Hampir seantereo SMA Adiwangsa kayaknya udah tau kalo yang namanya Hyunjin ini naksir berat sama salah satu siswi dari basis IPS.
Ryujin namanya, cewek cantik yang kerjaanya lompat sana sini. Pribadinya yang ceria jadi salah satu alesan kenapa Hyunjin suka sama gadis itu.
Sejak tahun pertamanya di Adiwangsa, Hyunjin sudah menyukai gadis ini. Namun entah kenapa, di tahun ketiganya kini ia tak lagi tampak tertarik pada gadis itu.
Iyalah, orang sekarang Ryujin udah punya cowok.
Maka dari itu Hyunjin sekarang diem, diem-diem sakit hati.
Dulu, Hyunjin selalu semangat buat dateng ke sekolah cuma buat liat Ryujin pengibaran bendera di hari senin. Hyunjin yang kala itu sering bolos, jadi rajin ke sekolah cuma buat liat Ryujin pengibaran ataupun latihan.
Di mata Hyunjin, Ryujin kalo lagi pake seragam khas pengibar bendera itu cantiknya nambah berkali-kali lipat.
Tapi sekarang udah nggak lagi. Semangat buat liat Ryujin setiap hari senin udah ilang, soalnya Ryujin udah punya cowok.
Hyunjin sadar diri.
“Nyet, Ryujin latihan tuh!” seruan dari Sunwoo membuat Hyunjin otomatis menoleh.
Keduanya kini sedang ada berada di pinggir lapangan, menunggu temannya yang lain untuk latihan. Hyunjin latihan basket, Sunwoo latihan futsal.
Hyunjin hanya menoleh sekilas lalu mengangkat alisnya, tanpa menyahut apapun.
“Move on lo?”
“Bukan urusan elu.”
“Sensi bener yang ditinggal jadian,” celetuk Eric yang baru saja datang sambil menenteng sepatu basket di tangan kirinya.
Hyunjin menoleh, “Bacot bocil.”
Ketiganya kini memperhatikan lapangan yang ramai akan para anggota paskibra yang sedang berlatih.
Tanpa sengaja mata Hyunjin menangkap sosok yang tampak tak asing baginya.
Seorang siswi dengan tubuh tinggi yang menarik perhatian Hyunjin itu, kini sedang dimarahi oleh Ryujin. Tampaknya ia melakukan suatu kesalahan.
Hingga semua teman-temannya berkumpul dan semua anggota paskibra masih sibuk berlatih, Hyunjin masih sibuk menatap gadis itu dan berpikir keras dimana ia pernah melihatnya.
“Ngeliatin Ryujin mulu, udah ada yang punya nyet,” ujar Jaemin.
“Tadi sih katanya udah move on, gimana sih,” timpal Sunwoo.
“Apa sih ribut bener lo pada, dahlah ayo ke lapang basket,” ajak Hyunjin mengalihkan pembicaraan.
Hyunjin bangkit dan mulai melangkah menuju lapangan basket diikuti teman-temannya yang lain. Namun pikirannya masih terpaku pada gadis bertubuh tinggi itu.
‘Siapa ya, gue kaya pernah liat tapi dimana?’
–––
Seperti sekolah pada umumnya, kawasan kantin SMA Adiwangsa kini tampak sangat ramai. Sepertinya, hampir seluruh siswa kini berada di sini.
Tentu saja seperti itu karena ini sudah waktunya istirahat.
Saat siswa lain sekarang ini sedang sibuk mengantri di kantin, beda halnya dengan gadis dengan rambut berponi itu.
Yujina Shabiya atau yang lebih akrab disapa Yujin itu kini sedang asik menyantap makan siangnya di kelas. Sejak masih duduk di bangku SMP, Yujin rajin membawa bekal makan siangnya dari rumah.
“Enak kan? Udah enak, hemat lagi! Makanya, lo lain kali bawa bekel juga kayak gue,” ujarnya dengan bersemangat pada Yedam yang kini sedang mencicipi makanannya.
Yedam hanya mengangguk sambil mengunyah.
Biasanya Yujin makan sendiri, atau ditemani Yedam dan Minhee. Kedua temannya itu juga memiliki alasannya sendiri, mengapa mereka di kelas pada jam istirahat.
Yedam karena ia lebih suka sibuk dengan buku pelajarannya dibanding sibuk di kantin, dan Minhee yang lebih suka tertidur di kelas daripada harus berdesak-desakan di kantin.
“Lo tau si kembar gak?” tanya Minhee yang siang itu tidak tertidur, namun kini dia ikut berbincang dengan Yujin dan Yedam.
“Siapa yang kembar?” tanya Yedam, bukannya jawab malah balik nanya.
“Setau gue di sekolah ini yang kembar tuh cuma satu deh, yang kakak kelas itu bukan sih?” sahut Yujin.
“Itu kembar yang dua-duanya begajulan bukan sih?” Yedam menimpali.
“Hush! Jangan asal ngomong,” sahut Yujin yang masih sibuk menguyah makanannya.
“Kenapa emang tiba-tiba ngomongin si kembar?”
“Nanya aja, lo tau mukanya gak sih yang mana? Anak cewe rame ngomongin mulu katanya cakep gitu, pegel kuping gue dengernya kalo mau tidur keganggu. Yang dibahasnya juga ituuuu aja,” jelas Minhee.
Jangan heran kenapa Minhee nanya kayak gitu, soalnya mereka baru kelas 10. Sampai hari ini pun, mereka baru menduduki SMA Adiwangsa sekitar 3 bulan.
Makanya, gak heran kalo mereka belum terlalu tau seluk-beluk sekolah ini. Ditambah lagi, ketiga orang ini bukan tipe orang yang sering bergaul ataupun nongkrong dengan anak-anak lainnya.
Yedam yang selalu sibuk dengan belajarnya, Minhee yang lebih menyukai alam mimpinya, dan Yujin yang jarang dateng ke sekolah.
Jadi gak heran, kenapa mereka gak terlalu update tentang sekolah ini.
“Gue pernah deh sekali ketemu yang cewe, matanya mata kucing gitu cantik. Tapi kalo udah natap nih ya, serem anjir,” seru Yedam.
“Gak tau deh gue, jarang berkeliaran di sekolah gue tuh. Jangankan kakak kelas, anak seangkatan juga jarang liat gue, gak kenal.”
Minhee mendorong bahu Yujin, “Ya elu kerjaannya bolos mulu, sekalinya sekolah cuma jajan doang.”
“Mohon maaf saudara Minhee, lo juga harusnya ngaca! Rajin ke sekolah tapi kok cuma tidur doang kerjaan lu,” sungut Yujin tak terima.
“Udah, cuma gue doang yang bener.”
×××
KAMU SEDANG MEMBACA
school
FanfictionHyunjin dan Yujin keduanya memiliki kesamaan, yaitu: Dateng ke sekolah semaunya aja. ©aquanlino, 2020.