brum brum brum..
Laju sebuah Motor Laki, terlihat seorang pria paruh baya berseragam Buruh sedang mengantar Jagoannya. Tiupan angin yang cukup dingin yang menjadi ciri khas dari kota dengan sebutan kota hujan ini tidak menyurutkan semangat dan rasa penasaran bocah yang baru akhil baliq ini untuk memulai langkahnya kedunia yang baru.
"nanti pulang sekolah langsung pulang ya mas, ngerti kan naik angkot yang mana aja?". kata ayah yang lalu menyodorkan tangannya dan gw sambut dengan mencium tangan beliau sebagai bentuk hormat gw.
"iya aman". Tak lama beliau pun berlalu menunggangi Motor GL kesayangannya.
Kenalin, Gw Akandra Daniswara Dwija. Cowok dengan zodiak virgo yang memiliki mimpi buat ngebuang stigma korban bullying yang melekat pada diri gw dari SD. Anak sulung dari dua bersaudara. Enough.
Mimpi itu terletak di balik sebuah gerbang ber cat putih yang dibeberapa bagian sudah mulai mengelupas termakan usia, yang siapa sangka dibalik gerbang yang terlihat kumuh itu terdapat sebuah gedung Sekolah Menengan Pertama favorit di kota ini.
SMP N 1 SATKAR ini akan menjadi rumah kedua gw buat tiga tahun ke depan, merupakan salah satu sekolah favorit dengan prestasi-prestasi yang sudah ga di ragukan lagi. ya biarpun gw sendiri minder buat sekolah di sini.
Gw ga pinter-pinter amat, ditandai dengan merah nya nilai matematika di rapot SD gw. Kok bisa masuk ? The Power Of Parents. Kebetulan kepala sekolahnya itu punya anak yang sekelas sama gw pas SD, jadi bokap nyokap yang tentu saja ingin ngasih yang terbaik buat anaknya ini rela mengeluarkan tabungannya untuk itu. Ok Cukup!! Aib ~
Gw melangkahkan kaki gw memasuki gerbang depan. Terdapat gerbang lagi dibagian dalam yang menjadi pembatas antara parkiran dengan lingkungan kelas, langsung dihadapkan dengan lorong kelas memanjang yang terlebih dulu akan melewati meja bertuliskan "meja piket" diatas nya. yang pertama gw lakuin adalah mencari kelas gw. Dimana ? gue ga tauuu !!! kenapa bisa ga tau ? YA KARNA GW GA TAU !
Celingak celingkuk kanan kiri, berharap ada seseorang peka dan berinisiatif membantu. karna malu rasanya untuk meminta bantuan duluan. terlihat siswa siswa baru berbaju Merah Putih yang mulai ramai berdatangan. dan gw pun memilih duduk di teras kelas yang tepat mengahadap sebuah lapangan di tengah sekolah.
teng teng teng teng teng teng... Bunyi kentongan besi nyaring terdengar yang membuyarkan lamunan gw
ksskkkk... skrkskskk... skekskskskskk *suara toa*
"tes tes.."
"selamat pagi semua, untuk para siswa baru di persilahkan untuk berbaris sesuai dengan kelas yang sudah di tentukan, karena upacara penyambutan akan segera di mulai" Ucap Toa / speaker / pengeras suara atau apapun itulah namanya..
he? kelas? gw tau gw kelas berapa *celingukan salting panik*
"kamu ayo baris, sudah mau di mulai. jangan bengong" ucap sesosok *GileSesosok* cewe berbaju Putih Biru yang menandakan dia adalah senior..
"anuu ka anu.. enggg....." gw bingung jawab apa.
"ona anu ona anu.. ayo cepet" nada nya sedikit mengeras.
"aku ga tau aku kelas berapa ka.. he he he he" jawab gw memelas.
"loh kamu belum liat mading?? pembagian kelas ada di sana" ucapnya lembut
"oh, aku ga tau kak. madingnya dimana ya?" dengan muka yang gw lugu luguin.
"yu sini ikut kaka" ajaknya.
7.6 itu kelas gw. cukup membutuhkan waktu buat gw menemukan nama gw. mengingat semua terbagi menjadi 10 kelas dengan masing masing kelas berisikan 43 siswa. gw pun beranjak ke lapangan yang gw liat hampir semua sudah berbaris rapih. mampus gw. kelas gw yang mana ini. itu barisan udah kaya semut ngejejer numpek gitu meskipun lapangan nya sebenarnya cukup luas.
YOU ARE READING
From Cupu To Damn You ( Chapter I )
RomansaCatatan perjalan seorang generasi millenial Pergantian warna seragam dari putih merah menjadi putih biru menjadi momentum seorang anak untuk merubah cap "korban bullying" yang ia dapat dari sekolah dasar. Mampukah?