prolog

22 6 0
                                    


Alanis Gene Langford tidak menikmati perjalanannya menuju madrid.

Gadis itu memulai malamnya dengan bersenang-senang: dia menikmati minuman dan membaca pesan-pesan ancaman, dan menerima pelukan dari beberapa pria yang tidak bisa di bilang jelek. Dia menikmati rangkaian kata peringatan dari sang Master.

Dia menikmati beberapa gelas wine yang pertama, tapi kemudian, seiring tiap gelas berikutnya semakin membuatnya tidak nyaman, sampai saat ini ia terduduk di luar pub di kota kecil yang entah apa namanya.

"Kau lebih baik waspada," kata suara yang sedikit serak. "Aku tidak yakin tentang keselamatan gadis cantik seperti dirimu, jangan sampai kau tertangkap oleh pria idiot" Bola mata tajam menatap dari wajah tirus dan muram. "Kau baik-baik saja?"

"Sepertinya baik, terima kasih," kata Alanis. Dia gadis cantik dengan wajah segar dan sedikit kekanak-kanakan, dengan surai rambut berwarna gelap bergelombang, dan mata coklat muda yang besar. Penampilannya seperti seorang bangsawan yang baru saja kerampokan, berantakan namun mampu menarik lawan jenis daripada yang bisa dimengerti.

Orang itu melembut. "Ini, mahluk malang," kata wanita itu dan memberikan lima dolar ke tangan Alanis. "Tidak banyak yang bisa aku berikan"

"Maaf nona, saya bukan tuna wisma, saya baik-baik saja. Saya keluar untuk menghirup udara segar, tak lebih," Alanis menjelaskan, ia menyerahkan kembali uang itu pada wanita yang tidak bisa di bilang tua.

Wanita dengan perawakan masih segar dan sedikit lebih dewasa dari pada Alanis menatapnya curiga, lalu mengambil kembali uangnya dan membuatnya hilang di saku mantelnya. "Apa tujuanmu ke madrid?" Alanis menolak memberi tau, melihat keterdiaman Alanis, wanita itu mengangguk paham dan tak berniat mencari jawabannya.

Wanita itu memegang tangan Alanis, mengusapnya dan menyalurkan ke hangatan di musim dingin ini. "Kau akan bahagia dengan pilihanmu ini lady Amore"

Sedikit bingung, Alanis tetap mendengarkan sebagai penghormatan. "Sangat jarang seorang wanita berstatus tinggi memilih pergi meninggalkan uang dan fasilitas" wanita itu menatap dalam manik Alanis, membuat gadis itu sedikit gugup, "kau sangat berani lady"

Sedikit terhuyung, wanita itu berdiri setelah melepas genggamannya. Ia mengucapkan kata perpisahan pada Alanis dan beberapa kata nasihat yang tak Alanis mengerti. Setelahnya, Alanis kembali pada kegelapan, menikmati dinginnya suasana.

Alanis mendapat dirinya bertanya-tanya, agak mabuk. Pintu pub terbuka lagi, sentakan suara seakan mengatur pintu pub terlalu keras. "Alanis, idiot, kemana saja kau." Alanis berjalan masuk pub lagi, rasa ingin muntahnya hilang dalam sekejap.

"Kau terlihat seperti musang tercebur got," kata seseorang.
"Kau tidak pernah melihat musang tercebur got," balas Alanis sinis, seharusnya ia tak memasang wajah itu, jika Master mengetahui semua tindakan kenakalannya disini, ia akan di seret pulang.

Seseorang memberikannya segelas wiski besar. "Nih, habiskan. Itu akan membuatmu hangat. Kau jarang meminum Scotch senikmat ini di madrid bukan?"

"Terimakasih, Rose," desah Alanis. Air menetes dari rambut tebalnya. "kau wanita yang baik." Dan dia menghabiskan Scotch-nya, setelah itu seseorang lain memberinya gelas lain, lalu semuanya kabur dan pecah menjadi fragmen-fragmen.

Ibu jari lelaki itu membelai bibirnya dengan lembut. "Kau tidak bisa melupakan hal ini, tapi kau tidak akan melihatku lagi."

"Sekarang, aku melihatmu," bisiknya, pandangannya beralih pada bibir sang lelaki, Alanis mabuk.

"Kau milikku sekarang." Lelaki itu menundukkan kepalanya, lalu menyapukan bibirnya pada Alanis. Ia berhenti bernafas seketika itu juga. Bibir lelaki itu terasa lembut dan hangat. Ketika ia tak menghindar, ciuman itu berlanjut, pelan lembut, dan begitu menggoda. Tangan lelaki itu menyusup ke balik mantelnya, melingkari pinggangnya, dan merapatkan tubuhnya pada sang lelaki.

Pagi berikutnya Alanis terbangun dengan pakaian yang sangat rapi, nampak cantik dengan dress selututnya. Alanis melupakan semuanya, Alanis hanya mengingat, dia merasa pergi ke suatu tempat, muntah di kubangan yang penuh dengan air hujan. Semuanya nampak samar di ingatan Alanis. Ia bangun dan berjalan pergi dengan rasa tak nyaman.

💌

Klasik namun elegan.



Epifanía💗
Pecinta BTS dan para Cogan.

Curiosidad ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang