Alam pikiranku yang gila membuat duniaku gila karena kegilaanku.
Aku memilin benang-benang wol berwarna abu-abu menggunakan jarum rajut berukuran 3/0. Aku membuatnya untuk kamu, suamiku. Musim dingin ini aku tak ingin kamu kedinginan tanpa menggunakan syal saat di luar. Aku memilih benang terbagus dan termahal agar tidak terasa gatal jika kau pakai di lehermu.
Pukul 20.00 waktu London. Ditemani dengan alunan musik klasik dan secangkir coklat panas serta salju-salju kapas yang bertebaran diluar jendela. Aku mulai merasa khawatir, kau tak kunjung datang. Tanda-tanda kedatanganmu pun tak kunjung kulihat.
Seteguk cokelat panas kusesap berlahan untuk membasahi kerongkonganku yang kering akibat dari kekhawatiran ini. Lalu aku berdiri memeriksa keluar jendela yang tirainya sengaja kubuka. Kali saja kau sedang berjalan kedinginan.
Tetapi tetap saja, di luar sana hanya ada malam dan serpihan salju, bahkan seekor seranggapun tak ingin beranjak dari lorong-lorong yang hangat.
“Ah, mungkin saja dalam perjalanan pulang” batinku menenangkan diri.
Aku terdiam sejenak, tiba-tiba terbesit pikiran untuk membuat makan malam denganmu. Aku berjalan menuju dapur dan membuka kulkas. Hanya ada sekaleng selai keju dan beberapa helai roti tawar. Kuputuskan untuk membuat roti isi keju kesukaanmu disertai teh hijau panas tanpa gula.
Aku menyiapkan makan malam ini dengan hati yang harap-harap cemas. Berharap kau segera datang, namun sekaligus cemas kau tak kunjung datang. Ah, aku tak sabaran sekali menunggumu mengetuk pintu.