Siang itu, Jiseo lebih memilih menggambar di kelas sembari menunggu jadwal kuliah selanjutnya. Coretan pensil diatas kertas sketsa sedang yang meliuk searah dengan gambar yang ia inginkan. Gadis itu nampak sangat serius dan cantik secara bersamaan di mata seorang yang kini sedang menatapnya sembari membawa sebotol susu pisang.
"Jiseo-ya."
Konsentrasi Jiseo buyar, ia tidak suka ini. Tapi bagaimana lagi, ia tidak mungkin marah. Jiseo hanya melirik malas sembari berusaha mengumpulkan mood yang telah terbang entah kemana. Berkali-kali, ia bahkan menghapus coretannya dan berakhir memilih menghentikan gambarnya.
"Apakah aku mengganggumu?
Pertanyaan itu terdengar takut dan gugup. Jiseo melipat kedua tangannya diatas meja lalu mendongak.
"Apa itu untukku?" tanya Jiseo.
"E—em ya, aku tadi ke kantin dan—"
Jiseo merebut susu pisang itu lantas meminunnya.
"Terima kasih." ujar Jiseo setelahnya.
Pria ini — Hoseok— sangat senang apalagi Jiseo menerima pemberiannya. Ia meminta maaf karena telah mengganggu Jiseo menggambar kemudian duduk tepat di hadapan Jiseo.
"Aku ingin merekam sebuah video, akhir-akhir ini aku sangat bosan karena tidak merekam diluar," jawab Jiseo ketika Hoseok bertanya apa yang ingin Jiseo lakukan.
"Mengapa kau tidak melakukannya?" tanya Hoseok.
"Hujan terus turun, aku malas. Aku benci ketika tubuhku basah," jawab Jiseo.
"Merekamlah saat hujan sudah reda," Hoseok memberi saran.
"Ah! kapan kau akan latihan menari?" tanya Jiseo.
"Sepulang kuliah, ada apa?" Hoseok balik bertanya.
"Bolehkah aku merekammu saat kau menari?"
"Kau ingin merekamnya?"
Jiseo mengangguk pasti. Sementara Hoseok—oh haruskah digambarkan bagaimana senangnya Hoseok sekarang? jika ia tidak menjaga image mungkin dia sudah melakukan gerakan salto.
"Dengan lagu Beethoven, bagaimana?" tanya Jiseo.
"A—"
"Arh, tidak tidak itu terlalu lembek," potong Jiseo.
Jiseo nampak berfikir sebelum Hoseok mengatakan bahwa ia selalu menarikan lagu hip hop atau sesuatu yang memiliki irama cepat. Saat Jiseo bertanya apakah bagus, Hoseok menjamin bahwa gadis itu pasti akan menyukai lagu itu.
Mereka berdua yang sedang asik mengobrol tidak sadar jika sedang diperhatikan oleh seseorang yang kini tengah duduk di bangku belakang. Ia mengambil ranselnya lalu keluar begitu saja setelah memakai baseball capnya. Kakinya melangkah ke kantin, membeli beberapa makanan lalu duduk di bangku kosong sembari memainkan ponselnya. Ia menghela nafas, melempar ponselnya lantas meminum jus jeruk dalam kotak yang tadi ia beli.
"Jangan kira aku tidak tau kau berada di belakangku, Jeon!" desisnya.
"Woa, instingmu masih sama seperti 100 tahun yang lalu,"
"Cih! ada apa? kau mengikutiku, huh!"
Pria yang disapa Jeon yang tidak lain adalah Jungkook tersebut menyeret kursinya lalu duduk didepan pria yang nampak sangat menyukai jus jeruk ini.
"Senang bisa bertemu denganmu kembali," ujar Jungkook.
"Aku tidak."
Jungkook tersenyum miring, ia merebut kotak jus jeruk di tangan pria yang tiba-tiba mengernyit sebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
검은 튤립 [Black Tulip] × Jungkook [CLOSED PO] [√]
Fanfic14 Maret 2018 [COMPLETE IN BOOK!] PRE ORDES STATUS = END E-BOOK = CLOSED FOR A WHILE "Tulip hitam yang tergeletak di depan kamarku, adalah awal dari semua tragedi yang terjadi padaku." Jungkook!AU! √ Kim Jiseo as You √ Jeon Jungkook of BTS as Himse...