Last Desire | 1

66 5 0
                                    

"Surat cinta?"
*
*
*

Seorang gadis berseragam putih abu-abu terlihat buru-buru memasukkan sebuah kotak kecil berwarna merah di salah satu loker sekolah.

Dia tersenyum manis melihat isi loker yang penuh dengan tumpukan buku tebal itu. Dia meletakkan kotak merahnya diatas tumpukkan buku-buku. Dia buru-buru menutup pintu loker yang tak pernah dikunci oleh pemiliknya.

Gadis bertubuh munggil itu bergegas pergi meninggalkan tempat tersebut, sebuah senyum kemenangan terhias di wajah manisnya. Gadis itu adalah Paramita Estiningtyas, Primadona dari SMA Negeri 61 Jakarta.

**

"Ara, udah lo kasih suratnya?" tanya Farah. Farah Elysia sahabat Ara semasa kecil, persahabatan yang sudah terjalin dari mereka kecil sampai sekarang.

"Beres. Lo udah juga?"

"Pastinya! Gue udah kasih lansung ke orangnya, lo juga kan?"

"iya, gue juga." Ujar Ara pelan

***

"Aku sering mendapat surat cinta, tapi baru kali ini Aku harus menulis surat cintaku sendiri. Aku bingung mau nulis apa, jadi aku tulis 'Surat Cinta' Kamu harus suka dengan surat yang ku tulis ini! Lop You ♡"

Danny tertawa setelah membaca surat yang ia temukan di lokernya. Dia mendapat sebuah kotak merah yang berisi surat dan dua permen Kiss yang dibungkusnya terdapat tulisan "I Love You".

"Surat cinta yang unik, sepertinya penulis surat ini salah tempat untuk meletakkan suratnya. Mungkin ini untuk orang lain, sebaiknya aku simpan."

****

From : Farah 👭
"Ra, gue jadian sama Tama. Semenjak dua hari setelah gue kasih surat cinta yang gue buat."

"Selamat ya, semoga langgeng sampe pelaminan. Hehe."

Send

Ara menghembuskan nafasnya berat, ia merasa iri dengan Farah. Ara menghembuskan nafasnya berat, "ini bukan akhir!"batinnya. Ara mengepalkan tangan kanannya keatas, Ia harus membuat surat cinta lagi.

*****

"Apa kamu suka dengan surat yang ku berikan kemarin? Aku tahu kamu orang baik, aku harap kamu tidak menolak permintaanku. Aku suka kamu Danny  Indrawinata kamu juga harus suka padaku."

With lop,
P.E

Danny meremas kertas berwarna pink muda itu. "Aku tidak percaya, orang ini pasti sedang mengejekku."

Ara yang sedang bersembunyi tak jauh dari tempat Danny berdiri lansung terisak kecil. Dia memegang dadanya yang terasa sesak. Ara tak menyangka respon yang akan ia terima begitu menyakitkan.

**
Danny mengepalkan tangannya seraya menatap takut bayangan yang ada di cermin "LO BEGO!" teriak sosok dibalik cermin itu.

"IZINKAN GUE BAHAGIA BERSAMA DIA! IZINKAN GUE YANG BERADA DI POSISI LO!"

Danny menutup kedua telinganya, suara itu, sosok itu. Wajah menyeramkan di balik cermin itu adalah pengganggu dalam hidupnya.

**

"Danny, ini untuk kamu." Ara menyerahkan sebuah surat berwarna pink pada Danny seraya menundukkan kepalanya.

Danny mendengus, "Jangan suka sama gue, gue gak cocok sama lo. Kita gak saling kenal, kita berbeda. Menjauh dari gue."

"Berbeda? Maksudnya apa, Dan?"

Danny berjalan menjauh meninggalkan Ara yang masih terpaku dengan perkataannya.

***

Ara tak menyangka masa putih abu-abunya akan seperti ini. Dia berharap akan seperti sahabatnya, mendapat pacar yang begitu menyayanginya. Apa dia salah memberi surat cinta pada Danny? Lelaki yang dia suka sejak pertama kali mereka bertemu. Bukan suka lagi, tapi kali ini Ara yakin bahwa dirinya sudah jatuh cinta.

Banyak laki-laki yang sudah dia tolak cintanya, dia baru tahu rasanya ditolak ternyata sangat menyakitkan. Danny Indrawinata, laki-laki yang selalu membawa buku tebal ditangannya. Laki-laki yang belakangan ini dia kagumi setelah Alm. Ayahnya, dia selalu melihat Danny membersihkan buku-buku perpustakaan yang hampir sebagian bukunya tak pernah disentuh siswa.

Semenjak Ara memberi surat ketiga pada Danny, dia tak pernah bertemu Danny lagi. dia sudah bertekad untuk mencari lelaki itu besok di sekolah, dia akan mengatakan bahwa dia tidak menerima penolakkan. Ara akan mengajak kedua sahabat baiknya untuk mencari Danny, lelaki itu pasti menghindari dirinya.

****

"Tama! Farah! Bantu gue cari cinta gue yang hilang!" Suara cempreng Ara membuat kedua sahabatnya tertawa.

"Anak kecil ngak boleh cari cinta, tunggu lo udah setinggi dagu gue baru lo boleh cari cinta." ejek Tama. Aditama Putra satu-satunya sahabat laki-laki yang Ara miliki. Ara semakin iri melihat kedua sahabatnya yang kini menjadi sepasang kekasih, mereka terlihat sangat cocok. Dia juga ingin memiliki kekasih tapi harus Danny, Ara tak ingin orang lain.

Ara mendengus kesal, "Terserah! Kalau kalian mau bantu gue, ayo ikut gue ke kelas sebelah."

"Oke, kita ikut."

***

"Permisi, ada yang lihat Danny?" tanya Ara begitu memasuki kelas XI IPA 2

"Da-danny?" tanya seorang gadis berkuncir satu, dia seperti ketakutan begitu mendengar nama Danny.

"Iya, Danny. Danny mana ya?" tanya Ara lagi, dia begitu bersemangat untuk bertemu dengan Danny.

"Dan-danny? DANNY! Kalian bodoh, hikss.. kalian bodoh.. kalian bodoh" teriak gadis berkuncir satu itu seraya keluar kelas

Ara dan kedua sahabatnya sontak kaget mendengar teriakan kedua gadis itu. Maksudnya apa? Dia tidak tahu mengapa gadis itu terlihat ketakutan padahal dia hanya bertanya dimana Danny.

"Jangan pedulikan gadis itu, dia memang begitu ketika mendengar nama Danny" ucap Della. Fradella merupakan teman sebangku gadis itu.

"Ra, ayo kita balik ke kelas. Gue jadi merinding liat cewek nangis tanpa sebab." ujar Tama seraya menarik tangan Ara dan Farah.

**

Ara bergelung dalam selimutnya, berbagai pertanyaan hinggap dalam pikirannya.

Di taman sekolah, malam ini.

Ara meringis begitu membaca pesan yang baru saja dia terima. Siapa yang mengajaknya bertemu ditaman sekolah malam-malam begini.

Gue tunggu

-------
 

end of this chapter

Citra Oktafiani

Last Desire #GAPersona (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang