2

5 0 0
                                    

Aku melirik jam di dinding, pukul 21.00 waktu London.

Kecemasanku semakin bertambah seiring waktu berdetak, pikiran-pikiran jelekpun tiba-tiba muncul.

“Apa ada masalah di kantor?”

“Apa kau terjebak badai salju?”

“Atau bus sudah tidak beroperasi karena cuaca yang ekstrim?”

“Atau jangan-jangan…” aku menutup mulutku.

“Tidak-tidak! Aku tak boleh memikirkan macam-macam! Apalagi memikirkan dia berselingkuh di belakangku. Itu tak mungkin terjadi!” kataku menggeleng-gelengkan kepala.
Lalu aku kembali duduk di kursi dekat jendela ruang keluarga. Melanjutkan membuat syal yang hampir selesei dan memotong benang-benang yang mencuat.

Namun mataku tiba-tiba menjadi berat dan otakku merespon untuk menguap.

==00==

“Sayang.. bangun sayang..”

Suara lembut seakan memanggilku untuk segera membuka mata. Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya pulih, kamu mengulumkan senyum manis dan menyapaku

“Hai”. Aku tersenyum dan meraih wajahmu.

“August. Kamu sudah pulang?” tanyaku memastikan bahwa orang di depanku adalah kamu.

Kamu mengangguk mengiyakan, lalu mencium keningku.

“Maaf, aku pulang telat lagi sayang” katamu sambil menyelipkan anak rambutku ke belakang telinga.

“Tak apa” jawabku menyembunyikan kekhawatiranku beberapa jam yang lalu.

“Kamu sudah makan?” tanyaku melihat wajah kamu yang kelelahan.

Kamu menggeleng. “Aku sudah membuatkan roti isi keju” aku berdiri untuk membimbing kamu ke meja makan sambil memeluk lenganmu.

Kamu memakan roti isi selai keju itu dengan mata berbinar seperti seorang anak kecil yang kelaparan.

Aku tertawa kecil melihat caramu memandangi semua roti selai yang ada di meja. Matamu yang membesar, pipimu yang menggembung dan mulutmu yang penuh makanan.

Aku memberinya secangkir teh hijau panas lalu mengisyaratkan untuk segera minum.

Kamu menuruti isyaratku untuk meminum teh hijau itu. Kamu bernapas lega seolah-olah telah selesei berperang.

Lalu aku memandangi wajahmu, wajahmu yang lonjong dengan rahang yang tegas, matamu yang besar dengan pupil berwarna biru shapire, hidungmu yang mancung, dan bibirmu yang tipis. Khas orang Inggris.

del(US)iTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang