BAB 03 gak percaya

18K 2.8K 58
                                    

"Sumpah lo? Wah ini bisa jadi berita viral nih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sumpah lo? Wah ini bisa jadi berita viral nih. Berondong anggap lo anak kecil."

Celetukan Erin membuat aku memberengut. Ih dicurhatin malah diledek, sebel. Tapi Erin kemudian merangkul bahuku.

"Tapi mendingan si Kairo itu loh. Daripada lo masih belum move on dari Mas Dani. Sadar Mi, dia udah milik orang lain."

Tuh kan makin nyelekit ucapan Erin, ih semprul dia ini. Suara pintu terbuka dan ada seseorang masuk membuat aku dan Erin menatap ambang pintu toko. Lalu aku menoleh ke arah Erin dan sama-sama tersenyum. Karena pria yang baru saja kami bicarakan ada di depan mata.

"Pagi Mas, Dani." Aku langsung berdiri dari duduk dan menghampiri Mas Dani yang langsung tersenyum dengan manis. Aduh hatiku makin kebat-kebit. Padahal sebentar lagi Mas Dani tu nikah. Kok ya hati ini masih ada di sana.

"Pagi juga Naomi. Kamu kelihatan cantik hari ini."

Aih kok pipiku memerah nih duh kalau kayak gini terus apa ya gak langsung aku cium itu pipinya Mas Dani.

"Mas bisa aja, owh ya mau pesan bunga?"
Mas Dani langsung menganggukkan kepala dan tersenyum.

"Ehm mau pesen buat buket bunga pas resepsi besok. Bisa kan?"

Alah langsung deh ini hati terjung payung setelah dilambungin gitu. Mas Dani kejem ih. Aku langsung menoleh ke arah Erin yang tahu isyaratku. Aku tidak bisa menangani ini, yang ada malah nanti buket bunganya aku rusak. Saking aku cemburu kan ya?

"Bisa mas, tapi sama Erin ya? Naomi lagi ada..."

Suara pintu berbunyi tanda seseorang masuk ke dalam toko lagi membuat aku menghentikan ucapanku. Dan mataku terbelalak saat Kairo sudah tersenyum lebar ketika melihatku. Aduh itu dia mau ngapain lagi coba?

"Naomi?"

Panggilan Mas Dani membuat aku menatapnya, tapi Erin sudah menyenggol lenganku.

"Owh iya mas, sama Erin ya, Naomi ada kerjaan yang harus diselesaikan."

Mas Dani menganggukkan kepalanya dan mengikuti Erin yang membawanya untuk memilih bunga. Sedangkan aku menghela nafas saat Kairo sudah ada di depanku. Dia ini kok kayaknya ada terus, bikin kepala pusing.

"Halo adek. Ehm ada mawar kuning gak?" Kairo kini mengedarkan pandangannya ke seluruh toko. Dia kali ini tampak berpakaian lebih kasual daripada kemarin yang memakai setelan kerjannya.

"Ada kok.."
Kairo kembali menatapku lalu tersenyum lagi. Ini orang kok stock senyumnya gak pernah habis. Senyum terus. Bikin merinding disko malahan.

"Ya udah buatin satu buket ya?"

"Sekarang?"

Kairo menganggukan kepala lalu dengan begitu saja duduk di kursi yang ada di depan meja kerjaku.

"Owh ok.." ucapku sambil melangkah ke arah mawar kuning yang baru saja aku dapat dari petaninya malam kemarin. Jadi masih segar.

"Naomi besok aku minta lagi buat dekorasi pelaminan ya?"

Suara Mas Dani yang tiba-tiba ada di sebelahku membuat aku menoleh ke arahnya. Erin sedang sibuk mencatat bunga-bunga pesanan Mas Dani.

"Iya mas, bilang aja sama Erin." Aku mencoba menghindar lagi. Mas Dani terlalu menggemaskan kalau terus berada di dekatku. Takutnya aku malah jadi agresif dan malu-maluin.

"Kamu kenapa sih? Kok kayaknya ngehindarin aku?"

Mas Dani tiba-tiba memegang tanganku. Membuat jantungku berdegup kencang. Mas Dani, kamu enggak tahu betapa aku patah hati saat mendengar kamu akan menikah. Dan sekarang malah nanyain hal kayak gini. Sungguh tidak adil, pengen ngunyah mawar deh kalau gini.

"Hahaha... Mas Dani becanda.."

Aku mencoba bersikap santai, meski saat ini aku sangat gugup. Mas Dani melepaskan genggaman tangannya dan kini bersedekap lalu tersenyum lagi.

"Beneran loh. Biasanya kamu itu senyum kalau lihat aku. Kita kan udah kayak sahabat ya. Kamu itu udah aku anggap adek sendiri. Kita sama-sama berjuang buat toko kita sejak pertama dulu. Jadi aku bisa ngerasain loh kamu berubah."

Waduh sontoloyo ini. Kok dia ngomong lancar gitu ya? Mas Dani ih..

"Adek, pesenanku mana?"

Aku terlonjak saat Kairo sudah berdiri di sampingku juga.Dia mengamatiku dengan satu alis terangkat.

"Owh iya ini lagi mau dirangkai.." ucapku ke arah Kairo lalu menoleh ke arah Mas Dani.
"Bentar ya mas.."

Mas Dani menganggukkan kepala bersamaan dengan Erin yang mengalihkan perhatian Mas Dani dan mengajaknya menjauh dariku. Lega,

"Kamu suka sama om itu?"

Bisikan itu membuat aku langsung menoleh ke arah Kairo. Dia tampak mengamati aku serius.

"Maksudnya?"

Kairo tersenyum lalu bersedekap. Dan kini menyentuh dagu dengan satu jarinya.

"Gak boleh loh dek. Kamu kan masih kecil, masa suka sama om-om kayak gitu? Harusnya kamu pacaran sama anak sesusia kamu. Mau aku jodohin sama ponakanku gak?"

Oalah semprul ini orang. Kuhentakkan kakiku dengan kesal lalu segera meninggalkannya.

"Hei. ..tuh kan adeknya ngambek."

Kairo mengikuti aku membuat aku berbalik lagi.
"Udah aku bilang, aku ini 29 tahun. Bukan anak smp lagi."

Bisikku karena tidak ingin terdengar oleh siapapun yang ada di dalam toko ini. Tapi Kairo malah menggelengkan kepalanya dengan prihatin.

"Anak jaman sekarang halunya kok ya kebangeten ya?"
Mawar mana mawar. Aku pingin ngunyah sampai habis dan kusemburkan di muka Kairo. Orang kok kesurupan gak sembuh-sembuh.

BERSAMBUNG

 HUWAAA MUMET KETIK NASKAH MELIPIR AJA DIMARILAH BIAR SEGER DULU.... JANGAN PAKSA UNTUK KETIK YANG LAIN HEHEEHE INI DULU AJA YEE

17 YEARS OLD?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang