Malam yang senyap hingga detik-detik jam dinding terdengar jelas. Alpa menatap langit-langit kamarnya tidak percaya akan hal yang terjadi pada dirinya.
"Ya , aku seorang yang bodoh," batin Alpa.
Alpa pun menutup matanya berharap bisa melupakan semuanya.
"Alpa, kamu gak punya hati!" ucap Shopia.
"Apa salahku?" Balas Alpa.
"Kamu lupa pertandingan malam itu?" Mata Shopia mulai bergenang.
"Pertandingan melawan Ben?" Jawab Alpa.
Alpa masih kebingungan karena suasana yang tegang sedangkan Boy hanya terdiam disampingnya.
"Kamu tau apa yang terjadi padanya seusai pertandingan?" Tanya Shopia dengan tegas
Alpa hanya menggelengkan kepala.
"Kak Ben ... Kak Ben masuk rumah sakit. Kak Ben koma setelah pertandingan itu!' Air mata Shopia tak terbendung lagi.
"Aku benci kamu!" Lanjut Shopia.
Boy mendekati Shopia berusaha untuk menenangkannya.
"Shopia, ayo pulang, biar aku yang mengantarmu," ucap Boy sambil menarik Shopia.
Boy menatap Alpa. "Biar aku yang mengurusnya, kamu pulang saja," Boy dan Shopia meninggalkan Alpa sendirian.
Tring...Tring...Tring...Tring. Bunyi jam beker membangunkan Alpa. Dia langsung menuju washtapel kamar mandi, seusai membersihkan diri, dihandphonenya muncul notif pesan dari Boy:
"Hai Bro, sorry baru ngasih kabar, banyak masalah yang harus aku selesaikan tapi tenang saja semuanya sudah beres, lagiankan kamu pasti baru bangun,wkwkwk. By the way, don't worry about Shopia, dia baik-baik saja dan soal Kakaknya Ben sudah sadar, kondisinya pun semakin membaik. Jangan salahkan diri sendiri ya Bro ... Rumah sakit Advent ruang dahlia nomor sepuluh, ya kalau saja kamu mau datang."
Alpa tersenyum dan tidak lupa membalas. "Kamu memang teman terbaik,thanks Bro."
Alpa bergegas sarapan dan langsung menancap gas menuju Rumah Sakit Advent, diperjalanan Alpa juga membeli buah tangan untuk diberikan kepada Ben. Tepat 10.00 am Alpa tiba di rumah sakit dengan kemeja biru malam dan bawahan serba hitam, Alpa memasuki lobbi dan bertanya dengan salah salah satu perawat.
"Permisi, ruang dahlia nomor sepuluh disebelah mana ya?" Ucap Alpa.
"Ohh, ruang dahlia? Di lantai tiga kemudian belok kanan," balas perawat itu.
"Terima kasih," lanjut Alpa sambil berjalan menuju lift.
Alpa berdiri di depan pintu lift, ketika pintu terbuka betapa terkejutnya Alpa melihat Shopia dengan laki-laki yang tidak ia kenal dan mereka sedang berpegangan tangan, tetapi reaksi Shopia biasa saja seolah-olah tidak mengenal Alpa, seketika Alpa beranggapan bahwa itu adalah pacar Shopa. Shopia dan pacarnya berjalan melewati Alpa begitu saja, mereka tidak memperdulikan siapa pun meskipun mereka menjadi pusat perhatian ketika itu.
Alpa terdiam di depan lift untuk beberapa detik, ketika akal sehatnya kembali dia melanjutkan langkahnya untuk menjenguk Ben. Saat Alpa menuju ruangan ke sepuluh handphonenya bergetar, ternyata ada panggilan masuk tapi tertulis nomor tidak diketahui, karena penasaran Alpa menerima panggilan itu.
"Hallo, ini Alpakan? Aku Shopia," Suara yang tidak asing bagi Alpa.
"Iya aku Alpa, aku hanya berniat untuk menjenguk Ben," Tanpa diminta Alpa menjelaskan tujuannya.
"Tidak bisa, Kak Ben harus beristirahat," balas Shopia.
"Aku hanya ingin melihatnya saja setelah itu aku akan pergi," lanjut Alpa.
Shopia langsung mengakhiri pembicaraan itu, karena dia sudah berada di belakang Alpa.
"Lebih baik kamu pulang saja, kehadiranmu tidak diharapkan," ucap Shopia berjalan melewati Alpa dari belakang.
"Aku hanya ingin menjenguknya, apa tidak boleh?" Tegas Alpa.
Shopia membalikan badannya,
"Tidak! Jadi lebih baik kamu pergi sana," bentak Shopia.
Mendengar itu Alpa cukup kecewa dan ingin pergi dari situ, tetapi ada suara yang menahannya.
"Ternyata ada tamu, jadi kalian sumber keributan," ucap Ben.
"Kakak sudah selesai beres-beresnya?" Tanya Shopia.
"Kenapa kamu usir tamu kakak?" Lanjut Ben sambil memegang kepala Shopia.
"Tapi kak," belum selesai Shopia berbicara, Ben menyuruhnya untuk masuk ke dalam.
Hingga hanya Alpa dan Ben di lorong itu.
"Hai Alpa, senang bertemu denganmu" Ben memulai pembicaraan.
"Apa kabar Ben?" Balas Alpa sambil mengulurkan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The FIGHTERS
Actionsemua ingin menjadi yang terdepan,bertarung tidak hanya dalam kekerasan tapi dalam segala aspek kehidupan, mengorbankan banyak hal, mempergaruhi pikiran, menjadikan ego sejadi-jadinya, demi sebuah tujuan sebenarnya.