(SEASON 3)Chapter 47

884 34 9
                                    

Vote laaa

☆☆☆☆☆☆☆

Lelaki berumur 50 tahun itu menatap dua insan yang duduk didepan meja kerjanya. Jas hitam yang melekat ditubuh nya ini terlihat sangat ketat.

"Om apa kabar?" Tanya seorang perempuan sambil menatap William girang.

Yang ditatap tersenyum ramah. "Baik. Sudah lama kita ga ketemu" Balasnya.

Sembari mereka berdua saling berbasa-basi, Lucid sibuk dengan ponsel barunya ini. Nomor telefon yang dari dulu dia hafal, sekarang tidak aktif. Pikirannya berkecamuk. Kemana gadis itu? Bahkan media sosialnya kini di blokir. Entah apa yang dipikirkan Alexa sekarang.

"Taruh handphone mu, Lucid" Ujar William.

Bella ikut menoleh. Lalu menyipitkan mata. "Lagi nunggu telfonnya siapa sih?" Tanya nya.

Lucid mendongak. Menatap dua orang yang juga tengah menatapnya. Tak lama, ia kembali berkutat dengan benda ditangannya.

"Alexa lah" Jawab Lucid enteng.

Terdengar helaan nafas Bella. "Kalo sekali ga diangkat, yaudah biarin. Mungkin dia sibuk"

Lucid hanya menggerutu kecil.

"Alexa... Alexandra Putri?" Tanya William.

Lucid meng-iyakan. Mengingat William pernah bertemu Alexa sekali saat dirinya hendak berangkat menuju Jepang.

"Letakin dulu handphone mu. Kamu ga liat disini ada Bella sama Ayah?" Terdengar suara dingin dari William.

Lucid mendecakkan lidah. Ia memasukkan ponselnya ke saku jas. Setidaknya itu lebih baik menurut Lucid daripada harus adu mulut dengan Ayah nya.

Setelah itu, ruangan kembali diisi oleh percakapan William dan Bella yang-sebenarnya-tidak penting untuk dibahas. Lucid hanya memilin ujung dasinya. Sesekali melirik jam Rolex yang ia pakai. Berharap waktu berputar lebih cepat.

Ponselnya bergetar. Dengan secepat kilat, ia mengambilnya dan beranjak dari duduk. Ia mengisyaratkan pada William dan Bella kalau ia harus menerima telefon diluar.

Lucid menghela nafas lega sembari keluar dari ruang kerja William. Ia menatap layar ponsel. Siapapun yang menelfon, ia patut berterima kasih karena telah menyelamatkan dirinya dari atmosfer ruang kerja William.

Dahinya menyerngit saat membaca nama yang tertera pada ponsel Lucid.

Ia menggeser lingkaran hijau pada layar benda pipih itu. Lalu menempelkannya di telinga.

"Hallo? Ada yang bisa kubantu?" Sapa Lucid.

"Ck, ga usah sok Inggris. Lo tau kan dari dulu niali pelajaran Inggris gua jeblok"

Lucid menyerngit. "Kevin?"

"Iya gua Kevin. Lo kemana aja kampret. Berminggu-minggu ilang gini" Ujar lelaki diujung sana.

Lucid tertawa kecil. "Hp gua ilang. Ini baru sempet beli" Jawab Lucid singkat.

Terdengar desahan panjang diujung sana. "Udah buka email dari gua?" Tanya Kevin.

"Belum. Gua belum sempet buka email hari ini" Jawab Lucid.

"Buka cepet. Kalo udah gua..." Belum sempat Kevin menyelesaikan perkataannya, Lucid langsung menutup telfon.

Ia langsung membuka email dari ponselnya. Dan benar. Kevin mengirim sebuah foto sekitar 2 jam yang lalu. Lucid menekan pesan dari Kevin. Dan terpampanglah sebuah foto yang benar-benar membuatnya terkejut.

Kubuat Kau Jatuh Cinta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang