Lintas Mimpi

49 15 0
                                    

Apa yang kau rasakan ketika orang yang sangat kau cintai pergi untuk selamanya?
Sedih? Sudah pasti.
Menyesal? Bisa jadi.
Marah? Mungkin.
Begitulah yang aku rasakan sekarang. Kehilangan seorang yang sangat kucinta menyebabkan adanya kesedihan yang amat mendalam.
Namaku Billyana, dan ini kisahku. Kisah dimana aku ditinggalkan olehnya. Dinka.

◼◻◼

Selasa 11 September

Hujan mengguyur daerah pemakaman ibu kota. Seakan mengerti apa yang sedang kurasa. Ia, sahabat terbaikku pergi meninggalkanku selamanya. Menyebabkan air mata mengalir tiada hentinya.

Dinka..,
Sahabat terbaikku. Lelaki kedua yang senantiasa ada untukku. Lelaki yang tetap setia berada disampingku dalam situasi apapun.
Hanya dia,
Dinka Sebastian.

Hari ini adalah hari yang paling ku benci. Hadirnya hari ini menyebabkan perginya sahabatku.
Ah, namun aku tak sepenuhnya membenci hari ini. Aku juga membenci penyakit yang ternyata telah lama di deritanya. Leukimia.

◻◼◻

"Billyana, keluarlah. Kamu belum makan daritadi. Jika kamu begini terus-terusan, Dinka akan sedih melihatmu dari surga sana."

Lagi, bujukkan dan bualan menyebalkan itu dikumandangkan.

Dinka akan sedih? Haha, bualan macam apa itu.

Jika Dinka tak ingin melihatku sedih, seharusnya ia tak pergi meninggalkanku untuk selamanya. Dasar bodoh.

"Billyana, bunda tau kamu terpukul denger kabar ini. Tapi setidaknya kamu tetep harus jaga tubuh kamu."

"Beri Billyana waktu buat menenangkan diri bunda. Billyana lagi gak mau diganggu." aku mengucapkan dua kalimat yang berhasil menghentikan bujukan dari bunda. Keheningan yang sedang ku inginkan, kembali di dapat.

Sekarang, aku tengah meringkuk diatas kasur dengan keadaan yang berantakkan.

Bisa-bisanya Dinka pergi di hari libur seperti ini. Padahal, kami memiliki rencana untuk berlibur ke pantai. Rencana yang kami susun dari seminggu yang lalu.

Tok tok tok

Pintu kamarku di ketuk dengan pelan.

"Billyana, bunda mau ngasih sesuatu ke kamu. Buka pintunya ya." bunda kembali membujuk.

Aku segera beranjak turun dari ranjang. Membuka kunci dan membuka pintu hingga memberi sedikit celah.

"Kenapa bun?" tanyaku di balik pintu. Aku tak ingin menampakkan wajah sedih ku kepada bunda.

"Ini. Bunda dititipin tante Eliana. Katanya buat kamu." ucap bunda sambil memasukkan amplop cantik berwarna biru langit dengan hiasan awan di pinggirnya lewat celah pintu yang kuberi.

Aku segera menerimanya.

"Ini apa bunda?" tanyaku dengan suara serak.

"Bunda tidak tau. Mungkin hal yang penting?" bunda menjawab ragu.

Aku membolak-balikkan amplop tersebut. Dan seketika tubuhku bergetar menahan tangis kala melihat tulisan yang tersusun rapi di belakang surat.

Lintas Mimpi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang