Matanya yang tertutup rapat, hidung dengan nafas teratur, pipi chubby yang sedikit memerah, rahang halus, bibir penuh berbentuk hati. Betapa indahnya makhluk hidup yang sedang tertidur disampingku ini. Rasanya tak akan pernah bosan untuk memandang wajah manisnya.
Kuusap dahinya yang tertutup rambut hitam yang mulai melewati alisnya. Anak ini harus segera memangkas sedikit rambutnya. Usapanku turun menuju kedua pipi gembilnya, pipi yang selalu membuatku merasa gemas untuk sekedar mencubit atau mengecupnya. Oh, sepertinya ia merasa terganggu dengan usapanku. Matanya perlahan terbuka, kelopaknya mengerjap beberapa kali untuk membiasakan cahaya yang masuk.
"Pagi, Jonginie." Sapanya sedikit lirih lalu mengecup bibirku. Pipinya merona -uh- manis sekali.
"Pagi, Kyungie." Aku balas mengecup dahinya sedikit lama. Ia segera bangkit dan menyuruhku lekas mandi.
"Jonginie mandilah terlebih dahulu. Aku akan menyiapkan sarapan."
"Kyung," Ia menoleh, "Aku mencintaimu." Ah betapa manisnya dia saat merona seperti itu.
"Aku juga mencintaimu Jongin-ah."
--------------------------------
"Jangan lupakan mantel hangatmu, Kyung. Hari ini akan sangat dingin." Aku memakaikan sarung tangan hitam pada kedua tangan mungilnya. Malam ini kami akan pergi merayakan Tahun Baru di sekitar sungai Han.
"Jonginiee~ aku tidak mau memakai sarung tangaaaan~" hah anak nakal ini mulai merengek. Kutangkup kedua pipinya dengan tanganku lalu menggerakan kepalanya ke kanan dan ke kiri gemas.
"Diluar dingin, Kyung." Ah jangan tatapan itu. Matanya berkaca-kaca. Jangan pasang ekspresi itu Kyungsoo, astaga. "Baiklah baiklah kau menang, Kyung."
Ia melepas sarung tangan hangatnya dengan cepat lalu menggenggam kedua tanganku yang masih menangkup kedua pipi gembilnya. "Aku tidak butuh sarung tangan bodoh itu, Jonginie. Cukup menggenggam tanganmu dan aku akan selalu merasa hangat." Anak itu menurunkan kedua tanganku dari pipinya lalu menggenggam sebelah tanganku erat. "Ayo kita pergi." Aku mengangguk setelah mengecup punggung tangannya. Ah wajah merona itu lagi.
---------------------------------
"Jonginie lihaaat. Aku mau eskrim ituuu~~" Aku melihat kearah mana telunjuk mungilnya -bagiku- mengarah. Aku menatapnya sangsi. Udara hari ini sangat dingin dan anak ini menginginkan eskrim?
"Kyung, kau akan terkena flu atau demam. Bagaimana jika kita membeli coklat panas di tempat biasa?" Aku mencoba memberi pengertian padanya. Dia menatapku kesal lalu menggelengkan kepalanya cepat. Oh ia juga melepas genggaman tangan kami dan melipat kedua tangannya di depan dada.
"Kyung," dia hanya melirikku sebentar lalu menatap lagi kearah kedai eskrim yang tadi ditunjuknya. "Kyungie," dia mulai menghentakkan kakinya kesal. "Soo baby," dia masih diam dengan wajah cemberut. "Kyungsoo!" Dia tersentak lalu mulai melihat kearahku.
"Kenapa kau berteriak hiks Jonginie jahat hiks hiks." Oh anak nakal ini mulai lagi. Aku menangkup kedua pipinya yang terasa dingin, matanya enggan menatap mataku.
"Kyungsoo lihat aku." Dia mulai menatap mataku. "Kau mau eskrim?" Dia mengangguk kecil. Air matanya mulai berhenti. "Tapi ini sangat dingin, Kyung." Dia mulai memakai jurus ampuh untuk meluluhkan hatiku. Matanya berkaca-kaca.
"Aku hanya mau eskrim, Jonginiee. Baekhyun hyung bilang rasanya akan berbeda memakan eskrim saat musim dingin." Ucapnya lirih. Aku mengusap pipinya lembut. Sedikit mengecup ujung hidungnya yang memerah lalu mengangguk pelan. Dia benar-benar sudah menjadi kelemahanku. Anak nakal ini benar-benar telah membuatku sangat lemah. Dia tersenyum riang lalu mengecup pipi kananku cepat. "Kajja!" Aku mengusak kepalanya gemas dan mengikuti langkah riangnya.
---------------------------------
"5" "4" "3" "2" "1" "Selamat Tahun Baru Jonginieeee!!!!" Ia bergerak riang dalam pelukanku. Mata lebarnya makin melebar saat melihat kembang api yang meledak di angkasa.
"Sepertinya aku ingin seperti kembang api, Jonginie. Aku akan meluncur bebas dan meledak di angkasa dengan indah lalu melebur bersama angin dan meninggalkan kesan indah untuk orang-orang. Oh itu sangat menyenangkan, Jonginiiee." Aku mengecup pipinya gemas lalu menumpukan dagu ku pada bahu sempitnya. Hmm hangat dan menenangkan. Ia menepuk nepuk tanganku yang melingkar di sekitar perut dan pinggangnya dengan sebelah tangannya dan tangan satunya lagi menunjuk-nunjuk langit dengan antusias sesekali bibirnya menggumamkan kata 'wow indah sekali' atau 'Jonginie lihat kembang api itu!' atau 'astaga ini sangat menakjubkan'
"Kau lebih menakjubkan dari apapun, Do Kyungsoo." Bisikku tepat di telinganya. Dia tersenyum lembut dan mengusap tanganku yang melingkar diperut dan pinggangnya.
"Aku mencintaimu, Kim Jongin." Ucapnya lirih.
"Aku mencintaimu, Do Kyungsoo oh maksudku Kim Kyungsoo." Oh lihat pipinya merona lagi! Astaga kenapa anak ini sangat menggemaskaan. Beruntungnya aku.
---------------------------------
Anak nakal yang selalu membuatku terpana. Anak nakal yang selalu membuatku gemas dengan segala tingkahnya. Anak nakal yang selalu membuatku lemah dengan segala tingkah manisnya. Anak nakal yang selalu membuatku jatuh makin dalam di lautan cintanya. Anak nakal dengan mata lebar yang selalu menatapku penuh cinta. Anak nakal yang selalu mengecupku dengan bibir penuh berbentuk hatinya. Anak nakal yang selalu merengek karna hal hal kecil. Pria manis yang selalu mencintaiku. Dia terlihat lemah dan ringkih diatas kasur. Dengan segala macam alat yang katanya menopang hidup pria manisku. Oh dia bahkan terlihat semakin kecil, pipinya mulai tirus, bibir merahnya memucat, aku rindu tatapan penuh cintanya.
"Lepas semua peralatan sialan itu. Itu hanya membuat Kyungsoo-ku semakin menderita." Maafkan aku, Kyung. Aku tidak mau egois dengan mempertahankanmu yang sudah tidak bisa tinggal bersamaku. Kau ingin bebas, kan? Kau ingin seperti kembang api itu, kan? Bebas dan meledak dengan indah. Melebur bersama angin dan meninggalkan kesan indah. Kau meninggalkan terlalu banyak kenangan indah untukku jadi aku akan mencoba ikhlas membiarkanmu melebur bersama angin. Maafkan aku. Aku mencintaimu. Kau akan selalu berada ditempat spesial dihatiku. Pergilah dengan tenang. Tunggu aku disana. Aku mencintaimu, Kyungsoo. Sangat mencintaimu.
---------------------------------
"Maafkan aku, Jonginiee. Aku tidak bermaksud menutupinya darimu hiks" Aku menatap Kyungsoo nanar. Hei kami menjalin hubungan selama 2 tahun dan aku baru mengetahui hal serius ini sekarang? Aku kecewa. Kecewa pada diriku sendiri.
"Jonginie jangan hanya diaam~ hiks katakan sesuatu marahi aku hiks" Aku menariknya kedalam pelukanku. Aku benamkan wajahku ke dalam bahu sempitnya dan menangis tanpa suara disana. Dia mengeratkan pelukan kami, tangisannya semakin kencang. Sakit. Hatiku sakit.
"Jonginieee," suaranya terdengar lirih.
"Kenapa baru memberitahuku saat sudah separah ini hm?" Suaraku teredam. "Kau ini bodoh atau apa? Kenapa baru memberitahuku sekarang Kyungsoo?" Aku memberi jarak dengannya dengan sedikit kasar, matanya terpejam dan tangisannya terdengar pilu. "Sekarang apa yang harus kita lakukan Kyungsoo?" Suaraku melemah "Demi Tuhan, apa yang harus kita lakukan?" Aku jatuh bertumpu pada kedua lututku dihadapannya. Aku sudah mengatakan kalau anak ini adalah kelemahanku, kan?
"Maafkan aku. Aku hanya tidak ingin kau merasa terbebani, Jonginiee. Maafkan aku hks" Dia ikut berlutut dan memelukku erat.
"Jadi apa yang bisa kita lakukan?" Aku bertanya dengan suara lirih terdengar putus asa mungkin.
"Tak ada, Jonginie. Ah menurutku membuat banyak kenangan tidak buruk juga. Bagaimana menurutmu?" Dia sudah berhenti menangis tapi masih memelukku erat. Aku merengkuh pinggangnya agar pelukan kami semakin erat. Dia menyandarkan kepalanya di bahuku sesekali mengecup bahuku lembut.
"Ayo membuat kenangan sebanyak-banyaknya dan membuat memoriku penuh dengan kehadiranmu."
"Aku mencintaimu, Kim Jongin." Dia memagut bibirku sebentar sebelum menutup matanya yang mungkin sangat lelah.
"Aku mencintaimu, Do Kyu- Kim Kyungsoo." Malam itu kami tertidur dilantai yang dingin. Aku yang bersandar pada dinding dan Kyungsoo yang duduk dipangkuanku.
.
.
.
.
.
.
.
.'Kyungsoo-ku terkena kanker otak.'