Pulang

9 1 1
                                    

Aku lagi tak sedang merayumu,
Tetapi Tuhan sedang menggerakkan diri ini untuk bercerita kisah yang sedang diam diam kubawa;...
Kisah tentang perjalanan sepasang rusuk yang sedang memenuhi nasibnya untuk mencapai takdir - ilahi nya sendiri,
Kisah tentang sepasang insan menuju kesempurnaan diri,
Kisah tentang dua ribu delapan ratus tiga puluh meter diatas permukaan laut.

Kuhibur diriku disetiap jejak yang kutinggal,
Kupermainkan langkahku agar tidak mendahuluimu,
Kuserahkannya seluruh diriku untuk selalu mengokohkanmu (padahal sesungguhnya kekuatanku ada padamu).

Di langkah-langkah yang lain kudahului dirimu untuk menunggumu di sudut yang lebih baik.
Namun di tugu tersebut kusandarkan diriku dan tersadarkan dari kebodohan yang telah kulakukan; Yang tanpa kusadari perjalanan yang kulakukan terasa sangat membosankan tanpa melihatmu yang sebelumnya selalu berada di hadapku.

Kuhabiskan waktuku hanya untuk memikirkan apakah mereka dibelakang sana baik-baik saja? Rasa khawatirku nyaris membuatku kembali melewati jejak jejak yang telah ku tinggalkan. Namun pada 3600 detik yang lain kau menghilangkan kecemasanku dengan secuil senyuman. Tak sanggup aku gambarkan satu persatu keindahan yang telah tercipta saat itu. Hanya sedikit yang mampu kulukiskan dalam sajak....

Tidak semua selamanya tentang kita. Mungkin tentang gunung yang terlihat begitu tinggi tetapi ia selalu ramah pada yg telah menginjaknya; Tentang keheningan pepohonan yg merelakan ranting dan akarnya untuk menjadi tumpuhan,
Tentang seberapa kerasnya bebatuan yang tetap menjadi pegangan bagi mereka yang tak pernah menganggapnya,
Tentang tanah yang menjadi landasan, api yang berdiri mengokohkan , air yang senantiasa mengalir melalui cela yang menghantar ke wadah nya, ataukah angin yang dengan dinginnya menghantam ego namun tanpa disadari terus mengahantar dan menjaga keseimbangan diri...

Seolah-olah segala sesuatu nya menegaskan jadikanlah keramah-tamahan sebagai kain selimut...
Hargailah segala sesuatunya dari setiap pijakan dan sekelilingmu yang senantiasa bertindak sejalan dengan irama alam.

Saat gelap memberitahu bayangmu pun dapat meninggalkanmu saat kau ada di kegelapan, yang dapat menamparmu agar tak selalu bergantung pada orang lain namun pada kemampuan diri dan menjadi cahaya tersendiri bagi sekitarmu.

Saat cuaca pun dapat menghardikmu tentang sebaik-baiknya harta - yang paling luar biasa ialah sabar, teman yang paling akrab adalah amal, pengawal pribadi yg paling waspada ialah diam, sebaik-baiknya bahasa yang diketahui hanyalah senyum. Senyum yang senantiasa membiaskan candaan diantaranya. Dan ibadah yg paling baik ialah khusyuk, saat seorang hamba tak pernah lelah mengingat pencipta dan ciptaannya...

...Fabiayyi aala’i rabbikuma tukazziban...

Terima kasih telah menuntunku
Terima kasih telah mencintaiku
Terima kasih telah mengajariku
Terima kasih telah menjadi diriku
Terima kasih untuk selalu memantaskan ku..
Terima kasih,
Terima kasih bijaksana-ku...

A K U...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 09, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang