#1 Kelulusan

2 0 0
                                    


Trio Kalbu

Ardan B.: WOYYY GUE LULUS.

Ardan B.: HEHEHEHEHE.

Clara.: Serius, Ar?

Ardan B.: Iya. Di kampus yang sama kaya lu Car.

Clara: Wihh, selamat ya!

Ardan B.: Woy lu gimana? @Bara

Bara: Bangsat.

Ardan B.: Selow nyet.

Ardan B.: Lulus kaga lu?

Bara: Lulus.

Bara: Tapi bukan di kampus impian gue.

Bara: Ketemu lu lagi nanti.

Ardan B.: HAHAHA.

Ardan B.: Keknya kita bertiga udah ditakdirkan buat nyatu terus.

Bara: Bosen gue nyet.

Clara.: Hahaha kalian ini.

Clara.: Oh iya, mama ngundang kalian ke rumah nih. Katanya mau rayain kelulusan kalian.

Bara: OTW.

Ardan B.: Wah ini.

Ardan B.: Jemput gue @Bara

Bara: Ga.

Ardan B.: Temen apa bukan?

Bara: Bukan.

Ardan B.: Tai.

Ardan mendengus kesal sebelum mematikan layar ponselnya. Dia kembali menatap layar laptop yang ada di depannya. Tetap tidak berubah. Tertulis bahwa dia telah lulus di salah satu perguruan tinggi di kota Malang. Sudut bibirnya tertarik ke atas, menghasilkan senyum tulus yang paling lebar di wajahnya. Dia tidak ingat kapan terakhir kali memiliki pencapaian membanggakan seperti ini.

Ardan mengambil lagi ponselnya, lalu mengirim sebuah pesan ke grup Trio Kalbu sebelum bergegas pergi meninggalkan kamarnya.

Ardan B.: Gue telat bentar. Jangan diabisin makanannya Bar.

"Fwarah gi..mwana? (Farah gimana?)" Kata Ardan sambil mengunyah makanan. Mereka bertiga sedang duduk santai di taman belakang rumah Clara sambil menyantap donat tepung hasil eksperimen si tuan rumah.

"Telen dulu, bego." Jawab Bara cuek sambil menyesap jus apel di genggamannya. "Baik, sih. Anaknya kaga ribet juga. Kemaren waktu jalan sama gue, malah dia yang nentuin tujuannya ke mana. Gue mah nurut aja, males juga buat mikir lagi."

"Tuh kan, bener kata gue. Dia tuh pas buat lu yang males mikir begini," Ardan tersenyum bangga sambil menepuk pundak sahabatnya itu. "Akhirnya Bara melepas status singlenya setelah bertahun-tahun berkat gue."

Gibran Nanta Barasena, lebih akrab dipanggil Bara, sahabatan dengan Ardan sejak mereka sekolah dasar. Dulu Ardan suka main sepak bola di lapangan perumahannya, dan kemudian bertemu dengan Bara. Mereka sering main bersama, tapi saat itu belum saling mengenal. Sampai di suatu kejadian saat mereka main saling berlawanan, Bara tidak sengaja menendang bola ke arah bawah perutnya Ardan sampai-sampai dia harus dibantu buat jalan pulang. Dari situ, mereka jadi sahabat dekat sampai sekarang.

"Lu sama Zahra gimana, Dan?" Balas Bara sambil tersenyum jahil ke Ardan.

"Apaan, sih. Kaga gimana-gimana," Jawab Ardan malas. "Dia tuh ya, padahal gue cuma minjemin jaket karena gue lihat dia kedinginan. Eh, besoknya itu orang lengket mulu ke gue. Kan temen-temen jadi pada mikir yang ngga-ngga."

Bara dan Clara tertawa. "Lagian lu sih udah tau anak orang gampang baper, masih aja diperlakuin kaya begitu. Jangan heran kalo dia jadi ngarep ke lu."

"Yaelah, Bar, gue cuma ga tega liat dia menggigil kedinginan karena cuma pake dress. Sebagai cowok gentle, gue jaketin aja." Ardan meminum sirup markisa yang sudah disuguhkan oleh Clara. "Demi Tuhan, gue ga ada maksud apa-apa, Bar."

"Iya gue ngerti Dan. Tapi urus sendiri deh ya, gue ga bisa bantu banyak kalo buat masalah perempuan kaya gini."

"Aduh, serba salah nih gue." Ardan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia kemudian melihat ke arah Clara yang dari tadi hanya diam memperhatikan mereka berdua yang membicarakan perempuan. "Oh iya Car, bokap lu udah restuin lu buat kuliah di sana belum?"

Clara menggumam sejenak sebelum mengangguk. "Kemarin aku udah diskusi sama Ayah soal itu, dan beliau akhirnya setuju. Walaupun diskusinya ga semudah yang aku kira."

Raut wajah Ardan seketika berubah senang. Dari mereka bertiga, Clara lah yang paling sulit untuk mendapatkan izin dari orang tuanya. Pernah sekali waktu Ardan dan Bara mengajaknya untuk kerja kelompok, Ayah Clara langsung menolak bahkan sebelum mereka menyelesaikan kalimatnya.

"Om, kita izin ajak Clara buat ngerjain tug"

"Nggak. Clara harus nemenin saya beli makanan ikan hari ini."

Padahal Clara nggak punya ikan.

Wajar saja, Clara adalah anak bungsu dan anak perempuan satu-satunya di keluarganya. Keluarganya semakin protektif kepadanya setelah kakak laki-laki Clara pindah ke luar kota untuk melanjutkan studi. Ardan dan Bara juga maklum jika Clara seperti itu.

"Ah, kalo gitu kita bakal bersama terus dong ya?" Kata Ardan sambil bersandar di kursi malas yang ia duduki. "Gue ga sampai kepikiran kalo bisa kaya gini."

"Kata siapa gue mau sama lu terus." Celetuk Bara yang disambut lirikan sinis oleh Ardan.

"Gimana kalau kita tinggal bareng di sana nanti?" Ardan dan Bara langsung menoleh ke arah Clara. Mereka sedikit terkejut mendengar dia berbicara seperti itu. Kalau Ayahnya sampai dengar dia ngomong itu, bisa jadi dia berubah pikiran.

Ardan menggeleng. "Ngaco lu, Car. Dapet izin buat kuliah di sana aja udah syukur." Bara mengangguk tanda setuju sama perkataan Ardan.

"Kalo belum dicoba kan kita ga tau? Lagian, Ayah pasti pertimbangin lagi soalnya ada kalian yang bakal jaga aku di sana." Ujar Clara dengan senyum percaya diri di wajahnya. Ardan hanya menghela nafas menghadapi temannya yang keras kepala satu ini.

"Iya iya, urus aja deh Car. Kalo nanti butuh bantuan, tinggal kontak kita aja." Ardan melihat ke Bara. "Woi, itu makanan jangan dinikmati sendiri. Bagi-bagi ke kita juga."

Ardan mencoba menjangkau kentang goreng di piring yang dipegang Bara. Bara yang jahil menjauhkannya dari Ardan. "Laper gue. Awas ah." Kemudian terjadi perebutan sepiring kentang goreng. Clara hanya tertawa melihat tingkah laku kedua sahabatnya itu.

Hari mulai sore. Matahari sudah lelah bersinar terus sepanjang hari. Dia pun pulang ke tempatnya, dan perlu beristirahat untuk kembali bersinar di esok hari. Bulan kemudian menggantikannya, memberikan penerangan untuk bumi yang sudah gelap. Cahayanya tidak seterang matahari, namun cukup memberikan ketenangan karena telah mengusir gelap. Ketenangan inilah yang mereka bertiga butuhkan sebelum mereka masuk ke fase baru dalam hidup mereka.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 11, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DualitasWhere stories live. Discover now