Rabu, 29 agustus 2018.
Inilah takdir dan inilah kehidupan. Aku tak pernah menyangka kalau pagi itu adalah pagi terakhirku menyapamu. Semalam engkau masih menikmati makan malammu, malam itu pula kau masih menemaniku menghabiskan malam. Tetapi pagi harinyaTuhan punya rencana lain, engkau langsung hilang kesadaran dan dipagi itu pula kau masuk kedalam ruangan yang saya yakin kau pun tak menyukainya. Tak pernah terlintas dibenakku kau memasuki ruang itu dengan segala alat bantu kehidupan yang menempel ditubuhmu.
Dan 3x 24 jam engkau terbaring tak berdaya, sampai akhirnya sabtu 1 september 2018, pagi hari aku menyaksikan terpisah nya ruh dan jasad mu, kau menangis bersamaan dengan kalimat tayyibah yang ku bisikkan ditelingamu. Aku sedih kau meninggalkanku, tapi aku juga bahagia karena kau pergi bukan dipangkuan orang lain, bukan pula dengan talqin dari orang lain.
Aku sangat menyayangimu, aku menginginkanmu mendampingiku tapi, aku tahu Tuhan lebih menginginkanmu.
Menangis tentu aku menangis....kehilangan tentu aku kehilangan. Rapuh...iya aku rapuh, tapi aku harus kuat demi ibu yang harus ku jaga, demi bapak agar kepergianya tenang.
Bapak...tahun ini tepat setahun kau pergi.
Allah...aku sadar hidup dan mati adalah milik Mu. Maafkan hambamu yang kadang masih mengharapkan bapak hadir menemani hariku, menguatkanku kala aku lemah, membimbingku ketika aku salah arah, membangunkan ku ketika terjatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Kerinduan Kepada Cinta Pertama
RandomIni bukan cerpen apalagi novel. Ini hanya coretan pengobat rinduku kepada bapak yg kini telah pergi untuk selamanya.