10

1K 84 22
                                    

Happy Reading. Xx.

Annabeth's PoV

"Sebenarnya siapa ayah kandung dari bayi dalam kandunganmu itu?"

Meliriknya dengan cepat, aku mendapati dia yang sedang menatap lurus ke arah depan dengan tatapan kosong.

"Dad tidak menceritakannya?"

Kuharap dia tidak bertanya lebih dalam karena aku tidak mau membuka luka yang belum kering, dan sepertinya tidak akan pernah kering.

"Paman Andrew hanya mengatakan jika pria itu tidak bertanggung jawab. Dan selebihnya dia mengatakan jika kau sendiri yang harus menceritakannya padaku. Sampai kau siap."

"Aku tidak akan pernah siap. Apalagi yang Dad katakan?"

"Dia bilang kita harus saling terbuka."

"Saling terbuka? Apa yang kau harapkan untuk saling terbuka dengan orang hilang ingatan yang mungkin saja menyimpan banyak rahasia. Itukah yang namanya saling terbuka?"

"Kau tahu alasannya Nabeth. Itu semua bukan kehendak ku."

"Sudahlah, aku lelah berdebat mengenai hal ini." Aku menghela nafas panjang.

Keheningan pun terjadi dalam waktu yang lumayan lama.

"Maafkan aku." Dia kembali bersuara.

"Untuk apa?" Tanyaku.

"Bertanya hal tadi kepadamu. Tapi sungguh, aku hanya ingin tau. Aku tidak bermaksud membuat mu mengingat mantan kekasihmu yang tak bertanggung jawab itu."

Mendengar jawabannya, aku tertawa. Meskipun tidak terlalu lepas. Kalian pasti tahu apa yang membuat ku tertawa. Dia bilang apa tadi?

"Mantan kekasih? Kau bercanda?" Kekehku.

"Apa aku salah bicara?" Dia merasa kikuk sekarang.

"Dengar, sejak aku dilahirkan ke dunia hingga saat ini, aku tidak pernah mempunyai orang yang kau sebut sebagai kekasih. Bagaimana aku bisa memiliki seorang mantan kekasih? Kau lucu sekali."

Aku masih ingin tertawa, tapi pertanyaannya yang kelewat polos di detik berikutnya membuatku diam seketika.

"Jika kau tidak memiliki kekasih atau mantan kekasih di masa lalu, lalu anak siapa yang kau kandung?"

Sialan, sialan, SIALAN!

Ingatanku terputar kembali pada kejadian itu. Hatiku sesak jika mengingatnya. Berusaha untuk membuang jauh-jauh kejadian itu dari memoriku. Namun semua itu jelas tidak bisa, karena sialnya otakku masih bisa memutar rekamannya dengan jelas.

Mungkin meskipun aku tua renta nanti aku akan tetap mengingatnya, sekeras apapun aku berusaha. Karena kalian tahu sendiri, jika buah dari masalah itu akan hadir ke dunia. Ya, janin yang sedang ku kandung.

Dan di sini aku, masih terdiam si samping orang yang akan menjadi suamik—suami pura-pura ku.

Siang tadi dia bisa membuatku tersenyum bahkan tertawa layaknya aku adalah Annabeth yang sama seperti sebelum kejadian itu. Dan sekarang, dia membuatku hampir menangis karena ucapannya.

Entahlah dia memang polos atau pura-pura polos. Yang pasti aku masih bingung akan sikapnya.

Mataku sudah berkaca-kaca dengan air yang menggenang di pelupuknya sekarang. Satu kedipan saja bisa membuat mereka meluncur cepat.

"Nabeth, kau baik-baik saja?" Aku tidak menjawabnya, aku belum bisa.

Mencoba menetralkan rasa sesak di hatiku, aku bernafas dengan teratur agar siap menjawabnya dengan tenang.

Emergency Husband (Hendall)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang