"Pulang Kampung"

16 11 3
                                    

"Apa? Ketemu ibu sama ade-ade lo?" Zeze kaget dan memastikan kembali kata-kata yang disampaikan Putra.

"Iya, ayok?" Putra kembali menyodorkan helm yang dari tadi dipegangnya.

"Buat apa? Ngapain? Trus gue harus ngomong apa?" Zeze bingung

"Hahah" Putra mengelus kepala Zeze "ya Allah, lucu banget sih ya? Sebenarnya pengen ngerjain lebih lama, tapi kasian. Harusnya tadi gue videoin ya" Putra tertawa dan meraih handphone dari kantong celananya.

Belum sempat Putra meraih handphone genggamnya, pukulan Zeze sudah terasa di bahu kiri Putra "dih, ngeselin banget sih". Zeze meraih helm yang masih dipegang Putra. "Ayok, mau kemana?"

"Gak mau minta maaf ni? Tangan gue biru Ze!" Putra menyodorkan tangannya pada Zeze yang sudah duduk di jok belakang motornya.

"Bodo amat, salah lo sendiri cari gara-gara sama gue"

"Dasar, judes" Putra membenarkan posisinya "udah siap? Belum makan kan? Nyonya di belakang, jangan mukul lagi ya, ntar emak gue bingung kenapa pulang-pulang tubuh gue biru semua"

"Tangan gue udah gatal ni, mau jalan apa gak?"

"Iya bos!" Putra menatap spion dan melirik Zeze yang tersenyum dibelakang kemudian berlalu dan mulai menaikkan gas motornya.

     Zeze dan Putra sudah sampai ditempat makan biasa, duduk ditempat biasa dan memesan makanan biasa. Putra masih saja senyum-senyum sendiri menatap Zeze yang ada didepannya.

"Kenapa lo segitu takutnya sih Ze ketemu keluarga gue? Ibu dan ade-ade gue baik-baik ko. Lagian ibu dan ade-adek gue udah nanyain kapan lo mau datang ke rumah"

Ia sih, beberapa kali gue telponan sama adenya Putra, selalu saja diajak buat main kerumah, diajak jalan-jalan sama adenya kalau liburan sekolah, tapi sampai sekarang tidak ada satupun yang bisa gue tepati, gue takut untuk terlalu dekat dengan keluarga lo Putra, gue bukan siapa-siapa lo, dan lo juga bukan siapa-siapa gue.

"Gue belum pernah kenal, deket, ketemu sama keluarga cowo yang deket sama gue. Padahal lo bukan cowo gue ya" Zeze tersenyum dan menatap Putra

"Gak pernah? Wahid?"

"Gak pernah"

"Empat tahun pacaran, gak pernah ketemu ibunya?"

"Gak pernah!"

Putra menatap Zeze dan menganggukan kepala "Iya sih ketemu anaknya aja satu kali setahun, gimana mau ketemu emaknya? Tapi pasti deket dong, lewat telpon mungkin"

"Gak pernah Putra, ibu wahid aja kenal atau gak, tau nama gue aja, gue gak tau" Zeze tersenyum dan mengangkat bahunya

"Kenapa? Kan udah pacaran empat tahun"

"Gak tau"

"Tapi ibu kamu kenal Wahid kan?"

"Kenal, pernah ketemu sekali, kadang-kadang juga dia chat ama ibu gue"

"Trus kenapa ibu dia gak? Sombong banget sih lo Ze"

"Bukan sombong Putra, gak tau sih, tapi kalau dipikir-pikir ia ya, kenapa gue gak kenalan sama ibunya ya? Haha.. udahlah gak usah bahas Wahid, kasian ntar anaknya keselek. Makanya jangan becanda yang gituan, gue gak pernah mengalaminya, gak kayak lo playboy jadi pengalaman lo banyak.. hahaha"

"Ia, suka-suka lo"

Zeze meraih handphonnya dan melihatkan pada Putra tiket pesawat.
"Gue seminggu lagi pulang kampung" Zeze tersenyum dan bersorak riang. Gimana gak, semenjak lebaran tahun lalu Zeze belum pernah pulang ke Sumatera

FootstepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang