Jabat | 5

988 115 13
                                    

'Bukan kesedihan yang memperangkapmu, tapi dirimu yang terlena dan tidak ingin lepas karena hal yang kamu bilang 'aku sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini.'

Kesibukkan inilah yang membuat Christel melewati setiap harinya dengan baik. Sudah empat tahun, tapi Alta masih terus menjadi yang terbaik dalam hidupnya.

Alta Prasiarkana. Rasanya nama itu adalah alasan paling utama untuknya terus bertahan menjalani hidup tanpa keluhan. Seperti kata Kinan, bahwa dia hebat dan kuat karena Alta memintanya untuk menjadi seperti itu. Dan sekarang, Alta sudah tidak lagi bisa di sampingnya. Christel akui bahwa dia hancur, tapi Tobias dan Rescha membutuhkannya untuk tetap kuat.

Kehilangan Alta seperti kehilangan separuh hidupnya. Christel tak benar-benar bahagia. Alta membawanya ke dunia yang indah saat mereka bersama. Dan sekarang, Alta memberinya dua bintang kembar yang, seperti dipinta, menjadi pengganti untuk kebahagiaannya.

Christel tahu, bahwa terus-terusan menutup diri tidak akan membuat kesedihannya memudar. Gian benar tentang Tobias dan Rescha yang membutuhkan sesosok ayah.

Andai Alta masih di sini. Dia pasti akan menjadi ayah yang baik untuk Rescha dan Tobias.

Christel memijit ujung hidungnya. Seperti merasakan ada berton-ton besi yang menekan kepalanya dan membuat pening.

"Kalo kamu mencintai aku, cari pengganti aku untuk menjadi kepala dikeluarga kecil kita."

Christel merasakan panas di matanya.

"Kalo kamu mencintai aku, akan mudah bagi kamu untuk menuruti mauku. Bukan karena aku gak mencintai kamu. Justru mencari pengganti aku, adalah bukti bahwa kita saling mencintai. Aku mau kamu sama anak-anak dilindungi, dibimbing dan disayangi setelah aku gak ada."

Dan airmata itu jatuh. Christel merasakan basah di telapak tangannya. Guncangan di bahunya menandakan bahwa perempuan itu terisak.

Ada rasa bersalah setiap kebersamaan bersama Alta kembali terulang dalam benaknya. Rasa bersalah karena belum bisa membuat permintaan Alta menjadi nyata.

Siapa yang tidak mengenali Alta? Laki-laki yang selalu membuatnya bahagia dan mewujudkan segala impiannya menjadi nyata. Suami terbaik yang juga memberikannya anak-anak yang pintar.

Tapi Christel masih di sini. Di keadaan yang mereka bilang terpuruk. Jelas itu bukan yang Alta mau. Christel sadar bahwa dia harus segera keluar dari keadaan yang membuat dirinya sendiri terus terjebak dalam kata 'kesedihan'.

Keluarga Prasiarkana bahkan menginginkannya untuk segera melepas bayang-bayang Alta. Untuk kembali menjalani kehidupan normal.

Benar. Christel juga harus memikirkan kedua anaknya.

Wanita itu mengusap pipinya. Menyapu airmata yang tidak boleh orang lain lihat. Christel harus menjadi kuat demi Rescha dan Tobias. Juga demi Alta.

Tok. Tok.

"Masuk." Christel kembali memakai kacamatanya seraya meraih berkas di mejanya. Tidak perlu ada yang tahu tentang apa yang terjadi barusan.

"Selamat pagi, Christel." Christel tahu benar siapa pemilik suara itu. Dilihat laki-laki yang tersenyum manis di depannya.

Alis perempuan itu bertaut. "Saya gak bermaksud ngajakin kamu sarapan kok." Seperti mengerti dengan apa yang Christel pikirkan, pria itu berucap dengan senyuman yang masih terkait sempurna di sudut bibirnya.

"Bapak Gian meminta saya buat manggil kamu untuk rapat. Ada program baru yang harus melibatkan saya, Abid, Rana, juga kamu."

Christel menarik napas dalam. Sedikit tidak mengerti tentang program yang akan di buat mertuanya itu. Dan kenapa harus melibatkan dokter tampan ini?

Je t'Aime AUSSI (sekuel Je t'Aime) [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang