Aku harap kamu adalah jodoh terakhir yang Allah berikan kepadaku tanpa harus ada pengganti nantinya.
Mencintai sembunyi-sembunyi
Sudut pandang Anna
Hampir dua minggu, aku kembali ke tanah air. Membelai kenangan yang dulu hampir aku lupakan.
Aku sempat tak rela meninggalkan Korea, bukan karena berat hati tentang Jongsuk. Tapi aku belum menyelesaikan tugas kedokteranku di sana.
Sedikit cerita yang mengejutkan, aku akan menikah dengan Farhan minggu depan. Terlalu cepat memang, namun bagaimana lagi. Setelah mendegar kabar burukku ayah memutuskan agar aku segera kembali ke Indonesia.
Mengejutkan memang tragedi yang sempat ku alami terjadi di Korea, namun beberapa hari kemudian kejadian serupa terjadi di Indonesia. Entah kenapa lantas wanita bercadar yang dituduh semena-mena.
Miris, selain membuat trauma yang mendalam bagi wanita bercadar maupun umat muslim lainnya. Kejadian yang mengerikan itu juga berdampak negatif untuk orang non-islam kepada umat islam sendiri.
Aku merasakannya, cukup sekali seumur hidup selebihnya aku tidak mau lagi. Membayangkanya saja sudah membuatku ngeri, apakah ini yang namanya trauma?
Aku diam-diam memendam perasaan campur aduk dalam hatiku yang diam-diam merayap ke rongga otakku. Aku cukup baik setelah kembali ke Indonesia namun entah kenapa hatiku was-was. Tidak tahu juga kenapa begitu.
Nyatanya orang yang pertama muncul dalam anganku adalah Lee Jongsuk.
Ahh.. Memikirkan namanya saja hampir membuatku menangis. Apalagi mengingat adegan senonoh yang ia lakukan demi drama barunya. Setelahnya kejadian tak mengenakkan terjadi kepadaku.
Terkadang aku masih belum bisa mencerna kenyataan yang baru-baru ini terjadi. Bahkan terkadang shalatku terganggu akhir-akhir ini.
"Fat, abi mau bicara sama kamu." cela ayah ketika aku asyik termenung di ruang kamar yang jendelanya menghadap langsung ke arah matahari yang baru saja ingin terlelap.
"iya bi mau bicara apa?" tanyaku sesaat setelah pikiranku mulai tenang.
Ayah mulai mendudukkan dirinya di sampingku. Menata perlahan napasnya sebelum mensejajarkan dirinya denganku. Apakah ini menyangkut pernikahanku dengan Farhan?
"kamu terpaksa atau tidak untuk menikah dengan Farhan? Ayah dengar kamu sudah suka sama orang lain dari umi."
Aku menunduk, bingung harus menjawab apa. Apakah benar perasaan nyaman yang selama ini ku rasakan saat bersama Jongsuk patut di sebut suka?
Pikirku semakin kalut, bagaimanapun rasaku dengan Jongsuk ini salah. Tidak di ridhoi Allah. Aku bahkan tidak bisa mencegah perasaan ini sebelum semakin dalam.
"tidak bi, aku ikhlas dan siap menikah dengan Farhan." jawabku sejalan kemudian. Aku melihat guratan khawatir di raut wajah ayah. Dia ayahku, dan khawatir denganku itu sangat wajar.
"aku tidak masalah menikah dengan Farhan bi, Farhan begitu baik dengan Anna selama ini. Dan Farhan adalah pilihan dari abi, itu cukup untuk meyakinkan Anna buat menikah sama Farhan. Lagipula Farhan masih bagian dari keluarga kita." aku berusaha meyakinkan ayah.
Ayah memijit keningnya sejenak, setelahnya berkali-kali ia beristighfar dalam gumamannya. Tangannya memegangi kedua bahuku erat, gemetar. Sebenarnya ada apa dengan ayah?
"abi minta maaf, sejujurnya abi mengirimmu ke Korea untuk bertemu dengan Farhan. Lama sekali rencana pernikahan kamu dan Farhan telah di buat. Abi tidak menyangka kamu mengalami hal tragis di sana. Abi tidak bisa membayangkan bagaimana ketakutannya kamu di sana."
Sejenak pandangannya luluh, beralih ke arah jendela yang mulai menggelap seiras dengan matahari yang bersiap untuk tidur.
"ini bukan kesalahan abi, semua sudah di atur sama Allah. Ujian ini membuat Fatimah semakin sadar, dimanapun kita berada Allah bersama Fatimah bi. Allah tidak akan menguji seorang hamba melainkan untuk mengangkat derajat hamba itu sendiri."
Adzan maghrib mulai menggema di seluruh penjuru kota ini. Terkadang aku tindu suara adzan yang saling bersautan di sini. Selama di Korea aku belum pernah lagi mendengar adzan yang berkumandang keras membangunkan para jemaahnya.
"abi minta tolong, jika kamu benar-benar tidak ingin menikah dengan Farhan bilang saja. Abi tidak mau membuat kamu hidup di atas kemauan abi."
Langkah abi mulai menjauh, pundaknya masih membisu. Bahkan sampai sekarang aku belum sadar beban apa yang di pikulnya. Bayangan abi semakin hilang, ketika iqamah sudah di suarakan.
Bojonegoro 17 September 2018
Asalamualaikum.
Happy reading my readers? Hehe, Alhamdulillah udah bisa update lagi ini.
Oh ya sebelumnya terimakasih untuk yang sudah berkenan membaca Syahadat di Langit Korea. Meskipun kalian siders saya tetap menghargai kok karena kalian sudah mau menghargai karya saya ini.
Berita gembira untuk kita semua, kulit manggis kini ada ekstarknya--- eh gak deng :v
Akan ada work baru dari author. Temanya bukan islami sih. Work lama yang belum di publikasikan.
Sejujurnya author hanya ingin menulis genre islamiyah saja, tapi ada beberapa rekan yang ingin author mempublikasikan beberapa karya yang sudah lama author buat. Meskipun genrenya bukan islami.
Nahh disini author merasa bimbang. Butuh saran kalian.
Silahkan comment.
Terimakasih. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Salam cinta author 💕💕
#budayakanmengaji 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Syahadat di Langit Korea
Spiritual"Haruskah aku senang bertemu denganmu atau tidak?" "namun bagaimanapun juga terimakasih telah mengenalkanku kepada Tuhanku yang sesungguhnya." -Lee Jongsuk Ini hanya cerita fiksi. Kurang lebihnya mohon dimaklumi. Afwan... Selamat membaca!!!