Disuatu Tempat Yang Tepat.

12.1K 341 4
                                    

Setelah malam itu, aku memutuskan untuk merenungkan diri di suatu tempat, dan entah kenapa tempat yang aku pilih adalah panti asuhan di mana Chris pernah membawaku ke sini.

Semua orang menyambutku hangat. Bahkan aku disediakan tempat tidur jika ingin menginap.

Ini sudah 2 hari semenjak kejadian malam itu, aku tahu aku egois dan tidak bertanggung jawab. Aku lari dari masalah, aku tidak berani menghadapinya.

Aku yakin kini Nate tengah murka. Aku tahu sifatnya jika dia sedang marah.

Aku bahkan mematikan ponselku, tapi sebelum itu aku mengirimkannya pesan.

"Maafkan aku Nate aku tidak menunggumu malam itu, maafkan aku juga karena aku mengecewakanmu. Aku tidak bermaksud untuk meninggalkanmu, aku hanya butuh waktu untuk berpikir. Dan sepertinya untuk sementara waktu berpisah adalah hal yang tepat. Maaf aku tidak mendiskusikannya terlebih dahulu kepadamu. Tapi aku belum bisa berpikir dengan jernih. Jika kau marah aku mengerti, aku memang pantas untuk kau marahi karena aku egois. Aku tidak menyuruhmu untuk menungguku ataupun jawabanku, tapi aku mencintaimu."PS Love Jules.

Lalu aku mematikan ponselku. Dan disinilah aku selama dua hari di panti asuhan ini.

Bermain dengan anak-anak, bercanda gurau mengobrol dengan Delia, sang pemilik panti, dia banyak memberikanku masukan untuk kehidupanku.

"Delia, maafkan aku merepotkanmu?" seruku pada Delia.

"Tidak sayang, tidak sama sekali, aku sangat bahagia karena ada kamu di sini, kau memberikan warna lain di panti ini, membawa ceria, hanya saja kenapa ceria itu hanya kau berikan kepada mereka. Kenapa tidak kau berikan juga kepada dirimu sendiri sayangku." Seru Delia, sontak perkataannya membuat air mata yang telah tertahan beberapa hari ini mendadak tumpah.

Delia memelukku, mengelus punggungku, dan membuatku tenang. Delia memang terbaik, aku menemukan sosok ibu, ayah, kakak, sahabat. Aku menemukan sosok itu di diri Delia.

"Terima kasih Del, kau membantuku bertahan dan membuatku tegar."

"Aku juga ingin membuatmu ceria sayang, kau bisa mengatakan apa masalahmu sekarang, itupun jika kau siap."

"Ak-aku... Aku takut Del."

"Apa yang aku takutkan cantik, kau kuat aku tahu kau bisa, kenapa kau harus takut?"

"Aku takut dengan komitmen dalam hubungan, hidupku selama ini begitu kacau, aku tidak pernah percaya dengan yang namanya hubungan, cinta, apalagi pernikahan."

"Itukah yang kau takutkan, sebuah komitmen serius, dan pernikahan?" aku mengangguk.

"Dengar sayang, apakah kau mau mendengar cerita hidupku, mungkin membosankan tapi aku harap ini bisa membuatmu menentukan pilihanmu."

"Aku mau mendengarnya Del."

"Baiklah, aku sendiri bukan lah orang yang pernah menikah, aku tidak pernah menikah dalam hidupku, dan itu adalah suatu penyesalan dalam hidupku, aku menyesal karena tidak menikahinya.

Dia satu-satunya lelaki yang pernah masuk ke dalam hidupku, menemaniku dalam suka maupun duka, dia menerima segala kekuranganku, keegoisanku, semua—semuanya dia menerimaku apa adanya.

Ketika itu usiaku hanya 22 tahun, aku masih naif, masih suka berkelana, membayangkan hidupku seperti apa dan bagaimana? Dia adalah sahabatku yang telah mengenalku dari aku umur 12 tahun, kami selalu bersama-sama, menjelajahi kehidupan, hidup kami bebas, pergi kemanapun yang kami mau, melakukan yang kami suka. Hanya aku dan dia. Tanpa tersadar cinta, dan kasih sayang tumbuh di antara kami.

Lalu ketika itu, dia tiba-tiba melamarku di hari ulang tahunku yang ke 23, dia melamarku secara mendadak. Aku takut ya tentu saja aku takut. Aku masih ingin bebas, aku masih ingin mencoba segala hal yang ada di dunia ini. Tapi duniaku berhenti ketika dia mengajakku menikah, tentu sama sepertimu aku tidak bisa menjalaninya, aku menyuruhnya menunggu.

Dan tentu saja dia menunggu, tapi aku tak kunjung memberikan jawaban, hingga suatu kebenaran terungkap bahwa sesungguhnya dia tidak memiliki waktu lagi hidup di dunia ini, dan keinginannya adalah menikahiku cinta pertamanya yang akan menjadi cinta terakhirnya.

Sayangnya aku tidak mengetahui tentang penyakitnya. Aku mengetahuinya ketika aku sudah pulang dari Australia dan mendapatkan kabar kalau dia sudah meninggal dan hanya menyisahkan secarik surat untukku.

Setelah membaca surat itu, aku tersadar kalau kesempatan tidak akan datang untuk kedua kalinya, dan aku menyesal karena melewatkan kesempatan itu. Aku tersadar ketika aku telah kehilangannya kalau aku sangat-sangat mencintainya.

Pernikahan bukanlah suatu penjara yang akan membuatmu terkekang, pernikahan adalah sebuah jembatan yang akan menyatukan dua kehidupan. Kehidupan itulah yang akan menentukan bagaimana indahnya suatu perjalanan pernikahan. Dan aku yakin jika salah satu kehidupan itu ada dirimu sayang, aku yakin kalau kehidupan itu akan baik-baik saja dan akan luar biasa.

Aku mohon jangan menyesal sepertiku Jules, jangan kau tinggalkan dia. Jika kau benar-benar mencintainya dan kau yakin padanya. Pulanglah dan peluk dia, bilang kau menerimanya. Aku yakin semua akan baik-baik saja."

Entah kenapa cerita Delia menguatkanku untuk menentukan pilihanku.

"Terima kasih, terima kasih Del, aku tahu aku datang ke tempat yang tepat. Terima kasih banyak."

"Sama-sama cinta."

"Aku akan meneleponnya, dan meminta dia menjemputku."

"Itu adalah pilihan yang tepat, jangan sampai kehilangan dia."

"sungguh Del, aku sungguh berterima kasih, dan aku juga meminta maaf karena sudah menyakiti anakmu yang super hebat, aku takut dengan perasaanku sendiri. dan aku tidak mau mengecewakannya."

"sudahlah aku sangat mengerti kok, cinta itu murni, cinta tidak pernah tau datang kapan, dengan siapa dan berapa lama. aku yakin Chris baik-baik saja, sekarang kau lakukanlah apa yang benar untuk hidupmu sayang." seru Delia sambil meneggenggam tanganku.

Lalu setelah itu aku masuk ke dalam kamar dan mengambil ponselku, aku mengaktifkannya kembali. Banyak panggilan tidak terjawab, dan pesan tapi aku melewati itu semua, dan segera menelepon Nate.

Tidak ada jawaban sama sekali. Lalu akhirnya aku mencoba untuk membaca salah satu pesan yang ada di hp ku.

"Kamu di mana."

"Di mana sayang, aku jemput sekarang."

"Jules angkat teleponku, kenapa kau matikan hp mu."

"Jules kau membuatku khawatir."

"Maafkan aku mengangetkanmu, aku akan membatalkan pernikahan ini, semua tidak penting aku hanya butuh kamu Jules."

"Jules kembalilah."

"Kau meninggalkanku Jules, hanya segini artiku untukmu."

Itu adalah pesan dari Nate.

Lalu aku membaca pesan dari sekretaris Nate.

"Nate kecelakaan, dia masuk ICU, dia harus dioperasi."

"Jules pulang sekarang, Nate koma."

Dunia terasa terbalik, hancur sudah hidupku, apakah memang benar kata Delia kesempatan tidak akan datang untuk kedua kali, dan aku telah menyia-nyiakan kesempatan itu. Dan kini tuhan menghukumku karena aku terlalu bodoh.

TBC

Mohon dukungannya

Please vote untuk menghargai

Saran dan kritik untuk jadi lebih baik

Dan comment untuk lebih rame.

Salam hangat MS.

PIS (Partner In Sex) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang