Pada saat musim panas, Rian hanya menghabiskan waktu liburnya dengan berenang. Ketika tiba dirumah, tenyata Rian ditunggu seorang sahabatnya dan orang yang tidak ia kenal duduk bersama sahabatnya di ruang tamu. Rian pun segera bergabung dengan mereka.
"Hai Mino, sudah lama ya menunggunya? Tumben-tumbenan kamu kesini tanpa ngasih kabar," sapa Rian dan ikut duduk bersama mereka.
"Lumayan lama tapi tidak apa-apa, oiya perkenalkan ini namanya Diva, dari Desa Quin," balas Mino.
Rian dan Diva pun berjabat tangan. Setelah itu, Mino menceritakan bagaimana dia bisa bertemu dan kenal dengan Diva.
"Jadi begini Rian, aku pikir kamu bisa membantu Diva agar bisa masuk sekolah kita, disana Diva tidak bisa bersekolah," ucap Mino mengakhiri ceritanya.
Rian hanya menatap dingin Mino.
"Apa untungnya untukku?"
Mino terkejut dengan pernyataan yang dikeluarkan Rian.
"Saya akan bekerja dan membayar semua biaya yang anda keluarkan!" Jelas Diva.
"Bukannya, kamu memerlukan seseorang untuk mengurus rumah dan kebunmu?" Sambung Mino.
Rian pun menarik napas dalam-dalam.
"Yasudah, kamu diterima bekerja di sini, tetapi di sini ada peraturan yang harus ditaati tanpa terkecuali," ungkap Rian.
"Terima kasih,saya sangat tertolong karena sudah menerima di sini," balas Diva sambil menangis.
"Bawa barang-barang kamu, aku akan menunjukkan kamarmu," lanjut Rian.
Mereka berjalan menuju kamar di dekat halaman belakang. Rian menyuruh Diva untuk beristirahat karena perjalanan panjangnya. Rian mengajak Mino ke halaman belakang rumahnya.
"Kenapa kamu mau membantunya?" Tanya Rian.
"Entahlah, aku merasa dia pantas mendapat kesempatan meraih impiannya," balas Mino.
"Mino-Mino ... kamu saja baru mengenalnya," Rian menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kan kamu sendiri yang bilang, kalau ada masalah hubungi aku," lanjut Mino sambil mengangkat-angkat alisnya.
Rian hanya diam, menghela napasnya dan Mino terserigai. Kemudian mereka pergi keluar untuk mencari cemilan.
"Nanti kamu akan tau kenapa aku mau menolongnya." Mino melanjutkan topik pembicaraan sebelumnya.
"Sungguh?" Balas Rian.
"Biar waktu saja berbicara," lanjut Mino.
"Ya semoga saja sesuai dengan apa yang diharapkan," jawab Rian.
"Mino, besok kamu sibuk?"
"Besok? Sepertinya tidak," jawab Mino.
"Tunggu, jangan-jangan kamu lupa ya," lanjut Rian.
"Emang ada apa?" Balas Mino.
"Sudahku duga kamu lupa, soal festival tahunan," jelas Mino.
"Astaga aku lupa, Rian aku pulang dulu, cari cemilan sendiri saja, banyak hal yang harusku urus," Mino langsung pergi meninggalkan Rian.
Rian hanya tertawa kecil dan mengangkat tanganya menandakan berpisah ala mereka. setelah membeli cemilan, Rian pulang ke rumah. Di dapur dia melihat perempuan yang menarik perhatiannya.
"Siapa yang mengizinkan memasak?" Tanya Rian.
"Anu ... Maaf saya lapar jadi saya berinisiatif, maaf saya terlalu lancang," balas Diva.
"Sebagai hukamnya kamu makan malam dengan aku ditambah kamu yang memasaknya," tegas Rian.
"Iya-iya, Mas," jawab Diva.
"Soal panggilan, panggil aku Rian saja, paham?" lanjut Rian.
Rian beranjak dari dapur dan menuju ke kamarnya, merebahkan badannya.
"Manis juga ya," bantin Rian.
--------------------------------------------------------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
The FIGHTERS
Actionsemua ingin menjadi yang terdepan,bertarung tidak hanya dalam kekerasan tapi dalam segala aspek kehidupan, mengorbankan banyak hal, mempergaruhi pikiran, menjadikan ego sejadi-jadinya, demi sebuah tujuan sebenarnya.