6| Misi Penerbangan

2.5K 102 8
                                    

      Bandara adalah tempat untuk pergi dan pulang, tidak bisa menetap di dalamnya memang begitu adanya.
Pesawat mendesingkan suara siap lepas landas, mesin turbonya berputar mengeluarkan panas membuat landasan pacu membias pandangan. Anak- anak berkerumun dari dalam ruang tunggu, tangan-tangannya menempel di kaca jendela, bola matanya membulat menyaksikan pesawat yang akan terbang seperti sedang menunggu pertunjukan yang paling spektakuler.

"Ayah, lihat itu pesawatnya terbang!" teriak anak lelaki berbaju biru dengan harap sang Ayah ikut menyaksikan juga pertunjukan hebat itu.


      Bandara selalu ramai di dalamnya banyak orang-orang lokal hingga mancanegara dengan tujuan yang beraneka ragam menuju destinasi yang di tuju; bisnis, berpetualang, berlibur, pengobatan, melanjutkan belajar keluar kota hingga luar negri, sampai berkunjung ke sanak saudara.


     Hentakan sepatu seperti memecah suara keramaian, menghipnotis pandang setiap orang yang di laluinya. Senyum tersebar kesegala penjuru, matanya cantik terpoles warna palet, tubuhnya ramping, kakinya lenjang, aroma tubuhnya harum. Dalam misinya adalah: Keselamatan penumpang nomor satu, dan pelayanan terbaik akan di suguhkan selama penerbangan berlangsung. Ya, adalah Pramugari, mereka berjalan serempak menuju ruang operasional untuk mendapatkan pembekalan segala informasi penerbangan berupa: Keselamatan, Pelayanan, dan Keamanan.


      "Selamat pagi, Vanya." tangannya mengulur, menjabat, bibirnya menyungging senyuman semangat. Ini adalah tradisi untuk berkenalan ketika berpapasan anggota kabin atau pilot.


      "Selamat pagi mbak, Gia."


      Dalam satu ruang operasional banyak sekali crew di dalamnya dengan destinasi atau tujuan tempat terbang yang berbeda-beda adapun yang sama.


      Vanya memutari satu ruangan, menyalami satu per satu, sambil mencari nama-nama cabin juga pilot yang terbang bersama.


      "Selamat pagi, Pak."


      "Pagi, mbak, silakan." Kali ini Vanya sedang tes kesehatan. Lengannya di balut  Sfigmomanometer, tenaga medis merekap tekanan darah.


      "101 per 70, ya, mbak. Silakan cek kadar alkoholnya." Vanya kemudian meniup alat pengukur kadar alkohol yaitu, alcoscan.


      "nol, ya, pak."


      "Oke mbak, bagus! selamat terbang yaa."


      Setiap penerbang yang akan melaksanakan tugas dilarang mengkomsumsi alkohol dan terbebas dari pengaruh alkohol, perihal ini telah di atur dalam aturan tertulis yang di buat dan di keluarkan oleh Direktorat Jendral Perhubungan Udara Penerbangan Sipil, maka aturan tersebut harus di patuhi dan di jalani, jika tidak maka pihak maskapai akan di kenakan sanksi.


      "Makasih yaa, Pak." Vanya meninggalkan ruang cek kesehatan.


      "Vanya!" colek seorang pramugari dari samping.


      "eehh, Lia! Ya ampuun lo kemana aja deh?"


      "Gue, ya gini-gini aja kayak lo, terbang, haha."


      "ah, elu, ya iyalah masa ya iya dong. Mau terbang kemana?"


      "ke Amsterdam, lo kemana?"


      "ke Jeddah, nih. Penumpang lo gimana penuh?"


      "Iya, nih, eh, main dong ke tempat gue kalau day off, lo masih sama Sandy?" Pertanyaan yang Lia lontarkan tadi seolah melempar semangat Vanya keluar, antusiasnya bertemu Lia hilang 180 derajat.


"e.. iya entar gue main ke tempat lo, ya, masih, sih." Muka Vanya datar. 

"Safe flight yaa Li!"

Pramugari Undercover.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang