14

63 5 0
                                    

Aku pasti sudah gila karena datang sendiri ke kandang macan, ini ilegal ‘kan? Batin Chae Rin dalam hati. Namun tetap saja ia menekan bel di rumah besar bercat putih bersih itu. Mungkin jika Jimin tidak ada keperluan yang mendesak, sahabatnya itu akan menemaninya ke rumah Jungkook. Iya, sekarang Chae Rin ada di depan rumah Jungkook. Hani yang cemas tadi menelponnya untuk meminta bantuan Chae Rin memaksa Jungkook yang sedang sakit untuk makan dan minum obatnya. Jungkook itu keras kepala dan seisi rumahnya yang dihuni beberapa pelayan dan petugas keamanan tentu tak berani memaksanya, takut bertindak kurang ajar dan berakhir dipecat. Satu-satunya yang bisa melawan Jungkook hanya Hani, namun ia sedang di Jepang. Karena itulah Hani menghubungi Chae Rin. Satu-satunya yang ia bisa andalkan.

Chae Rin sungguh tak yakin apa ia mampu membuat Jungkook makan dan meminum obatnya. Bagaimanapun hubungan mereka baru saja membaik tapi tidak sebaik dirinya dengan Hani.

“Maaf, saya Chae Rin temannya Hani dan Jungkook,” ucap Chae Rin pada pelayan rumah yang membukakan pintu.

“Iya nona, tadi nona Hani sudah memberitahu.”

“Oh, begitu.”

“Mari nona, saya antarkan ke kamar tuan muda.”

Chae Rin mengangguk, mengikuti langkah pelayan rumah yang terlihat begitu resah.

“Nona, ini makanan dan obat tuan muda.” Pelayan itu memberikan sebuah nampan yang ia ambil dari atas meja di dekat kamar Jungkook.

“Bibi, apa dia memarahimu?” tanya Chae Rin hati-hati.

“Tidak nona. Aku hanya khawatir sekali tuan muda tidak mau meminum obatnya, tidak mau dibawa ke rumah sakit juga.”

“Oh begitu. Baiklah, aku masuk dulu.” Chae Rin membuka pintu kamar Jungkook tanpa permisi. Sukses membuat sang pemilik terkejut. Matanya membulat ketika melihat Chae Rin dengan lancang masuk ke kamarnya.

“Kau?”

Chae Rin melangkah takut-takut sebenarnya, begitu perlahan. “Aku kesini atas permintaan Hani. Jangan besar kepala!”

“Uh, apa sih Hani itu! Lagi di Jepang juga masih saja membuat masalah.”

“Hani itu khawatir padamu, bodoh!”

Jungkook menutup tubuhnya dengan selimut, lalu badannya berbalik membelakangi Chae Rin.

“Aku akan makan dan minum obatnya. Kau pergilah.”

“Tidak.” Jawaban yang singkat dan padat Chae Rin membuat Jungkook kesal. Dia berbalik badan lagi, menoleh dengan tatapan mengintimidasi pada gadis itu. “Aku harus pastikan kau makan semuanya.”

“Kau gila ya? Memangnya kau siapa berani menyuruhku?”

“Aku?” Chae Rin bersumpah terlalu bingung menjawab apa. Calon saudara tiri? Tidak mungkin! Jungkook bisa mencak-mencak pasti. “Aku temanmu. Teman Hani. Teman kalian.”

“Apa?”

“Kau meminta maaf tadi. Kita berteman ‘kan?”

“Kita? Heol … aku tidak menganggap begitu tuh.”

Chae Rin memutar bola matanya jengah. “Dasar bocah!” umpatnya.

“Apa kau bilang?”

“Bocah. Iya, kau bocah! Kenapa? Mau protes?”

“Kau ini … “

“Mana ada orang dewasa yang takut minum obat!”

“Aku … “

Chae Rin duduk di tepi ranjang Jungkook. Mengangkat mangkuk itu dan menyodorkan sesendok. “Mau makan sendiri atau ku suapi seperti bocah?”

Jungkook berdecak. Sungguh ia tidak menyangka Chae Rin bisa seberani itu padanya. Padahal Jungkook selalu bersikap tidak baik padanya. Kecuali hari ini.

“Buka mulutmu!” perintah Chae Rin.

“A−aku akan makan sendiri.” Jungkook benar-benar gugup. Maka lebih baik baginya bangun, membenarkan posisi, menyadarkan tubuhnya pada ujung ranjang dan merebut mangkuk itu dari tangan Chae Rin.

Chae Rin lega, benar-benar lega. Ini benar-benar bukan Chae Rin. Chae Rin sendiri bersumpah dia tak berani memerintah siapa-siapa kecuali Jimin. Itu juga karena Jimin sahabatnya. Sungguh sebenarnya dia bahkan merasa takut Jungkook tadinya akan menerkamnya atau mencampakkannya dari balkon. Namun melihat Jungkook yang mau menurut dan makan perlahan membuatnya tenang.

“Lain kali kau jangan nekat masuk ke kamarku begini.” Jungkook berkata pelan sambil mengunyah makanannya.

“Memangnya kenapa? Kau ‘kan tidak mungkin berbuat macam-macam padaku. Kalau kau pun berani macam-macam aku tinggal teriak atau mungkin menelpon polisi dan menjebloskanmu ke penjara, membusuk di sana.”

“Kau ini diberitahu susah sekali ya!” Jungkook berbicara dengan suara cukup tinggi. “Apa kau bodoh? Kau mau teriak? Kamarku ini kedap suara. Terus mau menelpon polisi? Kalau kau langsung ku serang memangnya bisa begitu?”

Chae Rin mengerucutkan bibirnya. Sungguh dia tidak mengerti arah pembicaraan Jungkook.

“Kembali lagi ke ucapanku tadi. Kau itu tidak mungkin macam-macam padaku.”

“Kenapa tidak? dengar, aku ini pria. Pria itu predator. Bisa memangsamu kapan saja. Mengerti?”

Chae Rin suskses tertawa karena baginya Jungkook dengan kunyahan di mulutnya dan pembicaraan dengan wajah seserius itu begitu lucu, lucu sekali.

“Kau berbicara seolah tertarik ingin menyerangku, bukan begitu?” ejek Chae Rin membuat Jungkook kembali gugup, memberi fokus pada makanannya.

“Aku cuma memberitahu. Tertarik padamu?” Jungkook menatap Chae Rin sedikit turun dari wajahnya. “Rata.”

Chae Rin sampai harus menutup tubuh depannya dengan tangan yang ia silangkan di dada. “Dasar mesum!” omel Chae Rin.

Jungkook tersenyum. Menyadari Chae Rin dengan sikapnya yang baik dan cukup menyenangkan untuk bahan godaannya membuat dirinya sedikitnya mengerti mengapa Hani suka berteman dengan gadis di hadapannya itu. Jungkook buru-buru menarik lengkungan senyumnya lagi saat Chae Rin memergokinya sedang tersenyum.

“Katanya tidak mau makan, tapi habis juga.”

“Kalau tidak habis nanti kau tidak pergi-pergi dari sini!”

“Aku? Uh, memangnya kau siapa? Raja?” Chae Rin menyodorkan obat Jungkook dan segelas air padanya. “Minum. Setelah ini aku akan pulang.”

Jungkook benar-benar seperti anak manis yang begitu patuh saat ini, membuat gemas, seperti anak kelinci di mata Chae Rin.

“Selesai.” Chae Rin menyambar tasnya yang tadi ia letak di nakas Jungkook. Lalu tangangannya mengarah ke kening Jungkook, berniat mengecek suhu tubuhnya sebelum pergi. “Masih panas sekali. Aku kompres ya?”

“Katanya kau mau pulang!” omel Jungkook memasang wajah kesal. Padahal di dalam dirinya ada sesuatu yang bergejolak, seperti rasa bahagia di perhatikan begitu untuk pertama kalinya oleh seseorang selain Hani.

“Iya, setelah kau ku kompres, aku pulang.”

Cklek~ pintu kamar Jungkook tiba-tiba saja terbuka. Chae Rin dan Jungkook bersamaan menoleh kea rah pintu itu. Seorang gadis masuk dengan tatapan terkejut. Sama terkejutnya dengan Jungkook. Sementara Chae Rin menatap bingung.

“Jeon Jungkook, apa yang kau lakukan dengan gadis itu di kamarmu?” tanya gadis itu memecah keheningan.

“Kenapa kau di sini, Choi Yoobin?” tanya Jungkook tersenyum. Tangannya mengambil tangan Chae Rin dan menggenggamnya. Chae Rin sampai terbelalak.

“Aku ingin membuat kejutan, tapi … sepertinya aku yang terkejut. Apa aku mengganggu?” tanya gadis itu hampir menangis. Chae Rin sendiri menyadari dan berusaha menarik tangannya yang digenggam Jungkook namun sia-sia. Tangan Jungkook begitu kuat.

“Sangat.” Jungkook berbicara ketus dengan tampang sinis. Menakutkan. Chae Rin seperti melihat Jungkook saat dirinya dan Jungkook terlibat pertengkaran waktu itu. Tatapan kebecian.

Sebenarnya gadis itu siapa? Batin Chae Rin bertanya-tanya. Namun tidak berani membuka suara lantaran Jungkook yang benar-benar membuat aura sekeliling kamar itu menjadi suram.

[]

Heirs in the trap || Kim Seokjin [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang