Langit | 6

995 121 7
                                    

🎶🎶Rainbow Falling
Cha Eun Woo

🍒🍒🍒

'Kamu tahu? Ada tempat di mana bintang-bintang saling menyapa. Mereka bilang itu langit. Meski tampak gelap, nyatanya bintang menyukai langit malam. Dan itu memang aku, kan? Sang langit ~ Akasa Alfarellza.'

Taman belakang rumah keluarga Prasiarkana menjelma menjadi tempat indah yang dipenuhi lampu-lampu kecil berwarna keemasan. Beberapa meja kecil persegi dengan enam kursi di kelilingnya, menambah indah sore itu.

Rescha dan Tobias tampak rapi dengan baju masing-masing berwarna senada. Abu-abu, warna kesukaan Alta. Rescha sesekali memutar sambil memegang ujung gaunnya. Sedang Tobias hanya berdiri dengan tangan di saku sambil menatap Rescha dengan wajah datar.

Christel tersenyum melihat bintang kembarnya. Merasa paling beruntung menjadi ibu dari anak-anak Alta.

Dan orang yang duduk di dekat Rescha dan Tobias membuat senyum Christel menguap. Pria itu lagi. Pria yang terlihat lebih tampan dengan kemeja hitam dan garis putih di beberapa bagian. Menatap anak-anaknya penuh kasih sayang. Sesekali, Akasa membenarkan letak dasi kupu-kupu milik Tobias. Dan mencium gemas pipi Rescha.

Ada sesakkan yang Christel sendiri tidak tahu apa maknanya. Tidak membuatnya sakit, tapi terasa begitu nyata.

Christel menepis segala kemungkinan yang terjadi padanya kini saat melihat Akasa. Di luar alasan tentang Alta, Christel menutup diri karena sadar bahwa dia adalah seorang janda. Christel tidak ingin ada hal yang muncul menjadi sebuah gosip dan akan menyulitkan keluarga Prasiarkana.

Christel masih melihat kehangatan dari anak-anaknya dan Akasa. Sampai pria itu menoleh ke arahnya. Memperangkap tatapan Christel untuk tidak berpaling dan menikmati senyuman yang mengembang sempurna darinya.

***

Kinan bertepuk tangan paling meriah setelah melihat Abid menyematkan kalung di leher Rana yang tersenyum bahagia. Sebagai sebuah tanda, Abid akan segera menikahi Rana.

"Akhirnya mereka nikah." Kinan terkekeh tak karuan.

"Tunangan, Kin. Nikahnya masih bulan depan."

"Kamu gak bisa dateng dong, yang." Kinan menatap Kevin dengan wajah seperti melupakan sesuatu.

"Kenapa? Kinan lahiran bulan depan, Kev?" Christel menarik sekilas lengan Kevin yang menoleh.

"Menurut perkiraan sih, iya."

Christel menggembungkan pipinya menahan tawa. Kinan tampak mendesah pasrah.

"Nak, keluarnya pas aunty Rana selesai nikah, ya? Mama mau ikutan pesta. Kita harus nyobain makanan di pesta anaknya opa Prasiarkana." Kinan mengelus perutnya berkali-kali.

"Idih, makanan gak pernah lupa deh kamu mah, yang. Malu-maluin aja."

"Lagian opa Prasiarkana siapa coba? Ngaku-ngaku anaknya lo." Christel menyenggol kuat lengan Kinan yang hanya tersungut.

"Insya Allah, Kin. Anak kamu masih di dalem perut pas acara nikahnya Rana." Suara itu tiba-tiba saja ikut menimbrung.

"Hihi. Makasih, dokter. Cuman dokter deh yang do'ain saya bisa makan enak."

Christel melirik ke arah Akasa yang berdiri sedikit di belakang Kinan. Mencoba mencapai mata yang jika tersenyum, melengkung indah.

"Kev. Aku pengen pipis." Kinan berbisik lirih di telinga Kevin.

Je t'Aime AUSSI (sekuel Je t'Aime) [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang