19 - Drunken Night

174 32 11
                                    

"Ajuhmma, satu botol lagi."

Itu adalah botol soju keempat yang Hyunsik pesan. Belum ada tanda-tanda mabuk di wajahnya. Ia memang memiliki kemampuan minum yang sedikit diatas rata-rata. Tiga botol soju bukan apa-apa untuknya.

"Ada masalah apa sekarang?" tanya Changsub, setelah Hyunsik menenggak segelas soju dari botol baru. Ia sengaja datang dari Gunsan ke Seoul untuk menemui Hyunsik di waktu libur singkat. Menatap gelas demi gelas soju yang ditenggak Hyunsik dengan heran.

Hyunsik hanya tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya.

Changsub tersenyum kecut. "Harus berapa botol lagi yang kau butuhkan untuk menceritakan masalahmu, hah?"

Hyunsik tertawa kecil. "Entahlah."

Gelas demi gelas soju yang menyengat itu masih ditenggaknya tanpa henti. Wajahnya memerah dan matanya mulai tidak fokus. Changsub masih menatapnya dengan penuh tanya. Sengaja ia tidak minum begitu banyak agar bisa mendengarkan cerita Hyunsik dalam keadaan sadar.

Akhirnya yang ditunggu-tunggu terucap juga.

"Aku lelah. Aku lelah diremehkan." Hyunsik membuka ceritanya.

Dahi Changsub mengerut. "Siapa yang meremehkanmu, huh? Kau itu anak terbaik. Para profesor juga menyukaimu." Changsub berucap dengan tenang sambil mengisi gelas kosong Hyunsik dengan soju.

"Orang-orang agensi. Seenaknya saja meremehkanku. Mereka tidak tahu aku mengambil cuti untuk rencana debut solo yang sia-sia ini. Dan Seunghee," ujar Hyunsik tiba-tiba.

Gerakan mulut Changsub yang sedari tadi mengunyah cumi kering terhenti. Tiba-tiba lelaki ini menyebutkan nama seorang gadis yang tidak diduga.

"Kenapa? Oh Seunghee kenapa?"

"Dia ingin mencuri laguku.. lagu-lagu itu.. kubuat berhari-hari sampai tidak tidur.. mengapa? Mengapa ia tega.. mengkhianati pacarnya sendiri? Hah?"

"Pacar?" pekik Changsub pelan. Matanya yang membelalak dinaungi kedua alis yang menyatu. "Pacar??!"

Hyunsik tidak menjawab. Ia hanya menundukkan kepalanya dan membiarkan suasana menjadi hening. Changsub yang sedang terkejut segera menenggak segelas soju dalam sekali teguk.

"Lalu ia menatapku dengan sorot ketakutan. Apakah aku monster? Apa dia takut padaku? Mengapa?" lanjut Hyunsik. Ia terus meracau tanpa menghiraukan pertanyaan Changsub. Sahabatnya itupun tidak menanyakannya lebih jauh.

***

Ponsel Minhyuk kembali berdering. Sudah ada sepuluh panggilan tak terjawab dari nomor yang sama. Minhyuk memang sengaja mengabaikannya. Mengapa pula ia harus mengangkat telpon Yura setiap jamnya? Apa dia tidak punya pekerjaan lain? pikirnya.

Ia menatap layar ponselnya sambil berdecak. "Apa dia terlalu kesepian?"

Tepat saat itu pula, pintu kamarnya diketuk.

"Heh, kau sudah tidur?" suara Doojoon.

Minhyuk segera bangkit dari kursinya dan membuka pintu. "Kapten."

Doojoon tersenyum. "Temani aku minum. Aku traktir."

Tentu saja Minhyuk tidak menolak. Pikirannya memang sedang jengah sejak ia memutuskan untuk menerima ajakan kencan Yura. Segera ia sambar jaketnya dan pergi mengikuti sang Kapten. Mereka sampai di sebuah bar kecil dekat dorm, mengambil tempat duduk di sudut ruangan. Tentu saja tanpa sepengetahuan pak pelatih.

"Sini, gelasmu."

"Ah, terimakasih Kapten."

Doojoon menuangkan soju ke gelas kecil Minhyuk, lalu ke gelasnya sendiri. Mendentingkan gelas kecil mereka, bersulang, lalu menenggaknya dengan serentak pula.

B[L]ACKSTREETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang