jiwa yang lain, dan ternyata di balik jiwa orang yang digandrunginya itu terdapat sesuatu yang menyerupai dirinya, maka jiwanya akan semakin tertarik dan tersambung dengan jiwa orang yang digandrunginya. Itulah yang dinamakan cinta hakiki.

Namun, bila ternyata dibalik jiwa orang yang digandrunginya itu tak ada sesuatu yang menyerupai jiwanya, maka cintanya sebatas keindahan fisik semata. Dan itulah yang disebut syahwat.[**]

Ketampanan itu relatif. Seseorang dengan wajah biasa saja, dapat terlihat menawan di mata Ino. Begitu pun sebaliknya, seseorang yang memiliki ketampanan melebihi orang-orang di sekitarnya, dapat pula terlihat membosankan dalam pandangan gadis Yamanaka itu.

Namun lain soal dengan Gaara Kazekage. Bagi Ino, ketampanan Gaara adalah anomali. Ino tak pernah jenuh, seberapa sering pun ia mengamati Gaara, baik secara diam-diam saat ia memandang pemuda itu dari kejauhan ataupun secara terang-terangan seperti saat ini, saat duduk berhadapan langsung dengannya.

"Ada yang ingin kau katakan padaku, Yamanaka?"

Pertanyaan bernada ketus yang terlantun dari pemuda berambut merah itu, terdengar bagai dentingan musik Waltz gubahan Chopin yang membawa sensasi tersendiri dalam pendengaran sang gadis Yamanaka. Pun, sorot mata sedingin lapisan es Samudera Artik yang menguar dari tatapan Gaara, terasa begitu menghangatkan bagi Ino.

"Hei,hei! Cepat bangun dari fantasi liarmu, Ino! Jauh-jauh kau mengikutinya ke Toledo, bukan untuk membuatnya illfeel kepadamu kan?!"

Sebuah suara yang mirip suaranya –menggema dari sudut tergelap dirinya. Suara alter egonya, Nona Realistis yang kerap mengancam akan mengambil alih kuasa tubuh gadis itu jika Ino menyerah pada jiwa sentimentalnya.

"Ada yang ingin kau katakan padaku, Yamanaka?" Sekali lagi Gaara melayangkan pertanyaan yang sama pada gadis cantik yang duduk di depannya.

Dari ekspresi pemuda itu, dapat diasumsikan kalau ia mulai gerah dengan gelagat 'terpana' yang sering ditunjukkan para wanita bila berhadapan dengannya, seolah ia adalah alien tampan atau vampir memesona yang biasanya muncul sebagai pemeran utama dalam novel-novel romantis remaja.

"Ohh!" Akhirnya Ino tersadar dari mimpi siang bolongnya. "Y-ya. Ya! A-ada yang ingin kukatakan padamu," menjawab agak terbata.

"Kopimu sudah hampir habis. Mau tambah lagi?" Hanya dengan satu senyuman yang lebih mirip seringaian, Ino bertransformasi ke wujud aslinya –penuh percaya diri dan enerjik.

Tak mengindahkan penolakan Gaara, Ino lantas memanggil pegawai café yang melintas di dekatnya. Seorang waitress bertubuh mungil yang mengenakan seragam maid warna pink, menghampiri meja Ino dan Gaara.

"Ola! Ada yang bisa saya bantu, Nona?" tanyanya dengan keramahan khas penduduk Andalusia yang mengklaim bahwa mereka adalah tipikal penduduk Spanyol paling ramah.

Ino mengambil buku menu yang ada di samping tumpukan map dan lembaran kertas yang mendominasi hampir keseluruhan meja Gaara. "Tolong secangkir teh Earl Grey tanpa gula untukku dan…"

Gadis itu tampak mencari sesuatu dalam buku menu dengan telunjuknya, mengernyitkan kening tampak kecewa.

"Mazapan de Toledo!" Namun akhirnya Ino berseru dengan raut gembira, ketika menemukan menu kudapan yang ingin disantapnya kala menikmati keindahan cakrawala di ufuk barat kota Toledo yang membentang seperti hamparan padang pasir.

Bahasa CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang